China Negara Pengguna CCTV Terbanyak di Dunia, Kalahkan AS
A
A
A
LONDON - Dengan penduduk mencapai 1,3 miliar, China mengandalkan sistem pengawasan massal dalam mengantisipasi kejahatan dan mengendalikan ketertiban masyarakat. Saat ini, China menjadi negara dengan kamera Closed-Circuit Television (CCTV) terbanyak di dunia mengalahkan Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
China mengawali program pengawasan massal sejak tahun 2000-an melalui proyek Skynet. Sejak saat itu, seperti dilansir media China People, sedikitnya lebih dari 20 juta kamera CCTV terpasang di ruang publik di seluruh China. Pemerintah China juga berencana memasang puluhan juta kamera baru pada 2020.
Berdasarkan laporan firma konsultan teknologi asal Inggris, Comparitech Limited, sebanyak delapan kota di China saat ini masuk jajaran 10 besar kota dengan kamera CCTV terbanyak di dunia. Dua kota yang masuk jajaran 10 besar di luar China hanyalah London, Inggris, di posisi keenam dan Atlanta, AS, di posisi ke-10.
Kota Asia lainnya yang masuk ranking ialah Jakarta, Indonesia. Jakarta berada di posisi ke-78 dengan 0,5 kamera per 1.000 orang. Rasio perbandingannya kecil mengingat jumlah kamera CCTV di Jakarta hanya 6.000 unit, sedangkan penduduknya 10 juta jiwa. Jakarta berencana menambah CCTV sebanyak 66 ribu unit pada 2020.
Comparitech mengurutkan ranking bukan berdasarkan jumlah kamera, tapi rasio perbandingan antara jumlah kamera dan penduduk. Kota Chongqing di China, misalnya, yang berada di posisi pertama. Kota yang terletak di Provinsi Sichuan tersebut memiliki 2,6 juta kamera CCTV atau 400 unit lebih sedikit dibanding Kota Shanghai.
Tapi, jumlah penduduk Chongqing hanya sekitar 15,3 juta sehingga 1.000 penduduk Chongqing diawasi 168 kamera. Sebaliknya, 1.000 penduduk Shanghai diawasi 113 kamera. Shanghai juga berada di posisi ketiga dunia. Posisi kedua diduduki Shenzhen dengan 159 kamera per 1.000 penduduk atau sebanyak 1,9 juta kamera CCTV.
Kota lain di China yang masuk jajaran 10 besar ialah Tianjin (92 kamera per 1.000 orang), Ji’nan (73), Wuhan (60), Guangzhou (52), dan Beijing (39). Urumqi, ibu kota Xinjiang, berada di posisi ke-14 dengan 12 kamera per 1.000 orang. Adapun London 68 kamera per 1.000 orang dan Atlanta 15 kamera per 1.000 orang.
Comparitech menyatakan China saat ini memiliki 200 juta kamera CCTV yang terpasang di berbagai tempat dan kemungkinan naik sebesar 213% pada 2020 atau menjadi 626 juta unit. Shenzhen sendiri berencana menambah sebanyak 16,6 juta kamera CCTV pada tahun depan atau naik 1.145% dibanding tahun ini.
“Jika seluruh wilayah di China menambah jumlah kamera CCTV sebesar 1.000%, totalnya akan mencapai 2,29 miliar atau dua kamera per orang,” ungkap Comparitech, dilansir SCMP. “China telah membatasi pergerakan dan kebebasan masyarakat di negerinya sendiri dengan kamera CCTV dan pengenal wajah,” tambahnya.
Tak Bisa Lari
Media massa di China sering menyebut sistem pengawasan massal itu sebagai mata China. Meski sama, nama Skynet tidak ada hubungannya dengan artificial intelligent (AI) jahat di dalam film Terminator. Nama itu merupakan terjemahan harfiah dari Tianwang, sebuah idiom di dalam bahasa Mandarin yang berarti penegakkan keadilan.
Pemerintah China juga menyebut sistem tersebut untuk menjaga keamanan nasional. Seorang jurnalis BBC, John Sudworth, pernah merasakan kecanggihan AI di China selama demonstrasi. Dia diminta polisi untuk melarikan diri dan bersembunyi. Hanya berselang tujuh menit, Sudworth berhasil ditemukan petugas polisi.
Empat bulan kemudian, seorang mahasiswa lokal yang menulis skripsi tentang Skynet memutuskan untuk meminta demonstrasi serupa di Hunan. Dia diberikan waktu sekitar 10 menit untuk melarikan diri dan menghapus jejak dari pelacakan petugas kepolisian. Upayanya itu berhasil dipatahkan polisi dalam lima menit.
Pemerintah China terus menanamkan modal dalam Skynet. Mereka bahkan merangkul perusahaan teknologi raksasa seperti HikVision dan Dahua, pembuat kamera keamanan terbesar di dunia, serta SenseTime, startup AI. Namun, komponen Skynet bergantung pada negara Barat yang kini sedang bersitegang.
Kontrol Sosial
Comparitech tidak menjelaskan dampak keberadaan sistem pengawasan massal terhadap publik. Meski demikian, sebagian warga di China memberikan respons positif. Warga Chongqing, Sarah Wang, mengaku perasaannya campur aduk antara merasa cemas dan berharap masyarakat dapat berlaku lebih baik di muka umum.
Senada dengan Sarah, warga Shenzhen, Yang Guo, mengatakan, keberadaan kamera CCTV membuat masyarakat lebih terkendali. Kebiasaan para pengendara menjadi berubah. Mereka tidak lagi berkendara secara sembarang atau membahayakan orang lain karena takut akan terekam kamera CCTV dan ditilang.
“Saya setuju dengan kamera pengawas selama dipasang di tempat umum,” ujar Yang. China juga memanfaatkan teknologi AI untuk mengidentifikasi pelaku kriminal di dalam sistem pengenal wajah. Para petugas keamanan disebut dapat memburu pelaku di tengah kerumunan penonton konser dan menangkapnya.
China mengawali program pengawasan massal sejak tahun 2000-an melalui proyek Skynet. Sejak saat itu, seperti dilansir media China People, sedikitnya lebih dari 20 juta kamera CCTV terpasang di ruang publik di seluruh China. Pemerintah China juga berencana memasang puluhan juta kamera baru pada 2020.
Berdasarkan laporan firma konsultan teknologi asal Inggris, Comparitech Limited, sebanyak delapan kota di China saat ini masuk jajaran 10 besar kota dengan kamera CCTV terbanyak di dunia. Dua kota yang masuk jajaran 10 besar di luar China hanyalah London, Inggris, di posisi keenam dan Atlanta, AS, di posisi ke-10.
Kota Asia lainnya yang masuk ranking ialah Jakarta, Indonesia. Jakarta berada di posisi ke-78 dengan 0,5 kamera per 1.000 orang. Rasio perbandingannya kecil mengingat jumlah kamera CCTV di Jakarta hanya 6.000 unit, sedangkan penduduknya 10 juta jiwa. Jakarta berencana menambah CCTV sebanyak 66 ribu unit pada 2020.
Comparitech mengurutkan ranking bukan berdasarkan jumlah kamera, tapi rasio perbandingan antara jumlah kamera dan penduduk. Kota Chongqing di China, misalnya, yang berada di posisi pertama. Kota yang terletak di Provinsi Sichuan tersebut memiliki 2,6 juta kamera CCTV atau 400 unit lebih sedikit dibanding Kota Shanghai.
Tapi, jumlah penduduk Chongqing hanya sekitar 15,3 juta sehingga 1.000 penduduk Chongqing diawasi 168 kamera. Sebaliknya, 1.000 penduduk Shanghai diawasi 113 kamera. Shanghai juga berada di posisi ketiga dunia. Posisi kedua diduduki Shenzhen dengan 159 kamera per 1.000 penduduk atau sebanyak 1,9 juta kamera CCTV.
Kota lain di China yang masuk jajaran 10 besar ialah Tianjin (92 kamera per 1.000 orang), Ji’nan (73), Wuhan (60), Guangzhou (52), dan Beijing (39). Urumqi, ibu kota Xinjiang, berada di posisi ke-14 dengan 12 kamera per 1.000 orang. Adapun London 68 kamera per 1.000 orang dan Atlanta 15 kamera per 1.000 orang.
Comparitech menyatakan China saat ini memiliki 200 juta kamera CCTV yang terpasang di berbagai tempat dan kemungkinan naik sebesar 213% pada 2020 atau menjadi 626 juta unit. Shenzhen sendiri berencana menambah sebanyak 16,6 juta kamera CCTV pada tahun depan atau naik 1.145% dibanding tahun ini.
“Jika seluruh wilayah di China menambah jumlah kamera CCTV sebesar 1.000%, totalnya akan mencapai 2,29 miliar atau dua kamera per orang,” ungkap Comparitech, dilansir SCMP. “China telah membatasi pergerakan dan kebebasan masyarakat di negerinya sendiri dengan kamera CCTV dan pengenal wajah,” tambahnya.
Tak Bisa Lari
Media massa di China sering menyebut sistem pengawasan massal itu sebagai mata China. Meski sama, nama Skynet tidak ada hubungannya dengan artificial intelligent (AI) jahat di dalam film Terminator. Nama itu merupakan terjemahan harfiah dari Tianwang, sebuah idiom di dalam bahasa Mandarin yang berarti penegakkan keadilan.
Pemerintah China juga menyebut sistem tersebut untuk menjaga keamanan nasional. Seorang jurnalis BBC, John Sudworth, pernah merasakan kecanggihan AI di China selama demonstrasi. Dia diminta polisi untuk melarikan diri dan bersembunyi. Hanya berselang tujuh menit, Sudworth berhasil ditemukan petugas polisi.
Empat bulan kemudian, seorang mahasiswa lokal yang menulis skripsi tentang Skynet memutuskan untuk meminta demonstrasi serupa di Hunan. Dia diberikan waktu sekitar 10 menit untuk melarikan diri dan menghapus jejak dari pelacakan petugas kepolisian. Upayanya itu berhasil dipatahkan polisi dalam lima menit.
Pemerintah China terus menanamkan modal dalam Skynet. Mereka bahkan merangkul perusahaan teknologi raksasa seperti HikVision dan Dahua, pembuat kamera keamanan terbesar di dunia, serta SenseTime, startup AI. Namun, komponen Skynet bergantung pada negara Barat yang kini sedang bersitegang.
Kontrol Sosial
Comparitech tidak menjelaskan dampak keberadaan sistem pengawasan massal terhadap publik. Meski demikian, sebagian warga di China memberikan respons positif. Warga Chongqing, Sarah Wang, mengaku perasaannya campur aduk antara merasa cemas dan berharap masyarakat dapat berlaku lebih baik di muka umum.
Senada dengan Sarah, warga Shenzhen, Yang Guo, mengatakan, keberadaan kamera CCTV membuat masyarakat lebih terkendali. Kebiasaan para pengendara menjadi berubah. Mereka tidak lagi berkendara secara sembarang atau membahayakan orang lain karena takut akan terekam kamera CCTV dan ditilang.
“Saya setuju dengan kamera pengawas selama dipasang di tempat umum,” ujar Yang. China juga memanfaatkan teknologi AI untuk mengidentifikasi pelaku kriminal di dalam sistem pengenal wajah. Para petugas keamanan disebut dapat memburu pelaku di tengah kerumunan penonton konser dan menangkapnya.
(don)