Pakta Nuklir Era Perang Dingin Runtuh, AS Siap Kembangkan Rudal Darat

Sabtu, 03 Agustus 2019 - 19:49 WIB
Pakta Nuklir Era Perang Dingin Runtuh, AS Siap Kembangkan Rudal Darat
Pakta Nuklir Era Perang Dingin Runtuh, AS Siap Kembangkan Rudal Darat
A A A
WASHINGTON - Pentagon mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) bermaksud untuk mengembangkan rudal-rudal konvensional berbasis darat yang sebelumnya dilarang di bawah Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) .

Pengumuman itu muncul pada hari ketika pakta kontrol senjata nuklir era Perang Dingin itu runtuh setelah Washington menarik diri secara sepihak, pada hari Jumat.

"Sekarang kami telah mundur, Departemen Pertahanan akan sepenuhnya mengejar pengembangan rudal konvensional yang diluncurkan di darat," kata Pentagon melalui seorang juru bicaranya via email.

Perjanjian INF diteken Amerika Serikat dengan Uni Soviet tahun 1987 dan sejak itu dipertahankan Amerika dengan penerus Soviet, yakni Rusia. Namun, beberapa bulan lalu pemerintah Presiden Donald Trump mengumumkan akan menarik diri dari perjanjian itu dengan alasan Moskow telah melanggarnya.

Traktat kontrol senjata nuklir era Perang Dingin ini mengamanatkan larangan pengembangan rudal berbasis darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer. Para analis khawatir runtuhnya perjanjian itu akan menandai dimulainya perlombaan senjata baru antara Washington dengan Moskow.

Mantan menteri pertahanan AS William J Perry melalui Twitter ikut menyesalkan runtuhnya perjanjian penting tersebut. "Penarikan AS dari Perjanjian INF hari ini (Jumat) merupakan pukulan besar bagi kontrol senjata nuklir dan keamanan global, kami berjalan dalam perlombaan senjata baru," katanya, dikutip dari akun Twitter-nya, @SecDef19, Sabtu (3/8/2019).

Menurut Pentagon, Rusia telah memproduksi senjata ofensif yang dilarang di bawah Perjanjian INF, sehingga membahayakan AS dan sekutunya.

Tuduhan ini mengacu pada misil SSC-8, yang dikenal di Rusia dengan nama 9M729. Moskow mengklaim misil itu masih sesuai dengan Perjanjian INF 1987 dan merupakan upgrade dari sistem rudal yang lebih tua tanpa melanggar perjanjian.

Bulan lalu, misi AS untuk NATO menyalahkan Rusia atas matinya Perjanjian INF. Washington memberi waktu enam bulan kepada Moskow menghancurkan misil SSC-8 untuk menyelamatkan Perjanjian INF. Namun, sampai batas waktu berakhir 2 Agustus kemarin, Rusia tetap menolak melakukannya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov kepada Russia Today mengatakan Amerika keluar dari perjanjian itu karena memang menginginkannya. "Satu-satunya alasan untuk ini terjadi adalah bahwa AS memutuskan untuk melepaskan diri dari perjanjian kontrol senjata yang menjaga kemampuan AS di daerah ini pada tingkat nol selama beberapa dekade," katanya.

"Tidak ada yang akan mendapat keuntungan dari runtuhnya INF," ujar Ryabkov. "Keamanan semua orang akan dalam bahaya."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6328 seconds (0.1#10.140)