Rusia: AS Tidak Akan Berhasil Perpanjang Embargo Senjata Iran
loading...
A
A
A
NEW YORK - Rancangan resolusi Amerika Serikat (AS) tentang perpanjangan embargo senjata PBB terhadap Iran tidak memiliki peluang untuk berhasil. Hal itu diungkapkan oleh perwakilan tetap Rusia di PBB, Vasily Nebenzia.
"Resolusi ini memiliki prospek yang sangat menyedihkan. Maksud saya, mereka tidak ada," kata Nebenzia dalam wawancara online seperti dilansir dari Sputnik, Jumat (10/7/2020).
Menurut diplomat itu, Rusia mengatakan kepada AS segera setelah yang negara adidaya itu mulai mengerjakan resolusi bahwa sama sekali tidak ada peluang untuk diadopsi.
"Penerapan resolusi semacam itu akan mengakhiri JCPOA. Jelas bahwa Iran tidak akan pernah menerima itu, dan memiliki hak untuk melakukannya," tambah Nebenzia.
Pada bulan Juni, AS memperkenalkan rancangan resolusi di Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran sebelum berakhir pada pertengahan Oktober mendatang. Rusia dan China telah menyuarakan sikap oposisi mereka terhadap rancangan resolusi itu. (Baca: Pompeo: Kegagalan Perpanjang Embargo Senjata Iran Membuat Dunia Dalam Bahaya )
Pada 2015, Iran menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) bersama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Perjanjian ini mengharuskan Iran untuk mengurangi program nuklirnya dan menurunkan cadangan uraniumnya dengan imbalan bantuan sanksi, termasuk pencabutan embargo senjata lima tahun setelah kesepakatan itu di adopsi. Pada 2018, AS menarik diri dari JCPOA dan memberlakukan sanksi yang keras terhadap Teheran. (Baca: AS Dorong Embargo Senjata Iran, Rusia: Kebijakan Mencekik Maksimum )
Dibawa kebijakan tekanan maksimum Iran, AS mencoba untuk mempertahankan sanksi embargo senjata meski telah keluar dari JCPOA. Selain Rusia dan China, Uni Eropa juga menolak rencana itu. (Baca: UE Tolak Usulan AS Perpanjang Embargo Senjata Iran )
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
"Resolusi ini memiliki prospek yang sangat menyedihkan. Maksud saya, mereka tidak ada," kata Nebenzia dalam wawancara online seperti dilansir dari Sputnik, Jumat (10/7/2020).
Menurut diplomat itu, Rusia mengatakan kepada AS segera setelah yang negara adidaya itu mulai mengerjakan resolusi bahwa sama sekali tidak ada peluang untuk diadopsi.
"Penerapan resolusi semacam itu akan mengakhiri JCPOA. Jelas bahwa Iran tidak akan pernah menerima itu, dan memiliki hak untuk melakukannya," tambah Nebenzia.
Pada bulan Juni, AS memperkenalkan rancangan resolusi di Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran sebelum berakhir pada pertengahan Oktober mendatang. Rusia dan China telah menyuarakan sikap oposisi mereka terhadap rancangan resolusi itu. (Baca: Pompeo: Kegagalan Perpanjang Embargo Senjata Iran Membuat Dunia Dalam Bahaya )
Pada 2015, Iran menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) bersama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Perjanjian ini mengharuskan Iran untuk mengurangi program nuklirnya dan menurunkan cadangan uraniumnya dengan imbalan bantuan sanksi, termasuk pencabutan embargo senjata lima tahun setelah kesepakatan itu di adopsi. Pada 2018, AS menarik diri dari JCPOA dan memberlakukan sanksi yang keras terhadap Teheran. (Baca: AS Dorong Embargo Senjata Iran, Rusia: Kebijakan Mencekik Maksimum )
Dibawa kebijakan tekanan maksimum Iran, AS mencoba untuk mempertahankan sanksi embargo senjata meski telah keluar dari JCPOA. Selain Rusia dan China, Uni Eropa juga menolak rencana itu. (Baca: UE Tolak Usulan AS Perpanjang Embargo Senjata Iran )
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ber)