Iran Bantah Berikan Jaminan kepada Gibraltar
A
A
A
TEHERAN - Para pejabat Iran membantah telah memberikan jaminan kepada Gibraltar untuk membebaskan kapal tankernya yang sekarang berlayar ke Mediterania. Iran pun menyatakan pembebasan tanker itu sebagai kemenangan.
Mahkamah Agung Gibraltar membebaskan kapal tanker Grace 1 pada Kamis kemarin. Keputusan itu diambil setelah menerima jaminan tertulis dari Iran bahwa kapal itu tidak akan menuju negara mana pun yang dikenakan sanksi oleh Uni Eropa.
Namun Iran membantah telah memberikan jaminan untuk membebaskan kapal tersebut. Sebaliknya, Iran menyebut Gibraltar hanya berusaha untuk menyelamatkan muka.
"Iran tidak memberikan jaminan atas Grace 1 yang tidak akan pergi ke Suriah untuk menjamin pembebasannya," bunyi laporan pemberitaan milik Iran mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi.
"Tujuan kapal tanker itu bukan Suriah dan bahkan jika benar, itu bukan urusan orang lain," tegasnya seperti dikutip dari AFP, Jumat (16/8/2019).
Sementara juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, memuji pembebasan tanker itu sebagai kemenangan bagi Teheran yang katanya telah dicapai tanpa membuat konsesi.
"Tanker minyak kami yang dirampas secara ilegal dibebaskan. Kemenangan ini tanpa memberikan jaminan apa pun adalah hasil dari #powerful_diplomacy dan kemauan yang kuat untuk memperjuangkan hak-hak suatu negara," kata Rabiei dalam sebuah tweet.
Seorang pejabat senior Iran dalam bidang pengiriman, Jalil Eslami mengatakan, kapal tanker Grace 1 akan diganti namanya dan beralih ke bendera Iran untuk perjalanan selanjutnya ke Mediterania.
"Atas permintaan pemilik, Grace 1 akan berangkat ke Mediterania setelah direflag di bawah bendera Republik Islam Iran dan diganti namanya menjadi Adrian Darya," kata Eslami kepada televisi pemerintah.
"Kapal itu awalnya berbendera Panama dan membawa dua juta barel minyak Iran," tambahnya.
Kapal tanker Grace 1 ditahan karena dicurigai muatannya ditujukan ke kilang minyak Banias di Suriah yang dianggap melanggar embargo Uni Eropa. Penahanan kapal ini dilakukan dengan bantuan Marinir Kerajaan Inggris bulan lalu.
Penyitaan ini memicu ketegangan yang tajam dalam hubungan antara Teheran dan London yang berujung pada penahanan kapal tanker berbendera Inggris, Stena Impero. London menilai tindakan ini sebagai penahanan semena-mena.
Menyusul pembebasan Grace 1, Inggris memperbarui permintaannya agar Iran melepaskan kapal Stena Impero yang disita di Selat Hormuz pada 19 Juli lalu.
Teheran menuduh bahwa Stena Impero melanggar "aturan maritim internasional" tetapi tindakan itu secara luas dipandang sebagai pembalasan atas penahanan Grace 1.
Beberapa jam sebelum putusan pengadilan, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang telah melakukan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran, meluncurkan langkah hukum di menit terakhir yang menuntut agar pemerintah Gibraltar memperpanjang penahanan kapal. (Baca juga: Intervensi di Menit Akhir, AS Minta Gibraltar Tidak Lepaskan Tanker Iran )
Mahkamah Agung Gibraltar membebaskan kapal tanker Grace 1 pada Kamis kemarin. Keputusan itu diambil setelah menerima jaminan tertulis dari Iran bahwa kapal itu tidak akan menuju negara mana pun yang dikenakan sanksi oleh Uni Eropa.
Namun Iran membantah telah memberikan jaminan untuk membebaskan kapal tersebut. Sebaliknya, Iran menyebut Gibraltar hanya berusaha untuk menyelamatkan muka.
"Iran tidak memberikan jaminan atas Grace 1 yang tidak akan pergi ke Suriah untuk menjamin pembebasannya," bunyi laporan pemberitaan milik Iran mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi.
"Tujuan kapal tanker itu bukan Suriah dan bahkan jika benar, itu bukan urusan orang lain," tegasnya seperti dikutip dari AFP, Jumat (16/8/2019).
Sementara juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, memuji pembebasan tanker itu sebagai kemenangan bagi Teheran yang katanya telah dicapai tanpa membuat konsesi.
"Tanker minyak kami yang dirampas secara ilegal dibebaskan. Kemenangan ini tanpa memberikan jaminan apa pun adalah hasil dari #powerful_diplomacy dan kemauan yang kuat untuk memperjuangkan hak-hak suatu negara," kata Rabiei dalam sebuah tweet.
Seorang pejabat senior Iran dalam bidang pengiriman, Jalil Eslami mengatakan, kapal tanker Grace 1 akan diganti namanya dan beralih ke bendera Iran untuk perjalanan selanjutnya ke Mediterania.
"Atas permintaan pemilik, Grace 1 akan berangkat ke Mediterania setelah direflag di bawah bendera Republik Islam Iran dan diganti namanya menjadi Adrian Darya," kata Eslami kepada televisi pemerintah.
"Kapal itu awalnya berbendera Panama dan membawa dua juta barel minyak Iran," tambahnya.
Kapal tanker Grace 1 ditahan karena dicurigai muatannya ditujukan ke kilang minyak Banias di Suriah yang dianggap melanggar embargo Uni Eropa. Penahanan kapal ini dilakukan dengan bantuan Marinir Kerajaan Inggris bulan lalu.
Penyitaan ini memicu ketegangan yang tajam dalam hubungan antara Teheran dan London yang berujung pada penahanan kapal tanker berbendera Inggris, Stena Impero. London menilai tindakan ini sebagai penahanan semena-mena.
Menyusul pembebasan Grace 1, Inggris memperbarui permintaannya agar Iran melepaskan kapal Stena Impero yang disita di Selat Hormuz pada 19 Juli lalu.
Teheran menuduh bahwa Stena Impero melanggar "aturan maritim internasional" tetapi tindakan itu secara luas dipandang sebagai pembalasan atas penahanan Grace 1.
Beberapa jam sebelum putusan pengadilan, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang telah melakukan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran, meluncurkan langkah hukum di menit terakhir yang menuntut agar pemerintah Gibraltar memperpanjang penahanan kapal. (Baca juga: Intervensi di Menit Akhir, AS Minta Gibraltar Tidak Lepaskan Tanker Iran )
(ian)