Iran Pamer Bavar-373, Sistem Rudal Pesaing S-300 Rusia
A
A
A
TEHERAN - Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa negara para Mullah itu akan memamerkan sistem pertahanan rudal udara buatan sendiri, Bavar-373 , Kamis (22/8/2019) hari ini. Senjata pertahanan ini diklaim menjadi pesaing sistem rudal S-300 Rusia .
Laporan televisi pada hari Rabu tersebut mengatakan Bavar-373 adalah sistem rudal darat-ke-udara (surface-to-air) jarak jauh yang mampu membidik hingga 100 target pada saat bersamaan dan menghadapi target-target itu dengan enam senjata berbeda. "Itu akan disingkap Kamis," bunyi siaran stasiun televisi tersebut, dikutip AP.
Sejak 1992, Iran telah mengembangkan industri pertahanan dalam negeri yang telah menghasilkan senjata ringan dan berat mulai dari mortir dan torpedo hingga tank dan kapal selam.
Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan sanksi terhadap Iran setelah Presiden Donald Trump menarik Washington keluar diri dari kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Trump beralasan perjanjian itu tidak membatasi program rudal balistik Iran.
Jauh hari sebelum televisi pemerintah mengumumkan hal tersebut, Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Amir Hatami telah mengumumkannya, yakni pada 7 Agustus lalu.
"Akan ada berita yang sangat bagus di bidang pertahanan udara pada 22 Agustus. Saya berharap kemampuan pertahanan negara kita akan meningkat secara signifikan dengan demonstrasi dan transfer sistem Bavar-373, yang akan terjadi pada Hari Industri Pertahanan," bunyi pernyataan Hatami yang dirilis Kementerian Pertahanan setempat kala itu.
Sistem rudal yang dirancang dan dikembangkan di Iran itu sudah diuji coba pada 2017. Militer Iran menganggap Bavar-373 sebagai pesaing sistem rudal S-300 buatan Rusia.
Bavar-373 adalah sistem pertahanan udara mobile jarak jauh yang diresmikan pada Agustus 2016. Iran telah meluncurkan proyek pembuatan senjata pertahanan itu pada 2010 setelah Rusia menangguhkan kesepakatan pembelian S-300 senilai USD900 juta yang ditandatangani pada tahun 2007.
Rusia menangguhkan kesepakatan tersebut karena mengadopsi sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran pada pertengahan 2010.
Namun, pada April 2015, Rusia memulai kembali pembicaraan tentang pengiriman S-300 yang sudah lama ditangguhkan menyusul tercapainya kesepakatan nuklir Iran dengan enam kekuatan dunia. Setahun kemudian, Rusia mengirimkan sistem rudal tersebut berdasarkan kontrak yang telah diselesaikan.
Laporan televisi pada hari Rabu tersebut mengatakan Bavar-373 adalah sistem rudal darat-ke-udara (surface-to-air) jarak jauh yang mampu membidik hingga 100 target pada saat bersamaan dan menghadapi target-target itu dengan enam senjata berbeda. "Itu akan disingkap Kamis," bunyi siaran stasiun televisi tersebut, dikutip AP.
Sejak 1992, Iran telah mengembangkan industri pertahanan dalam negeri yang telah menghasilkan senjata ringan dan berat mulai dari mortir dan torpedo hingga tank dan kapal selam.
Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan sanksi terhadap Iran setelah Presiden Donald Trump menarik Washington keluar diri dari kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Trump beralasan perjanjian itu tidak membatasi program rudal balistik Iran.
Jauh hari sebelum televisi pemerintah mengumumkan hal tersebut, Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Amir Hatami telah mengumumkannya, yakni pada 7 Agustus lalu.
"Akan ada berita yang sangat bagus di bidang pertahanan udara pada 22 Agustus. Saya berharap kemampuan pertahanan negara kita akan meningkat secara signifikan dengan demonstrasi dan transfer sistem Bavar-373, yang akan terjadi pada Hari Industri Pertahanan," bunyi pernyataan Hatami yang dirilis Kementerian Pertahanan setempat kala itu.
Sistem rudal yang dirancang dan dikembangkan di Iran itu sudah diuji coba pada 2017. Militer Iran menganggap Bavar-373 sebagai pesaing sistem rudal S-300 buatan Rusia.
Bavar-373 adalah sistem pertahanan udara mobile jarak jauh yang diresmikan pada Agustus 2016. Iran telah meluncurkan proyek pembuatan senjata pertahanan itu pada 2010 setelah Rusia menangguhkan kesepakatan pembelian S-300 senilai USD900 juta yang ditandatangani pada tahun 2007.
Rusia menangguhkan kesepakatan tersebut karena mengadopsi sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran pada pertengahan 2010.
Namun, pada April 2015, Rusia memulai kembali pembicaraan tentang pengiriman S-300 yang sudah lama ditangguhkan menyusul tercapainya kesepakatan nuklir Iran dengan enam kekuatan dunia. Setahun kemudian, Rusia mengirimkan sistem rudal tersebut berdasarkan kontrak yang telah diselesaikan.
(mas)