Terungkap, Putin Peringatkan Bush Dua Hari sebelum Serangan 9/11

Sabtu, 07 September 2019 - 00:34 WIB
Terungkap, Putin Peringatkan...
Terungkap, Putin Peringatkan Bush Dua Hari sebelum Serangan 9/11
A A A
WASHINGTON - Presiden Rusia Vladimir Vladimorvich Putin telah menelepon rekannya dari Amerika Serikat (AS) George W. Bush dua hari sebelum serangan 11 September 2001 atau dikenal sebagai serangan 9/11. Dalam kontak telepon itu, dia memperingatkan tentang rencana teroris yang akan datang dari Afghanistan.

Peringatan dari Putin itu diungkap mantan analis Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat, George Beebee. Dia jadi analis senior intelijen Amerika di era Bush.

Beebee membeberkan informasi itu dalam bukunya yang berjudul "The Russia Trap: How Our Shadow War with Russia Could Spiral into Nuclear Catastrophe". Buku itu dirilis awal pekan ini atau sepekan menjelang peringatan tragedi serangan teroris 9/11.

Dalam buku itu dijelaskan bahwa dua hari sebelum serangan, Putin telah menelepon Bush untuk memperingatkan bahwa intelijen Rusia telah mendeteksi tanda-tanda kampanye teroris yang baru jadi. Data intelijen Rusia saat itu menyatakan serangan 9/11 sudah lama dipersiapkan dari Afghanistan.

Pengungkapan informasi oleh mantan analis CIA ini menjadi bukti lain bahwa Washington sejatinya telah berulang kali diperingatkan tentang serangan yang akhirnya terjadi pada 11 September 2001.

Beebee mengatakan dalam bukunya bahwa peringatan dari Moskow telah menjadi informasi umum selama bertahun-tahun, di mana pejabat intelijen senior Rusia berbicara tentang hal itu tak lama setelah serangan kelompok al-Qaeda itu terjadi.

Buku Beebee menunjukkan bahwa informasi yang diberikan kepada Washington tidak terbatas pada pertukaran antara badan-badan intelijen, dan Bush bahkan diperingatkan oleh Putin secara pribadi.

Selain Rusia, AS dilaporkan telah diperingatkan oleh mata-mata Inggris. Bahaya akan serangan itu sebelumnya telah berulang kali jadi sorotan CIA dan FBI. Namun, apakah Gedung Putih benar-benar mengindahkan peringatan itu dan melakukan segala yang bisa dilakukan untuk melindungi warganya masih merupakan misteri.

Beberapa petunjuk pada pola pikir pejabat Gedung Putih pada saat itu terkandung dalam memoar Condoleezza Rice, yang saat itu menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional dan kemudian menjadi Menteri Luar Negeri.

Dalam memoar "No Higher Honor", Rice mengakui bahwa dia menolak peringatan sebelumnya dari Putin tentang ekstremis yang didanai Arab Saudi di Pakistan yang katanya pada akhirnya akan menyebabkan “bencana besar".

Rice menulis bahwa dia menolak peringatan itu dan menyatakannya sebagai kepahitan Rusia terhadap Pakistan karena mendukung mujahidin Afghanistan selama perang Uni Soviet di Afghanistan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3559 seconds (0.1#10.140)