Ledakan Penghantam Kapal Tanker Iran di Dekat Saudi Adalah 2 Rudal
A
A
A
JEDDAH - Ledakan yang menghantam kapal tanker minyak Iran di lepas pantai Jeddah, Arab Saudi, pada hari Jumat (11/10/2019) disimpulkan para pejabat Teheran sebagai serangan dua rudal. Namun, belum diungkap asal senjata yang menyerang kapal tersebut.
Insiden terbaru di kawasan Laut Merah ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Pemerintah Arab Saudi belum bersedia berkomentar atas serangan terhadap kapal tanker minyak Iran di lepas pantainya tersebut.
Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan ledakan itu merusak dua gudang di atas kapal tanker minyak dan menyebabkan kebocoran minyak ke Laut Merah dekat kota pelabuhan Jeddah. (Baca: Kapal Tanker Minyak Iran Dihantam Ledakan di Dekat Saudi )
Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran, mengutip National Iranian Tanker Company (NITC), mengidentifikasi kapal yang diserang bernama Sabity. Kapal itu terakhir kali menyalakan alat pelacak pada Agustus di dekat pelabuhan Bandar Abbas, Iran.
Juru bicara Armada ke-5 Angkatan Laut AS yang mengawasi Timur Tengah, Letnan Pete Pagano, seperti dikutip Telegraph, mengaku bahwa pihaknya mengetahui laporan tentang insiden tersebut. Namun, Pagano menolak berkomentar lebih lanjut.
TankerTrackers, situs web yang memantau ekspor minyak, mengatakan kapal tanker itu membawa minyak ke Suriah.
Serangan hari ini terjadi setelah AS dalam beberapa bulan terakhir menuduh Iran menyerang kapal-kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz, di mulut Teluk Persia. Namun tuduhan-tuhan itu telah dibantah oleh Teheran.
Hubungan antara Washington dan Teheran terus memburuk sejak penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir tahun lalu oleh Presiden Donald Trump.
Setelah menarik diri dari perjanjian penting tersebut, AS menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan pada sektor minyak dan perbankan Iran dalam apa yang disebutnya sebagai kampanye "tekanan maksimum".
Ketegangan meningkat lebih lanjut setelah serangan drone bersenjata dan rudal jelajah yang menghantam fasilitas minyak Saudi Aramco pada 14 September. Serangan yang melumpuhkan separuh dari total produksi minyak Kerajaan Saudi itu dituduhkan terhadap Iran. Namun, Teheran membantahnya.
Insiden terbaru di kawasan Laut Merah ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Pemerintah Arab Saudi belum bersedia berkomentar atas serangan terhadap kapal tanker minyak Iran di lepas pantainya tersebut.
Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan ledakan itu merusak dua gudang di atas kapal tanker minyak dan menyebabkan kebocoran minyak ke Laut Merah dekat kota pelabuhan Jeddah. (Baca: Kapal Tanker Minyak Iran Dihantam Ledakan di Dekat Saudi )
Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran, mengutip National Iranian Tanker Company (NITC), mengidentifikasi kapal yang diserang bernama Sabity. Kapal itu terakhir kali menyalakan alat pelacak pada Agustus di dekat pelabuhan Bandar Abbas, Iran.
Juru bicara Armada ke-5 Angkatan Laut AS yang mengawasi Timur Tengah, Letnan Pete Pagano, seperti dikutip Telegraph, mengaku bahwa pihaknya mengetahui laporan tentang insiden tersebut. Namun, Pagano menolak berkomentar lebih lanjut.
TankerTrackers, situs web yang memantau ekspor minyak, mengatakan kapal tanker itu membawa minyak ke Suriah.
Serangan hari ini terjadi setelah AS dalam beberapa bulan terakhir menuduh Iran menyerang kapal-kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz, di mulut Teluk Persia. Namun tuduhan-tuhan itu telah dibantah oleh Teheran.
Hubungan antara Washington dan Teheran terus memburuk sejak penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir tahun lalu oleh Presiden Donald Trump.
Setelah menarik diri dari perjanjian penting tersebut, AS menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan pada sektor minyak dan perbankan Iran dalam apa yang disebutnya sebagai kampanye "tekanan maksimum".
Ketegangan meningkat lebih lanjut setelah serangan drone bersenjata dan rudal jelajah yang menghantam fasilitas minyak Saudi Aramco pada 14 September. Serangan yang melumpuhkan separuh dari total produksi minyak Kerajaan Saudi itu dituduhkan terhadap Iran. Namun, Teheran membantahnya.
(mas)