Zionis Dirudal Hizbullah, Netanyahu: Israel Siapkan Seluruh Skenario
A
A
A
YERUSALEM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan militer Israel mempersiapkan seluruh skenario setelah kelompok Hizbullah Lebanon menyerang pangkalan militer Zionis dengan sejumlah rudal anti-tank. Militer negara Yahudi itu telah membalas dengan ratusan tembakan.
Militer Israel mengakui sejumlah rudal anti-tank yang ditembakkan dari Lebanon menghantam pangkalan dan kendaraan militernya.
Hizbullah Lebanon yang merupakan sekutu Iran mengklaim pasukannya menghancurkan kendaraan militer Israel, membunuh dan melukai orang-orang di dalamnya. Namun, rezim Zionis mengatakan tidak ada korban.
"Kami diserang oleh beberapa rudal anti-tank. Kami merespons dengan 100 peluru, tembakan dari udara dan berbagai langkah. Kami sedang dalam konsultasi tentang apa yang akan terjadi," kata Netanyahu, dikutip Reuters, Senin (2/9/2019).
"Saya telah memberikan instruksi yang harus disiapkan untuk skenario apa pun, dan kami akan memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya tergantung pada bagaimana hal-hal berkembang," katanya.
"Saya dapat membuat pengumuman penting, kami tidak memiliki korban, tidak ada yang terluka, bahkan tidak tergores," ujarnya, meledek serangan Hizbullah Lebanon.
Pasukan penjaga perdamaian PBB di perbatasan Lebanon-Israel mengatakan situasi telah tenang kembali semalam. Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mendesak kedua pihak untuk melakukan pengekangan sepenuhnya guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
Kedua pihak bertempur dalam perang selama sebulan pada 2006 setelah Hizbullah menangkap dua tentara Israel dalam serangan lintas perbatasan.
Israel telah bersiaga untuk konfrontasi dengan Hizbullah selama seminggu terakhir setelah dua drone Zionis jatuh di pinggiran selatan Beirut, dengan salah satunya meledak. Para pejabat keamanan Israel menggambarkan target-target pesawat nirawak terkait dengan proyek-proyek rudal presisi Hizbullah.
Setiap perang baru antara Israel dan Hizbullah akan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah, di mana Iran telah menentang upaya Amerika Serikat (AS) untuk memaksanya menegosiasikan kembali perjanjian nuklir 2015 yang dicapai dengan sejumlah negara kekuatan dunia.
Pada saat yang sama, Israel khawatir dengan pengaruh Teheran yang tumbuh di wilayah Timur Tengah melalui sekutunya seperti Hizbullah di beberapa termasuk Suriah.
Di Irak, milisi terkuat yang pro-Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangkaian ledakan baru-baru ini di depot senjata mereka.
Militer Israel mengakui sejumlah rudal anti-tank yang ditembakkan dari Lebanon menghantam pangkalan dan kendaraan militernya.
Hizbullah Lebanon yang merupakan sekutu Iran mengklaim pasukannya menghancurkan kendaraan militer Israel, membunuh dan melukai orang-orang di dalamnya. Namun, rezim Zionis mengatakan tidak ada korban.
"Kami diserang oleh beberapa rudal anti-tank. Kami merespons dengan 100 peluru, tembakan dari udara dan berbagai langkah. Kami sedang dalam konsultasi tentang apa yang akan terjadi," kata Netanyahu, dikutip Reuters, Senin (2/9/2019).
"Saya telah memberikan instruksi yang harus disiapkan untuk skenario apa pun, dan kami akan memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya tergantung pada bagaimana hal-hal berkembang," katanya.
"Saya dapat membuat pengumuman penting, kami tidak memiliki korban, tidak ada yang terluka, bahkan tidak tergores," ujarnya, meledek serangan Hizbullah Lebanon.
Pasukan penjaga perdamaian PBB di perbatasan Lebanon-Israel mengatakan situasi telah tenang kembali semalam. Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mendesak kedua pihak untuk melakukan pengekangan sepenuhnya guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
Kedua pihak bertempur dalam perang selama sebulan pada 2006 setelah Hizbullah menangkap dua tentara Israel dalam serangan lintas perbatasan.
Israel telah bersiaga untuk konfrontasi dengan Hizbullah selama seminggu terakhir setelah dua drone Zionis jatuh di pinggiran selatan Beirut, dengan salah satunya meledak. Para pejabat keamanan Israel menggambarkan target-target pesawat nirawak terkait dengan proyek-proyek rudal presisi Hizbullah.
Setiap perang baru antara Israel dan Hizbullah akan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah, di mana Iran telah menentang upaya Amerika Serikat (AS) untuk memaksanya menegosiasikan kembali perjanjian nuklir 2015 yang dicapai dengan sejumlah negara kekuatan dunia.
Pada saat yang sama, Israel khawatir dengan pengaruh Teheran yang tumbuh di wilayah Timur Tengah melalui sekutunya seperti Hizbullah di beberapa termasuk Suriah.
Di Irak, milisi terkuat yang pro-Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangkaian ledakan baru-baru ini di depot senjata mereka.
(mas)