Pangeran Harry Susuri Jejak Diana di Ladang Ranjau Angola

Sabtu, 28 September 2019 - 07:39 WIB
Pangeran Harry Susuri...
Pangeran Harry Susuri Jejak Diana di Ladang Ranjau Angola
A A A
JOHANNESBURG - Pangeran Harry mengenakan rompi dan pelindung wajah di lokasi proyek penjinak ranjau di Angola kemarin. Foto kunjungannya itu mirip dengan sejumlah foto saat ibunya, mendiang Putri Diana, saat berada di tempat tersebut lebih dari 20 tahun silam.

Cucu Ratu Elizabeth II dan garis keenam takhta Inggris itu mengunjungi ladang penjinak ranjau di dekat Dirico, kota di Provinsi Cuando Cubango, Angola. Sambil mengenakan rompi pelindung, dia menjinakkan ranjau dari jarak jauh menggunakan ledakan terkontrol. Dia juga bertemu dengan warga setempat di sekitar lokasi itu.

“Ladang ranjau di Taman Nasional Luengue-Luiana merupakan yang pertama dari 153 lainnya yang akan dibersihkan di dua taman nasional Angola Tenggara,” papar Harry saat berpidato kemarin, dilansir Reuters. Pemerintah Angola menjanjikan dana USD60 juta untuk program penjinakan ranjau darat tersebut. Adapun proyek itu dilaksanakan oleh lembaga amal asal Inggris, HALO Trust.

“Di pengujung hari ini, saya akan mengunjungi Huambo untuk melihat tempat di mana ibu saya berjalan sepanjang ladang ranjau pada 1997. Yang dulu sangat penuh ranjau, kota kedua di Angola itu sekarang aman,” tutur Harry.

Sejumlah gambar Diana mengenakan pakaian pelindung saat dia berjalan di antara tanda tengkorak dan tulang bersilang warna merah di Huambo, itu pun menjadi dukungan bagi upaya HALO Trust menjinakkan ranjau yang ditinggalkan dari era perang sipil Angola. Foto Diana itu diambil hanya beberapa bulan sebelum dia meninggal dunia dalam kecelakaan mobil di Paris.

“Hasil yang kami miliki karena peran Diana. Dia membuat para donor sadar bahwa komunitas internasional juga bagian masalah ini, dan itulah mereka dapat membantu. Kami tidak memproduksi amunisi dan ranjau di Angola,” ungkap Manajer Operasional HALO Angola Valdemar Goncalves Fernandes pada CNN.

Fernandes, 45, menjadi satu-satunya staf HALO yang masih bekerja sebagai penjinak ranjau saat Diana berkunjung. Fernandes ketika itu baru bergabung dengan HALO beberapa pekan sebelum Diana datang. Pria yang ketika itu masih berumur 23 tahun itu pun dikerahkan ke ladang ranjau terdekat saat Diana berkunjung.

Asli lahir di Huambo, Fernandes tinggal di kota itu selama perang sipil yang sangat brutal, yang akhirnya berakhir pada 2002. “Sangat mengejutkan saat saya diberi tahu bahwa akan bertemu Pangeran Harry di tempat yang sama di mana Putri Diana berkunjung 22 tahun silam,” tutur Fernandes.

Harry mengunjungi Angola sebagai bagian dari lawatannya ke Afrika bagian selatan bersama istrinya, Meghan dan putranya, Archie yang masih berumur empat bulan. Kunjungan pertama keluarga Harry itu dimulai di Afrika Selatan pada awal pekan ini.

Kehadiran Harry dan keluarganya itu pun membuat banyak warga menanti di Cape Town, Afrika Selatan. Selama tiga hari di Cape Town, Harry dan keluarganya mengunjungi sejumlah organisasi nonpemerintah yang mengerjakan berbagai proyek untuk masyarakat rentan dan pemuda. Mereka juga bertemu peraih Penghargaan Nobel Perdamaian Desmond Tutu.

Saat Meghan dan Archie tetap berada di Afrika Selatan, Harry menuju Botswana pada Kamis (26/9). Pada Juni, Harry menyoroti berbagai upaya membersihkan ranjau di Angola. “Ranjau darat adalah isu kemanusiaan dan tak hanya politik,” tutur Harry.

Ranjau-ranjau darat itu ditanam selama perang sipil di Angola yang berlangsung 27 tahun dan berakhir pada 2002. Banyak orang tetap mengungsi dan ribuan orang mengalami cacat akibat terkena ranjau darat yang terus melukai dan membunuh siapa saja yang menginjaknya.

Saat berada di Botswana, Harry mengunjungi berbagai proyek konservasi dan kesehatan. Dia bergabung dengan para pelajar sekolah menanam pohon dan mengangkat kesadaran tentang rentannya ekosistem lokal. Dia juga menyoroti masalah perubahan iklim. Dia memperingatkan, dunia menghadapi perlombaan melawan waktu dan tak seorang pun dapat menyangkal sains.

Dia juga menyebut aktivis iklim remaja asal Swedia, Greta Thunberg, yang menginspirasi gerakan di penjuru dunia untuk mendesak langkah segera mengatasi pemanasan global. “Pekan lalu ini yang dipimpin oleh Greta, Anda tahu anak-anak di dunia melakukan aksi mogok.

Saya pikir ada kedaruratan. Ini perlombaan melawan waktu dan kita kalah, semua tahu itu,” tutur Harry. “Saya tidak percaya bahwa ada siapa pun di dunia ini dapat menyangkal sains, menyangkal sains dan fakta, sains dan fakta yang telah ada selama 30 tahun mungkin 40 tahun terakhir,” papar dia. Harry, 35, telah mengunjungi Afrika bagian selatan selama dua dekade terakhir untuk liburan dan konservasi.

“Saya memiliki beberapa teman terdekat di sini selama beberapa tahun dan saya datang ke sini pada 1997, 1998 langsung setelah ibu saya meninggal dunia,” ungkap dia saat di Botswana. “Jadi, ini tempat yang bagus untuk menjauh dari semua itu. Tapi sekarang, saya merasa sangat terhubung dengan tempat ini dan pada Afrika,” papar Harry.

Kunjungannya di Botswana, juga termasuk melihat proyek yang dikelola lembaga amalnya, Sentebale, yang fokus memperbaiki kesehatan mental pemuda yang terjangkit HIV. Dia juga akan mendedikasikan wilayah hutan di sana untuk Queen's Commonwealth Canopy, proyek untuk memfasilitasi perlindungan satwa liar dekat perbatasan dengan Namibia, Zambia, dan Zimbabwe.

Botswana memiliki kenangan khusus bagi Harry karena menjadi tempat dia dan Meghan berlibur setelah mereka mulai kencan pada Juli 2016. Mereka pun kembali ke sana pada 2017. Dia akan mengakhiri kunjungan solonya pada Selasa (1/10) di Malawi, tempat dia bertemu Presiden Peter Mutharika dan memberikan penghormatan di makam pahlawan untuk tentara Inggris Pengawal Mathew Talbot yang tewas pada Mei saat terlibat operasi antipemburu liar di negara itu.

Harry kemudian bergabung lagi bersama Meghan dan Archie di Afrika Selatan untuk kunjungan di dekat Johannesburg pada Rabu (2/10). Mereka akan bertemu Graca Machel, janda pemimpin anti-apartheid Afrika Selatan Nelson Mandela dan Presiden Cyril Ramaphosa sebelum terbang ke London.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)