UE: China Coba Pecah UE dan Berkuasa di Eropa
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Menteri Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengatakan, China berusaha mengeksploitasi perbedaan pendapat di antara 27 negara anggota UE untuk tujuan mereka sendiri. Borrell kemudian meyebut, di saat yang sama mereka mempromosikan versi multilateralisme yang unik.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh beberapa surat kabar Eropa bahwa kepercayaan dan timbal balik adalah bahan yang diperlukan untuk hubungan UE-China.
Komentarnya muncul ketika Presiden China, Xi Jinping dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban bahwa Beijing dengan tegas mendukung PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam memerangi pandemi dan siap bekerja dengan semua negara untuk mengendalikan Covid -19.
Karena Beijing telah berupaya memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh citra internasionalnya oleh krisis kesehatan yang dimulai di wilayahnya, UE telah mengkritik pejabat China atas propaganda dan kampanye disinformasi mereka yang ditujukan untuk audiens Eropa.
Borrell, seperti dilansir South China Morning Post pada Minggu (17/5/2020) mendesak negara-negara anggota untuk menjaga disiplin kolektif ketika China berusaha mengambil keuntungan dari pandangan mereka yang berbeda tentang diplomasi.
"Mengembangkan pendekatan bersama UE untuk negara-negara adidaya tidak pernah mudah, karena setiap negara anggota memiliki sudut pandang dan sensitivitas masing-masing dan kasus China tidak terkecuali. Terlebih lagi, China tidak malu-malu tentang perbedaan ini," ucap Borrell.
“Tapi, tentunya terserah kita orang Eropa untuk mempertahankan disiplin kolektif yang diperlukan. Persatuan adalah prasyarat untuk pengaruh, karena bahkan negara anggota terbesar yang bertindak sendiri tidak dapat mempengaruhi negara adikuasa," sambungnya.
Dia mengatakan perubahan dalam hubungan UE-China telah dipercepat seiring pandemi Covid-19. Sebagai contoh, jelas Borrell, ketika kedua belah pihak telah memberikan dukungan medis satu sama lain dan di tempat lain, China memastikan dunia tahu tentang upaya bantuannya, sementara UE lebih bijaksana.
"Poin kuncinya adalah bahwa kita semua harus menunjukkan dukungan timbal balik dan solidaritas internasional - dan Uni Eropa selalu membuktikan seberapa kuat komitmennya - sambil menghindari politisasi bantuan medis darurat," tukasnya.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh beberapa surat kabar Eropa bahwa kepercayaan dan timbal balik adalah bahan yang diperlukan untuk hubungan UE-China.
Komentarnya muncul ketika Presiden China, Xi Jinping dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban bahwa Beijing dengan tegas mendukung PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam memerangi pandemi dan siap bekerja dengan semua negara untuk mengendalikan Covid -19.
Karena Beijing telah berupaya memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh citra internasionalnya oleh krisis kesehatan yang dimulai di wilayahnya, UE telah mengkritik pejabat China atas propaganda dan kampanye disinformasi mereka yang ditujukan untuk audiens Eropa.
Borrell, seperti dilansir South China Morning Post pada Minggu (17/5/2020) mendesak negara-negara anggota untuk menjaga disiplin kolektif ketika China berusaha mengambil keuntungan dari pandangan mereka yang berbeda tentang diplomasi.
"Mengembangkan pendekatan bersama UE untuk negara-negara adidaya tidak pernah mudah, karena setiap negara anggota memiliki sudut pandang dan sensitivitas masing-masing dan kasus China tidak terkecuali. Terlebih lagi, China tidak malu-malu tentang perbedaan ini," ucap Borrell.
“Tapi, tentunya terserah kita orang Eropa untuk mempertahankan disiplin kolektif yang diperlukan. Persatuan adalah prasyarat untuk pengaruh, karena bahkan negara anggota terbesar yang bertindak sendiri tidak dapat mempengaruhi negara adikuasa," sambungnya.
Dia mengatakan perubahan dalam hubungan UE-China telah dipercepat seiring pandemi Covid-19. Sebagai contoh, jelas Borrell, ketika kedua belah pihak telah memberikan dukungan medis satu sama lain dan di tempat lain, China memastikan dunia tahu tentang upaya bantuannya, sementara UE lebih bijaksana.
"Poin kuncinya adalah bahwa kita semua harus menunjukkan dukungan timbal balik dan solidaritas internasional - dan Uni Eropa selalu membuktikan seberapa kuat komitmennya - sambil menghindari politisasi bantuan medis darurat," tukasnya.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(esn)