Gara-gara Kashmir, Perang Pakistan-India Bisa Pecah
A
A
A
ISLAMABAD - Pakistan memperingatkan perang dapat pecah dengan India. Peringatan itu muncul setelah India mengumumkan rencana untuk mencabut status semi-otonomi dari wilayah Kashmir yang disengketakan.
Kashmir wilayah mayoritas Muslim di India, telah lama memiliki perlindungan konstitusional khusus di negara bagian Jammu dan Kashmir yang mayoritas penduduknya Hindu di India.
Tetapi pada hari Senin pemerintah mengumumkan telah mencabut ketentuan yang mencegah orang non-Kashmir membeli properti, memastikan pekerjaan pemerintah daerah untuk orang Kashmir, dan memastikan wilayah tersebut memiliki kendali atas undang-undang sendiri.
Ribuan tentara telah dikerahkan ke provinsi itu dan akses internet lokal dimatikan. Itu dilakukan dalam upaya untuk memadamkan protes yang diperkirakan akan dilakukan oleh warga Kashmir.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengaku khawatir warga Kashmir akan marah dengan upaya pemerintah India untuk sepenuhnya menyerap provinsi yang bergolak itu ke bagian lain dari negara tersebut. Warga Kashmir akan melancarkan serangan terhadap ribuan tentara India dan petugas polisi yang ditempatkan di Kashmir.
"Jika New Delhi memilih untuk menyalahkan Pakistan atas serangan semacam itu, konflik bersenjata penuh antara kedua kekuatan bersenjata nuklir akan menjadi hasil akhirnya," Khan memperingatkan seperti dikutip dari Independent, Rabu (7/8/2019).
Khan juga mengatakan akan membawa permasalahan Kashmir ke Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan melawannya di setiap forum. Kami berpikir bagaimana kami dapat membawanya ke Pengadilan Internasional ... ke Dewan Keamanan PBB," katanya kepada parlemen Pakistan.
Sementara itu Kepala tentara Pakistan, Jenderal Qamar Javed Bajwa, bersumpah pasukannya akan "pergi sejauh apa pun" untuk mendukung rakyat Kashmir.
"Tentara Pakistan dengan kuat mendukung Kashmir dalam perjuangan mereka yang adil sampai akhir," katanya.
"Kami siap dan akan melakukan apa pun untuk memenuhi kewajiban kami dalam hal ini," imbuhnya.
Pakistan, yang mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya sendiri dan sudah mengelola sebagian wilayah itu, dan India sebelumnya telah berperang dua kali di wilayah Himalaya.
Baru-baru ini, setelah kelompok teroris Kashmir menewaskan 44 petugas polisi, India melancarkan serangan udara ke wilayah Pakistan dan Pakistan menembak jatuh dua jet tempur India sebagai pembalasan.
Laporan dari Kashmir mengatakan jalan-jalan di ibukota Srinagar sangat sepi di tengah kehadiran keamanan yang mencekik dan pemadaman komunikasi.
Pertemuan lebih dari empat orang juga telah dilarang dan toko-toko kehabisan persediaan setelah beberapa hari panik membeli.
Pihak berwenang India juga telah menangkap beberapa politisi lokal Kashmir, termasuk dua mantan menteri kepala negara.
"Kita mungkin melihat letusan ketika penjaga turun," kata Shah Faesal, pemimpin Gerakan Rakyat Jammu dan Kashmir. "Orang-orang menganggapnya sebagai tindakan penghinaan," tukasnya.
Kashmir wilayah mayoritas Muslim di India, telah lama memiliki perlindungan konstitusional khusus di negara bagian Jammu dan Kashmir yang mayoritas penduduknya Hindu di India.
Tetapi pada hari Senin pemerintah mengumumkan telah mencabut ketentuan yang mencegah orang non-Kashmir membeli properti, memastikan pekerjaan pemerintah daerah untuk orang Kashmir, dan memastikan wilayah tersebut memiliki kendali atas undang-undang sendiri.
Ribuan tentara telah dikerahkan ke provinsi itu dan akses internet lokal dimatikan. Itu dilakukan dalam upaya untuk memadamkan protes yang diperkirakan akan dilakukan oleh warga Kashmir.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengaku khawatir warga Kashmir akan marah dengan upaya pemerintah India untuk sepenuhnya menyerap provinsi yang bergolak itu ke bagian lain dari negara tersebut. Warga Kashmir akan melancarkan serangan terhadap ribuan tentara India dan petugas polisi yang ditempatkan di Kashmir.
"Jika New Delhi memilih untuk menyalahkan Pakistan atas serangan semacam itu, konflik bersenjata penuh antara kedua kekuatan bersenjata nuklir akan menjadi hasil akhirnya," Khan memperingatkan seperti dikutip dari Independent, Rabu (7/8/2019).
Khan juga mengatakan akan membawa permasalahan Kashmir ke Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan melawannya di setiap forum. Kami berpikir bagaimana kami dapat membawanya ke Pengadilan Internasional ... ke Dewan Keamanan PBB," katanya kepada parlemen Pakistan.
Sementara itu Kepala tentara Pakistan, Jenderal Qamar Javed Bajwa, bersumpah pasukannya akan "pergi sejauh apa pun" untuk mendukung rakyat Kashmir.
"Tentara Pakistan dengan kuat mendukung Kashmir dalam perjuangan mereka yang adil sampai akhir," katanya.
"Kami siap dan akan melakukan apa pun untuk memenuhi kewajiban kami dalam hal ini," imbuhnya.
Pakistan, yang mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya sendiri dan sudah mengelola sebagian wilayah itu, dan India sebelumnya telah berperang dua kali di wilayah Himalaya.
Baru-baru ini, setelah kelompok teroris Kashmir menewaskan 44 petugas polisi, India melancarkan serangan udara ke wilayah Pakistan dan Pakistan menembak jatuh dua jet tempur India sebagai pembalasan.
Laporan dari Kashmir mengatakan jalan-jalan di ibukota Srinagar sangat sepi di tengah kehadiran keamanan yang mencekik dan pemadaman komunikasi.
Pertemuan lebih dari empat orang juga telah dilarang dan toko-toko kehabisan persediaan setelah beberapa hari panik membeli.
Pihak berwenang India juga telah menangkap beberapa politisi lokal Kashmir, termasuk dua mantan menteri kepala negara.
"Kita mungkin melihat letusan ketika penjaga turun," kata Shah Faesal, pemimpin Gerakan Rakyat Jammu dan Kashmir. "Orang-orang menganggapnya sebagai tindakan penghinaan," tukasnya.
(ian)