Sebab Meksiko Kalah Perang dengan Geng Narkoba El Chapo
A
A
A
MEXICO CITY - Para pejabat militer dan keamanan Meksiko blakblakan mengakui bahwa mereka telah gagal menangkap putra raja kartel narkoba Sinaloa; Joaquin Guzman alias El Chapo. Para pejabat itu mengakui bahwa keputusan yang tergesa-gesa membuat Meksiko kalah dalam berperang dengan kartel narkoba yang terkenal kejam tersebut.
Putra El Chapo, Ovidio Guzman dan selusin anak-anak gembong narkoba awalnya ditangkap pasukan Meksiko. Penangkapan itu memaksa kartel Sinaloa meluncurkan perang di mana sekitar delapan warga sipil dibunuh. Para penjahat itu juga membakar beberapa kendaraan dan pom bensin.
Pasukan keamanan Meksiko juga terlibat baku tembak dengan kartel Sinaloa di jalan-jalan kota besar. Pada akhirnya, pemerintah Meksiko memilih menyerah dengan membebaskan putra El Chapo dan anak-anak gembong narkoba lainnya karena banyak warga sipil dibunuh.
Sebelum pembebasan putra El Chapo, para pria bersenjata dari kartel Sinaloa mengepung sekitar 35 polisi dan pasukan Garda Nasional di kota Culiacan barat laut pada hari Kamis.
Kekacauan di Culiacan—kota yang jadi markas kartel Sinaloa—menimbulkan tekanan publik terhadap Presiden Andres Manuel Lopez Obrador. Padahal Presiden Obrador yang menjabat mulai Desember lalu telah berjanji akan menenangkan negara dalam melawan kekerasan dan pembunuhan oleh kartel narkoba.
El Chapo sendiri saat ini masih mendekam di penjara dengan tingkat keamanan maksimum di Amerika Serikat setelah diekstradisi oleh pemerintah Meksiko beberapa tahun lalu.
Langkah Presiden Obrador yang menyerah dengan melepaskan putra El Chapo menuai kecaman di media sosial karena menimbulkan kesan bahwa kartel Sinaloa yang memegang kendali, bukan negara.
"Itu dilakukan dengan tergesa-gesa, konsekuensinya tidak dipertimbangkan, bagian paling berisiko tidak diperhitungkan," kata Menteri Pertahanan Luis Cresencio Sandoval yang mengakui kegagalan dalam penangkapan putra El Chapo.
Menteri Keamanan Alfonso Durazo juga mengakui hal serupa. "Upaya untuk menangkap putra Guzman adalah sebuah kegagalan," katanya dalam konferensi pers bersama di Culiacan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (19/10/2019).
Durazo mengakui bahwa dia dan petinggi militer tidak mengetahui sebelumnya mengenai misi untuk menahan tahanan yang dituduh sebagai pedagang narkoba. Dia menyebutnya sebagai kesalahan birokrasi.
Tetapi Presiden Obrador membela keputusan pemerintah. "Menangkap seorang penjahat tidak bisa bernilai lebih dari nyawa orang (warga sipil)," katanya, seraya menambahkan bahwa para pejabat melakukannya dengan baik untuk membebaskan Ovidio Guzman.
"Kami tidak ingin orang-orang mati, kami tidak ingin perang," lanjut Obrador, seorang veteran sayap kiri yang telah menganjurkan pendekatan yang kurang konfrontatif untuk menangani geng narkoba.
"Kami melakukannya dengan sangat baik dalam strategi kami," imbuh dia.
Sandoval mengatakan dia memiliki laporan tentang setidaknya delapan orang tewas, termasuk lima anggota geng kartel narkoba di Culiacan. Selama pertempuran singkat, sekolah-sekolah ditutup dan banyak warga sipil berlindung di berbagai bangunan termasuk supermarket.
Menurut Kementerian Keamanan, lebih dari 200 tentara dikirim untuk memperkuat keamanan kota itu pada Jumat malam.
Gladys McCormick, seorang analis keamanan di Universitas Syracuse di Amerika Serikat, mengatakan berita terbaru dari Meksiko berbunyi seperti sebuah negara dalam "pergolakan perang."
"Apa yang tidak dapat dibantah adalah bahwa Kartel Sinaloa memenangkan pertempuran kemarin," ujarnya. "Tidak hanya mereka membuat pemerintah untuk melepaskan Ovidio, mereka menunjukkan kepada warga Culiacan serta seluruh Meksiko (bahwa mereka) yang memegang kendali."
Durazo mengatakan keputusan pemerintah untuk membebaskan putra El Chapo sama sekali tidak melibatkan negosiasi.
Namun, pertanyaan tentang bagaimana pembebasan itu ditangani terus beredar setelah Menteri Pertahanan Sandoval mengatakan sembilan personel keamanan ditahan dan dibebaskan tanpa cedera.
Sementara itu, Jose Luis Gonzalez Meza, seorang pengacara untuk keluarga El Chapo berterima kasih kepada Presiden Obrador atas tindakan pemerintah.
"Kami memiliki presiden yang berperikemanusiaan, seorang presiden Kristen yang pada akhirnya memutuskan untuk tidak menyakiti Ovidio," katanya dalam konferensi pers.
Putra El Chapo, Ovidio Guzman dan selusin anak-anak gembong narkoba awalnya ditangkap pasukan Meksiko. Penangkapan itu memaksa kartel Sinaloa meluncurkan perang di mana sekitar delapan warga sipil dibunuh. Para penjahat itu juga membakar beberapa kendaraan dan pom bensin.
Pasukan keamanan Meksiko juga terlibat baku tembak dengan kartel Sinaloa di jalan-jalan kota besar. Pada akhirnya, pemerintah Meksiko memilih menyerah dengan membebaskan putra El Chapo dan anak-anak gembong narkoba lainnya karena banyak warga sipil dibunuh.
Sebelum pembebasan putra El Chapo, para pria bersenjata dari kartel Sinaloa mengepung sekitar 35 polisi dan pasukan Garda Nasional di kota Culiacan barat laut pada hari Kamis.
Kekacauan di Culiacan—kota yang jadi markas kartel Sinaloa—menimbulkan tekanan publik terhadap Presiden Andres Manuel Lopez Obrador. Padahal Presiden Obrador yang menjabat mulai Desember lalu telah berjanji akan menenangkan negara dalam melawan kekerasan dan pembunuhan oleh kartel narkoba.
El Chapo sendiri saat ini masih mendekam di penjara dengan tingkat keamanan maksimum di Amerika Serikat setelah diekstradisi oleh pemerintah Meksiko beberapa tahun lalu.
Langkah Presiden Obrador yang menyerah dengan melepaskan putra El Chapo menuai kecaman di media sosial karena menimbulkan kesan bahwa kartel Sinaloa yang memegang kendali, bukan negara.
"Itu dilakukan dengan tergesa-gesa, konsekuensinya tidak dipertimbangkan, bagian paling berisiko tidak diperhitungkan," kata Menteri Pertahanan Luis Cresencio Sandoval yang mengakui kegagalan dalam penangkapan putra El Chapo.
Menteri Keamanan Alfonso Durazo juga mengakui hal serupa. "Upaya untuk menangkap putra Guzman adalah sebuah kegagalan," katanya dalam konferensi pers bersama di Culiacan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (19/10/2019).
Durazo mengakui bahwa dia dan petinggi militer tidak mengetahui sebelumnya mengenai misi untuk menahan tahanan yang dituduh sebagai pedagang narkoba. Dia menyebutnya sebagai kesalahan birokrasi.
Tetapi Presiden Obrador membela keputusan pemerintah. "Menangkap seorang penjahat tidak bisa bernilai lebih dari nyawa orang (warga sipil)," katanya, seraya menambahkan bahwa para pejabat melakukannya dengan baik untuk membebaskan Ovidio Guzman.
"Kami tidak ingin orang-orang mati, kami tidak ingin perang," lanjut Obrador, seorang veteran sayap kiri yang telah menganjurkan pendekatan yang kurang konfrontatif untuk menangani geng narkoba.
"Kami melakukannya dengan sangat baik dalam strategi kami," imbuh dia.
Sandoval mengatakan dia memiliki laporan tentang setidaknya delapan orang tewas, termasuk lima anggota geng kartel narkoba di Culiacan. Selama pertempuran singkat, sekolah-sekolah ditutup dan banyak warga sipil berlindung di berbagai bangunan termasuk supermarket.
Menurut Kementerian Keamanan, lebih dari 200 tentara dikirim untuk memperkuat keamanan kota itu pada Jumat malam.
Gladys McCormick, seorang analis keamanan di Universitas Syracuse di Amerika Serikat, mengatakan berita terbaru dari Meksiko berbunyi seperti sebuah negara dalam "pergolakan perang."
"Apa yang tidak dapat dibantah adalah bahwa Kartel Sinaloa memenangkan pertempuran kemarin," ujarnya. "Tidak hanya mereka membuat pemerintah untuk melepaskan Ovidio, mereka menunjukkan kepada warga Culiacan serta seluruh Meksiko (bahwa mereka) yang memegang kendali."
Durazo mengatakan keputusan pemerintah untuk membebaskan putra El Chapo sama sekali tidak melibatkan negosiasi.
Namun, pertanyaan tentang bagaimana pembebasan itu ditangani terus beredar setelah Menteri Pertahanan Sandoval mengatakan sembilan personel keamanan ditahan dan dibebaskan tanpa cedera.
Sementara itu, Jose Luis Gonzalez Meza, seorang pengacara untuk keluarga El Chapo berterima kasih kepada Presiden Obrador atas tindakan pemerintah.
"Kami memiliki presiden yang berperikemanusiaan, seorang presiden Kristen yang pada akhirnya memutuskan untuk tidak menyakiti Ovidio," katanya dalam konferensi pers.
(mas)