Lavrov: Dialog Venezuela Harusnya Tanpa Syarat
A
A
A
PARAMARIBO - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, dialog untuk menyelesaikan krisis politik di Venezuela seharusnya tidak memiliki prasyarat. Hal itu diungkapkan Lavrov saat mengunjungi negara kecil Amerika Selatanb di Suriname pada akhir kunjungannya ke Amerika Latin.
Pemerintah dan oposis Venezuela tengah melakukan dialog yang dimediasi oleh pemerintah Norwegia. Oposisi, yang dipimpin oleh Ketua Majelis Nasional Juan Guaido, telah mendesak Presiden Nicolas Maduro untuk mundur untuk memberikan jalan bagi pemerintah transisi untuk mengadakan pemilu baru.
"Kami, sama seperti teman-teman kami di Suriname, yakin bahwa itu (perdamaian) dapat dihasilkan melalui dialog langsung antara pemerintah dan oposisi tanpa prasyarat, dan tanpa ancaman yang kami dengar datang dari berbagai Ibu Kota," kata Lavrov bersama Menteri Luar Negeri Surin Yldiz Pollack- Beighle di ibu kota Paramirabo seperti dikutip dari Reuters, Minggu (28/7/2019).
Referensi untuk "ancaman" adalah peringatan dari Amerika Serikat (AS), yang mengatakan intervensi militer "di atas meja" untuk menyelesaikan krisis di Venezuela, yang ditandai oleh keruntuhan ekonomi hiperinflasi dan eksodus lebih dari 4 juta orang ke negara tetangga.
Awal pekan ini, Lavrov mengatakan oposisi Venezuela berhubungan dengan Moskow, dan bahwa dunia harus mendorong dialog di Venezuela daripada memaksakan agendanya sendiri.
Sementara itu Pollack-Beighle tidak menyebut Venezuela selama sambutannya. Selama pertemuan blok perdagangan Mercosur awal bulan ini, duta besar Suriname untuk Kuba, Marciano Edgar Armaketo, mengatakan posisi negara itu di Venezuela didasarkan pada tidak campur tangan dalam urusan dalam negara.
Venezuela dilanda krisis politik berkepanjangan. Puncaknya saat Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela pada bulan Januai. Dia telah diakui sebagai pemimpin yang sah oleh sebagian besar negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, tetapi Maduro tetap memegang kendali atas fungsi-fungsi negara dan dukungan Rusia, Cina dan Kuba. Maduro telah mengecam Guaido sebagai boneka AS yang ingin memicu kudeta.
Pemerintah dan oposis Venezuela tengah melakukan dialog yang dimediasi oleh pemerintah Norwegia. Oposisi, yang dipimpin oleh Ketua Majelis Nasional Juan Guaido, telah mendesak Presiden Nicolas Maduro untuk mundur untuk memberikan jalan bagi pemerintah transisi untuk mengadakan pemilu baru.
"Kami, sama seperti teman-teman kami di Suriname, yakin bahwa itu (perdamaian) dapat dihasilkan melalui dialog langsung antara pemerintah dan oposisi tanpa prasyarat, dan tanpa ancaman yang kami dengar datang dari berbagai Ibu Kota," kata Lavrov bersama Menteri Luar Negeri Surin Yldiz Pollack- Beighle di ibu kota Paramirabo seperti dikutip dari Reuters, Minggu (28/7/2019).
Referensi untuk "ancaman" adalah peringatan dari Amerika Serikat (AS), yang mengatakan intervensi militer "di atas meja" untuk menyelesaikan krisis di Venezuela, yang ditandai oleh keruntuhan ekonomi hiperinflasi dan eksodus lebih dari 4 juta orang ke negara tetangga.
Awal pekan ini, Lavrov mengatakan oposisi Venezuela berhubungan dengan Moskow, dan bahwa dunia harus mendorong dialog di Venezuela daripada memaksakan agendanya sendiri.
Sementara itu Pollack-Beighle tidak menyebut Venezuela selama sambutannya. Selama pertemuan blok perdagangan Mercosur awal bulan ini, duta besar Suriname untuk Kuba, Marciano Edgar Armaketo, mengatakan posisi negara itu di Venezuela didasarkan pada tidak campur tangan dalam urusan dalam negara.
Venezuela dilanda krisis politik berkepanjangan. Puncaknya saat Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela pada bulan Januai. Dia telah diakui sebagai pemimpin yang sah oleh sebagian besar negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, tetapi Maduro tetap memegang kendali atas fungsi-fungsi negara dan dukungan Rusia, Cina dan Kuba. Maduro telah mengecam Guaido sebagai boneka AS yang ingin memicu kudeta.
(ian)