Bom Mobil Tewaskan Tiga Staf PBB di Benghazi
A
A
A
TRIPOLI - Sebuah ledakan bom mobil di kota Benghazi, Libya timur, menewaskan tiga anggota staf PBB dan dua anggota misi lainnya. Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh PBB.
PBB berusaha menengahi gencatan senjata di ibu kota Tripoli, tempat Tentara Nasional Libya (LNA) yang berbasis di timur meluncurkan serangan mendadak pada April lalu. Seorang wartawan Reuters yang berada di rumah sakit Benghazi mengidentifikasi para korban sebagai bagian dari Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL).
PBB tidak memberikan rincian lebih lanjut, dengan hanya mengatakan beberapa korbannya adalah anggota yang bekerja di Benghazi. Misi PBB telah meningkatkan kehadirannya baru-baru ini di kota itu.
Sementara itu juru bicara LNA Ahmed al-Mismari mengatakan kepada wartawan bahwa dua orang lainnya yang tewas adalah penjaga UNSMIL. Ia menambahkan bahwa 10 orang telah terluka, termasuk anak-anak. Juru bicara UNSMIL Jean El Alam mengatakan melalui email bahwa organisasi itu "dalam proses pengumpulan informasi".
Ledakan itu terjadi di depan pusat perbelanjaan dan bank. Setidaknya satu mobil PBB yang terbakar bisa terlihat di tempat kejadian.
LNA belum bergerak melampaui pinggiran selatan Tripoli, yang merupakan rumah bagi pemerintah yang diakui secara internasional.
Saat ledakan, komandan LNA Khalifa Haftar mengumumkan penghentian operasi militer selama liburan Idul Adha, yang berlangsung dari Sabtu hingga Selasa, menurut sebuah pernyataan dari pasukannya di Benghazi.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan itu.
"Sekretaris jenderal menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati gencatan senjata kemanusiaan selama Idul Adha dan kembali ke meja perundingan untuk mengejar masa depan damai yang layak bagi rakyat Libya," kata Dujarric seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (11/8/2019).
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan bertemu, atas permintaan Prancis, untuk membahas perkembangan terakhir di Libya.
Pada hari Jumat, pemerintah di Tripoli mengatakan telah menerima proposal PBB untuk gencatan senjata selama liburan. Namun, tidak jelas apakah pertempuran di Ibu Kota akan benar-benar berhenti. Menurut PBB, lebih dari 105.000 orang telah mengungsi selama bentrokan.
"UNSMIL akan bertanggung jawab untuk memantau setiap pelanggaran," kata pemerintah Tripoli.
PBB berusaha menengahi gencatan senjata di ibu kota Tripoli, tempat Tentara Nasional Libya (LNA) yang berbasis di timur meluncurkan serangan mendadak pada April lalu. Seorang wartawan Reuters yang berada di rumah sakit Benghazi mengidentifikasi para korban sebagai bagian dari Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL).
PBB tidak memberikan rincian lebih lanjut, dengan hanya mengatakan beberapa korbannya adalah anggota yang bekerja di Benghazi. Misi PBB telah meningkatkan kehadirannya baru-baru ini di kota itu.
Sementara itu juru bicara LNA Ahmed al-Mismari mengatakan kepada wartawan bahwa dua orang lainnya yang tewas adalah penjaga UNSMIL. Ia menambahkan bahwa 10 orang telah terluka, termasuk anak-anak. Juru bicara UNSMIL Jean El Alam mengatakan melalui email bahwa organisasi itu "dalam proses pengumpulan informasi".
Ledakan itu terjadi di depan pusat perbelanjaan dan bank. Setidaknya satu mobil PBB yang terbakar bisa terlihat di tempat kejadian.
LNA belum bergerak melampaui pinggiran selatan Tripoli, yang merupakan rumah bagi pemerintah yang diakui secara internasional.
Saat ledakan, komandan LNA Khalifa Haftar mengumumkan penghentian operasi militer selama liburan Idul Adha, yang berlangsung dari Sabtu hingga Selasa, menurut sebuah pernyataan dari pasukannya di Benghazi.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan itu.
"Sekretaris jenderal menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati gencatan senjata kemanusiaan selama Idul Adha dan kembali ke meja perundingan untuk mengejar masa depan damai yang layak bagi rakyat Libya," kata Dujarric seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (11/8/2019).
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan bertemu, atas permintaan Prancis, untuk membahas perkembangan terakhir di Libya.
Pada hari Jumat, pemerintah di Tripoli mengatakan telah menerima proposal PBB untuk gencatan senjata selama liburan. Namun, tidak jelas apakah pertempuran di Ibu Kota akan benar-benar berhenti. Menurut PBB, lebih dari 105.000 orang telah mengungsi selama bentrokan.
"UNSMIL akan bertanggung jawab untuk memantau setiap pelanggaran," kata pemerintah Tripoli.
(ian)