Menpora Malaysia: Maafkan Zakir Naik dan Move On
A
A
A
KUALA LUMPUR - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Malaysia Syed Saddiq Syed Abdul Rahman meminta warga Malaysia untuk memaafkan penceramah kontroversial asal India, Zakir Naik dan move on.
Seruan memaafkan Zakir itu muncul dalam posting foto di akun Instagram-nya yang menunjukkan dirinya dan penceramah tersebut berbagi makanan.
"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bebas dari kesalahan. Zakir telah meminta maaf. Saya sendiri telah membuat banyak kesalahan dan berlapang dada bila ditegur. Tidak perlu menghina dan mencaci. Mari lanjutkan. Negara ini membutuhkan penyembuhan," katanya dalam posting pada hari Sabtu (24/8/2019.
Syed Saddiq menambahkan bahwa Malaysia merupakan negara multikultural yang kuat. "Malaysia merupakan negara yang beragam bangsa dan agama. Kami percaya moderasi mengatasi ekstrimisme. Kesatuan kita, adalah kekuatan kita. Setiap bangsa, ada kontribusinya yang khusus. Mereka adalah rakyat Malaysia, sama seperti saya. Mari kita terus mengikat masa depan kita bersama," lanjut Syed Saddiq.
"Bersatu dalam perbedaan. Lebih kuat, bersama, selamanya," imbuh dia.
Zakir saat ini telah dilarang Kepolisian Diraja Malaysia untuk ceramah di depan umum di seluruh negara bagian. Dia juga dilarang berbicara di platform media sosial sampai penyelidikan terhadap dirinya rampung.
Penceramah yang jadi buron otoritas hukum India ini diselidiki polisi Malaysia setelah sekitar 115 laporan publik terhadap dirinya diajukan ke polisi. Laporan berdatangan menyusul ceramahnya di Kota Bharu, Kelantan, yang menyinggung rasial.
Dalam ceramahnya tersebut, dia membanding-bandingkan kondisi umat Hindu Malaysia dengan umat Islam di India. Menurutnya, umat Hindu di Malaysia memiliki hak 100 kali lebih banyak daripada minoritas Muslim di India. Bahkan, dia mengklaim umat Hindu di Malaysia lebih loyal kepada Perdana Menteri India Narendra Modi ketimbang kepada Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Lebih lanjut, ceramah Zakir juga menyerang komunitas China atau Tionghoa di Malaysia. Ketika muncul seruan deportasi atas dirinya, Zakir menyerukan agar para warga etnik China yang harus pergi terlebih dahulu karena mereka adalah "tamu lama" di Malaysia.
"Anda tahu, seseorang memanggil saya tamu. Jadi saya berkata, sebelum saya, orang China adalah tamu. Jika Anda ingin tamu baru pergi, minta tamu lama untuk pergi lebih dulu," kata Zakir.
"Orang China tidak dilahirkan di sini, kebanyakan dari mereka. Mungkin generasi baru, ya," kata Zakir dalam ceramah dengan metode dialog pada 8 Agustus di Kelantan.
Zakir telah meminta maaf kepada publik Malaysia setelah pernyataan dalam ceramahnya dianggap menyinggung rasial. Namun, dia menuduh para pencelanya telah berkomentar di luar konteks dan menambahkan fabrikasi pada pernyataannya.
"Bukan niat saya untuk membuat marah individu atau komunitas," katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (20/8/2019).
"Itu bertentangan dengan prinsip dasar Islam, dan saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya yang tulus atas kesalahpahaman ini," ujarnya.
Seruan memaafkan Zakir itu muncul dalam posting foto di akun Instagram-nya yang menunjukkan dirinya dan penceramah tersebut berbagi makanan.
"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bebas dari kesalahan. Zakir telah meminta maaf. Saya sendiri telah membuat banyak kesalahan dan berlapang dada bila ditegur. Tidak perlu menghina dan mencaci. Mari lanjutkan. Negara ini membutuhkan penyembuhan," katanya dalam posting pada hari Sabtu (24/8/2019.
Syed Saddiq menambahkan bahwa Malaysia merupakan negara multikultural yang kuat. "Malaysia merupakan negara yang beragam bangsa dan agama. Kami percaya moderasi mengatasi ekstrimisme. Kesatuan kita, adalah kekuatan kita. Setiap bangsa, ada kontribusinya yang khusus. Mereka adalah rakyat Malaysia, sama seperti saya. Mari kita terus mengikat masa depan kita bersama," lanjut Syed Saddiq.
"Bersatu dalam perbedaan. Lebih kuat, bersama, selamanya," imbuh dia.
Zakir saat ini telah dilarang Kepolisian Diraja Malaysia untuk ceramah di depan umum di seluruh negara bagian. Dia juga dilarang berbicara di platform media sosial sampai penyelidikan terhadap dirinya rampung.
Penceramah yang jadi buron otoritas hukum India ini diselidiki polisi Malaysia setelah sekitar 115 laporan publik terhadap dirinya diajukan ke polisi. Laporan berdatangan menyusul ceramahnya di Kota Bharu, Kelantan, yang menyinggung rasial.
Dalam ceramahnya tersebut, dia membanding-bandingkan kondisi umat Hindu Malaysia dengan umat Islam di India. Menurutnya, umat Hindu di Malaysia memiliki hak 100 kali lebih banyak daripada minoritas Muslim di India. Bahkan, dia mengklaim umat Hindu di Malaysia lebih loyal kepada Perdana Menteri India Narendra Modi ketimbang kepada Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Lebih lanjut, ceramah Zakir juga menyerang komunitas China atau Tionghoa di Malaysia. Ketika muncul seruan deportasi atas dirinya, Zakir menyerukan agar para warga etnik China yang harus pergi terlebih dahulu karena mereka adalah "tamu lama" di Malaysia.
"Anda tahu, seseorang memanggil saya tamu. Jadi saya berkata, sebelum saya, orang China adalah tamu. Jika Anda ingin tamu baru pergi, minta tamu lama untuk pergi lebih dulu," kata Zakir.
"Orang China tidak dilahirkan di sini, kebanyakan dari mereka. Mungkin generasi baru, ya," kata Zakir dalam ceramah dengan metode dialog pada 8 Agustus di Kelantan.
Zakir telah meminta maaf kepada publik Malaysia setelah pernyataan dalam ceramahnya dianggap menyinggung rasial. Namun, dia menuduh para pencelanya telah berkomentar di luar konteks dan menambahkan fabrikasi pada pernyataannya.
"Bukan niat saya untuk membuat marah individu atau komunitas," katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (20/8/2019).
"Itu bertentangan dengan prinsip dasar Islam, dan saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya yang tulus atas kesalahpahaman ini," ujarnya.
(mas)