Malaysia Negara Asia Pertama Lakukan Uji Coba Jaringan 5G
A
A
A
KUALA LUMPUR - Malaysia akan mulai menguji coba jaringan 5G bulan depan. Langkah ini menjadikan Malaysia sebagai salah satu negara Asia pertama yang meluncurkan teknologi tersebut. Pemerintah Malaysia ingin mulai meluncurkan layanan internet ultra-cepat itu mulai awal tahun depan. Tidak seperti Vietnam dan beberapa negara maju, Malaysia mengizinkan perusahaan-perusahaan telekomunikasinya bekerja sama dengan Huawei asal China.
Huawei merupakan perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia. Huawei masuk dalam daftar hitam Amerika Serikat (AS) pada Mei setelah Washington menuduh peralatan perusahaan itu dapat digunakan untuk mata-mata. Huawei menyangkal tuduhan AS tersebut. Tindakan AS itu membuat banyak negara lain turut melarang kerja sama dengan Huawei. Namun Malaysia menegaskan tidak khawatir dengan tuduhan AS terhadap Huawei.
Malaysia lebih mengutamakan harga produk-produk Huawei yang lebih terjangkau dibandingkan produk pesaing. “Harapan dari komitmen awal Malaysia pada 5G, untuk secara cepat mengembangkan lokasi uji coba 5G dan proyek demonstrasi di penjuru negeri, akan memposisikan negara ini sebagai salah satu pemimpin penerapan 5G di dunia,” ungkap Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia Gobind Singh Deo saat acara industri, dilansir Reuters.
Grup lobi industri GSMA menjelaskan dalam laporannya bahwa pada 2025, seperlima koneksi seluler di Malaysia akan menggunakan 5G, lebih tinggi dibandingkan 17% proyeksi untuk seluruh Asia Pasifik. Huawei telah memiliki kesepakatan awal 5G dengan berbagai perusahaan Malaysia seperti Celcom Axiata, Telekom Malaysia dan Maxis. Huawei yang berbasis di Shenzhen itu berharap memorandums of understanding (MoU) akan menghasilkan sejumlah kontrak.
“Kami telah bekerja sama dengan para mitra kami saat Malaysia bersiap meluncurkan layanan 5G. Kekuatan kami adalah teknologi, biaya dan pengiriman kami,” ungkap pejabat Huawei secara anonim. Pesaing utama Huawei dalam layanan 5G adalah Ericsson dari Swedia yang bersama Celcom telah melayani panggilan hologram 5G pertama di Malaysia pada April lalu. Pemain lain adalah Nokia asal Finlandia dan ZTE asal China.
Tiga perusahaan telekomunikasi terbesar milik China berlomba memberikan layanan 5G di lebih dari 50 kota tahun ini. Beberapa negara, termasuk Korea Selatan (Korsel) dan AS telah mulai melayani teknologi 5G, dengan janji dukungan pada berbagai teknologi baru seperti kendaraan otonom. April lalu, Korsel meluncurkan jaringan 5G pertama di dunia.
Langkah Korsel itu menegaskan dominasinya sebagai superpower dalam inovasi yang dapat mengubah cara hidup miliaran orang di planet ini. Komunikasi supercepat yang ditawarkan teknologi 5G akan mengubah segalanya mulai dari mesin pemanggang roti hingga telepon, dari mobil listrik hingga jaringan listrik. Korsel yang sudah terhubung secara nirkabel itu sejak lama memiliki reputasi kemampuan teknis yang tinggi.
Seoul juga telah menjadikan 5G sebagai prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang lemah. 5G akan membuat smartphone memiliki konektivitas yang 20 kali lebih cepat dibandingkan 4G sehingga para pengguna dapat mengunduh seluruh file film dalam waktu kurang dari satu detik. Sebelumnya, 3G memungkinkan akses website mobile dan 4G menjadikan berbagai aplikasi baru dapat bekerja mulai dari media sosial hingga Uber.
Kini, 5G akan membawa level baru konektivitas yang ditenagai kecepatan. Teknologi 5G ini sangat penting bagi masa depan perkembangan berbagai perangkat mulai dari kendaraan self-driving hingga lalu lintas pengiriman data pada pihak lain secara real time, industri robot, drone, dan elemen lain dari berbagai hal terkait internet.
“Itu menjadikan 5G bagian penting infrastruktur masa depan dan standar 5G di perkirakan membawa keuntungan ekonomi global sekitar USD565 miliar pada 2034,” ungkap pernyataan aliansi industri Global System for Mobile Communications yang berbasis di London.
Meski Korsel menang dalam perlombaan untuk menjadi yang pertama meluncurkan 5G secara nasional, itu hanya salah satu bagian pertarungan yang membuat AS dan China berseteru, melibatkan sejumlah raksasa teknologi dunia termasuk Huawei. AS telah menekan aliansinya dan negara-negara besar untuk menghindari layanan 5G dari Huawei dengan alasan risiko ke amanan karena dapat memberi Beijing akses pada perangkat dan komponen lain terkait 5G.
Namun, sejumlah perusahaan China tetap mendominasi teknologi 5G. “Huawei sebagai pemimpin global telah mendaftarkan 1.529 paten 5G,” ungkap laporan firma analisis data IPlytics. Digabungkan dengan ZTE dan Oppo, serta China Academy of Telecommunications Technology, lembaga-lembaga asal China memiliki total 3.400 paten atau lebih dari sepertiga total paten 5G yang ada.
Korsel muncul pada peringkat selanjutnya dengan sejumlah perusahaan memegang 2.051 paten. Sementara perusahaan-perusahaan AS hanya memiliki 1.368 paten atau 29 paten lebih sedikit dibandingkan Nokia asal Finlandia. “Kecepatan hiper 5G dapat menghubungkan satu juta perangkat dalam zona satu kilometer persegi secara bersamaan,” ungkap pernyataan perusahaan operator seluler KT.
Di AS, sejumlah hotspot dipilih di beberapa kota untuk menawarkan kecepatan 5G, tapi hanya melalui WiFi. Adapun perusahaan Qatar, Ooredoo, menawarkan layanan 5G di Doha dan sekitarnya, tapi tidak menjual perangkat yang dapat memanfaatkannya.
Huawei merupakan perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia. Huawei masuk dalam daftar hitam Amerika Serikat (AS) pada Mei setelah Washington menuduh peralatan perusahaan itu dapat digunakan untuk mata-mata. Huawei menyangkal tuduhan AS tersebut. Tindakan AS itu membuat banyak negara lain turut melarang kerja sama dengan Huawei. Namun Malaysia menegaskan tidak khawatir dengan tuduhan AS terhadap Huawei.
Malaysia lebih mengutamakan harga produk-produk Huawei yang lebih terjangkau dibandingkan produk pesaing. “Harapan dari komitmen awal Malaysia pada 5G, untuk secara cepat mengembangkan lokasi uji coba 5G dan proyek demonstrasi di penjuru negeri, akan memposisikan negara ini sebagai salah satu pemimpin penerapan 5G di dunia,” ungkap Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia Gobind Singh Deo saat acara industri, dilansir Reuters.
Grup lobi industri GSMA menjelaskan dalam laporannya bahwa pada 2025, seperlima koneksi seluler di Malaysia akan menggunakan 5G, lebih tinggi dibandingkan 17% proyeksi untuk seluruh Asia Pasifik. Huawei telah memiliki kesepakatan awal 5G dengan berbagai perusahaan Malaysia seperti Celcom Axiata, Telekom Malaysia dan Maxis. Huawei yang berbasis di Shenzhen itu berharap memorandums of understanding (MoU) akan menghasilkan sejumlah kontrak.
“Kami telah bekerja sama dengan para mitra kami saat Malaysia bersiap meluncurkan layanan 5G. Kekuatan kami adalah teknologi, biaya dan pengiriman kami,” ungkap pejabat Huawei secara anonim. Pesaing utama Huawei dalam layanan 5G adalah Ericsson dari Swedia yang bersama Celcom telah melayani panggilan hologram 5G pertama di Malaysia pada April lalu. Pemain lain adalah Nokia asal Finlandia dan ZTE asal China.
Tiga perusahaan telekomunikasi terbesar milik China berlomba memberikan layanan 5G di lebih dari 50 kota tahun ini. Beberapa negara, termasuk Korea Selatan (Korsel) dan AS telah mulai melayani teknologi 5G, dengan janji dukungan pada berbagai teknologi baru seperti kendaraan otonom. April lalu, Korsel meluncurkan jaringan 5G pertama di dunia.
Langkah Korsel itu menegaskan dominasinya sebagai superpower dalam inovasi yang dapat mengubah cara hidup miliaran orang di planet ini. Komunikasi supercepat yang ditawarkan teknologi 5G akan mengubah segalanya mulai dari mesin pemanggang roti hingga telepon, dari mobil listrik hingga jaringan listrik. Korsel yang sudah terhubung secara nirkabel itu sejak lama memiliki reputasi kemampuan teknis yang tinggi.
Seoul juga telah menjadikan 5G sebagai prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang lemah. 5G akan membuat smartphone memiliki konektivitas yang 20 kali lebih cepat dibandingkan 4G sehingga para pengguna dapat mengunduh seluruh file film dalam waktu kurang dari satu detik. Sebelumnya, 3G memungkinkan akses website mobile dan 4G menjadikan berbagai aplikasi baru dapat bekerja mulai dari media sosial hingga Uber.
Kini, 5G akan membawa level baru konektivitas yang ditenagai kecepatan. Teknologi 5G ini sangat penting bagi masa depan perkembangan berbagai perangkat mulai dari kendaraan self-driving hingga lalu lintas pengiriman data pada pihak lain secara real time, industri robot, drone, dan elemen lain dari berbagai hal terkait internet.
“Itu menjadikan 5G bagian penting infrastruktur masa depan dan standar 5G di perkirakan membawa keuntungan ekonomi global sekitar USD565 miliar pada 2034,” ungkap pernyataan aliansi industri Global System for Mobile Communications yang berbasis di London.
Meski Korsel menang dalam perlombaan untuk menjadi yang pertama meluncurkan 5G secara nasional, itu hanya salah satu bagian pertarungan yang membuat AS dan China berseteru, melibatkan sejumlah raksasa teknologi dunia termasuk Huawei. AS telah menekan aliansinya dan negara-negara besar untuk menghindari layanan 5G dari Huawei dengan alasan risiko ke amanan karena dapat memberi Beijing akses pada perangkat dan komponen lain terkait 5G.
Namun, sejumlah perusahaan China tetap mendominasi teknologi 5G. “Huawei sebagai pemimpin global telah mendaftarkan 1.529 paten 5G,” ungkap laporan firma analisis data IPlytics. Digabungkan dengan ZTE dan Oppo, serta China Academy of Telecommunications Technology, lembaga-lembaga asal China memiliki total 3.400 paten atau lebih dari sepertiga total paten 5G yang ada.
Korsel muncul pada peringkat selanjutnya dengan sejumlah perusahaan memegang 2.051 paten. Sementara perusahaan-perusahaan AS hanya memiliki 1.368 paten atau 29 paten lebih sedikit dibandingkan Nokia asal Finlandia. “Kecepatan hiper 5G dapat menghubungkan satu juta perangkat dalam zona satu kilometer persegi secara bersamaan,” ungkap pernyataan perusahaan operator seluler KT.
Di AS, sejumlah hotspot dipilih di beberapa kota untuk menawarkan kecepatan 5G, tapi hanya melalui WiFi. Adapun perusahaan Qatar, Ooredoo, menawarkan layanan 5G di Doha dan sekitarnya, tapi tidak menjual perangkat yang dapat memanfaatkannya.
(don)