Trauma Kudeta, Penyebab Erdogan Pilih Sistem Rudal S-400 Rusia?
A
A
A
WASHINGTON - Bagi sebagian pejabat Amerika Serikat (AS), kegagalan pemerintahan Donald Trump untuk membujuk Turki agar tidak membeli sistem pertahanan rudal Rusia kemungkinan berakar pada upaya kudeta terhadap Presiden Tayyip Erdogan tiga tahun lalu.
Para pejabat itu mengakui bahwa memburuknya hubungan AS dengan Turki dalam beberapa tahun terakhir dan pengaruh Rusia yang semakin besar dengan Ankara juga telah membantu memengaruhi Ankara untuk membeli sistem rudal S-400. Tiga pejabat AS dan seorang sumber pertahanan mengatakan kepada Reuters tentang teori tersebut.
Menurut para pejabat tersebut, salah satu alasan Erdogan memilih untuk membeli senjata pertahanan Rusia daripada dari senjata sejenis dari anggota NATO adalah mungkin mewaspadai Angkatan Udara-nya sendiri, yang memainkan peran utama dalam upaya kudeta pada 15 Juli 2016.
Rudal S-400— yang mulai diterima Turki Jumat pekan lalu—akan lebih baik dalam menangkis serangan terhadap pemerintah Turki dari jet tempurnya sendiri daripada sistem rudal Patriot yang dipasok AS.
Sistem rudal Patriot produksi Raytheon Co, yang telah ditawarkan ke Turki, memberikan perlindungan untuk membantu menghindari insiden "friendly fire" terhadap pesawat tempur NATO, seperti jet Angkatan Udara Turki.
"Anda harus bertanya pada diri sendiri; Mengapa Erdogan benar-benar menginginkan sistem Rusia?," tanya salah satu pejabat AS, Kamis (18/7/2019). "Dia tidak percaya pada Angkatan Udara-nya."
Dua pejabat AS dan seorang sumber pertahanan yang mengetahui pembicaraan NATO tentang Turki, yang semuanya berbicara dengan syarat anonim, mengemukakan teori yang sama tentang kemungkinan motivasi pemimpin Turki sejak lama.
"Ada beberapa pembicaraan bahwa dia menginginkan sistem (Rusia) hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Dia tidak menginginkan sistem yang terintegrasi dengan NATO," kata salah seorang pejabat.
Seorang pejabat senior Turki membantah bahwa kekhawatiran tentang militernya sendiri sebagai faktor yang memotivasi keputusan pembelian sistem rudal S-400 Rusia. Dia mengatakan Turki telah membersihkan para pendukung upaya kudeta, termasuk dari angkatan bersenjata.
"Turki tidak khawatir tentang upaya kudeta yang lain dan negara ini mempercayai tentara dan pilotnya sendiri," katanya, ketika ditanya tentang spekulasi para pejabat AS.
Pejabat Turki lainnya—yang memiliki pengetahuan tentang kesepakatan pembelian S-400—mengatakan Ankara selalu ingin membeli sistem rudal Patriot, tetapi terpaksa beralih ke Rusia.
"Tidak ada ketidakpastian tentang ini (keinginan memperoleh sistem Patriot)," katanya. "Namun, AS memiliki sikap menunda selama masa jabatan Obama."
Erdogan sendiri mengatakan Turki membeli S-400 karena Rusia membuatnya menjadi kesepakatan yang lebih baik, dan para pejabat Turki menemukan hal-hal sulit dari Amerika Serikat mengenai harga sistem Patriot, produksi bersama dan transfer teknologinya.
Presiden Donald Trump secara terbuka membela Erdogan, dengan mengatakan Ankara hanya memilih sistem Rusia karena Barack Obama gagal menawarkan alternatif yang layak kepada Turki.
Pentagon, yang melihat S-400 sebagai ancaman terhadap jet tempur siluman paling modern di gudang senjatanya; F-35, mengumumkan pada hari Rabu bahwa Amerika Serikat akan membatalkan rencananya untuk menjual jet ke Turki. Gedung Putih pada akhirnya mengumumkan bahwa Ankara dikeluarkan dari program jet tempur tersebut.
Jet Turki dalam Kudeta
Pilot Angkatan Udara Turki memainkan peran utama dalam upaya kudeta yang gagal. Jet komando dan helikopter mengebom gedung parlemen dan mengancam pesawat pemerintah yang dinaiki Erdogan saat itu. Upaya kudeta runtuh dalam beberapa jam, tetapi 251 orang tewas dan lebih dari 1.500 lainnya terluka.
Pada Juni, mantan Kepala Angkatan Udara Turki, Akin Ozturk, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena keterlibatannya dalam kudeta. Bulan ini, jaksa penuntut Turki memerintahkan penangkapan lebih dari 176 personel militer atas hubungan mereka dengan jaringan yang diduga merencanakan kudeta.
Seorang pejabat Washington lainnya mengungkap bahwa pertemuan tahun 2018 di antara para pejabat Amerika ada pembicaraan di mana para pejabat Turki sudah mengisyaratkan akan membeli sistem pertahanan udara baru. Para pejabat Turki itu menggambarkan angkatan udara mereka sendiri sebagai salah satu ancaman keamanan utama yang dihadapi negara tersebut.
"Seorang birokrat Turki mengatakan ancaman utama kepada pemerintah tetap dari Angkatan Udara Turki sendiri, yang mengoperasikan pesawat NATO dan telah menyerang instalasi pemerintah dan berusaha untuk membunuh Presiden Erdogan selama upaya kudeta Juli 2016," kata pejabat Washington tersebut, yang memiliki pengetahuan rinci tentang pertemuan itu.
"Dan sistem S-400 dirancang untuk melawan pesawat NATO," ujarnya.
Selain kekhawatiran Erdogan tentang militernya sendiri, ada faktor-faktor lain di belakang yang membuat pemerintah Turki memilih membeli senjata pertahanan Rusia.
Faktor itu termasuk kekuatan Rusia yang tumbuh di Timur Tengah, perpecahan antara Ankara dan Washington atas perang di Suriah, dan bahkan rasa bangga Erdogan sendiri dalam menghadapi tekanan AS untuk mundur dari kesepakatannya dengan Rusia.
Erdogan juga marah dengan penolakan Washington untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, seorang ulama Muslim yang bermarkas di Pennsylvania yang menurut Turki merekayasa kudeta. Gulen membantah terlibat.
Beberapa pejabat AS sejak lama mengulurkan harapan bahwa mereka bisa memengaruhi Erdogan untuk melepaskan S-400 demi rudal Patriot. Namun, tawaran itu sering ditolak.
Soner Cagaptay, seorang ahli Turki di lembaga think tank Washington Institute for Near East Policy, mengakui pandangan Washington bahwa Erdogan membeli S-400 untuk perlindungannya sendiri.
Namun dia juga menyebut faktor pengaruh Presiden Rusia Vladimir Putin ikut berkontribusi dan kemungkinan bahwa Moskow dapat bekerja sama dengan Ankara untuk menggagalkan gerilyawan Kurdi YPG di Suriah. Turki memandang YPG sebagai teroris.
"Namun saya pikir, pengemudi yang lebih besar ...(adalah hal itu), Erdogan telah menyadari bahwa AS tidak akan membantunya di Suriah dalam melawan YPG, dan Putin akan (membantu)," kata Cagaptay.
"Sebagai imbalannya, Putin telah memikat Turki ke dalam kesepakatan dan penawaran yang menguntungkan, banyak di antaranya merusak orientasi pro-Barat Turki, pembelian S-400 menjadi contohnya."
Para pejabat itu mengakui bahwa memburuknya hubungan AS dengan Turki dalam beberapa tahun terakhir dan pengaruh Rusia yang semakin besar dengan Ankara juga telah membantu memengaruhi Ankara untuk membeli sistem rudal S-400. Tiga pejabat AS dan seorang sumber pertahanan mengatakan kepada Reuters tentang teori tersebut.
Menurut para pejabat tersebut, salah satu alasan Erdogan memilih untuk membeli senjata pertahanan Rusia daripada dari senjata sejenis dari anggota NATO adalah mungkin mewaspadai Angkatan Udara-nya sendiri, yang memainkan peran utama dalam upaya kudeta pada 15 Juli 2016.
Rudal S-400— yang mulai diterima Turki Jumat pekan lalu—akan lebih baik dalam menangkis serangan terhadap pemerintah Turki dari jet tempurnya sendiri daripada sistem rudal Patriot yang dipasok AS.
Sistem rudal Patriot produksi Raytheon Co, yang telah ditawarkan ke Turki, memberikan perlindungan untuk membantu menghindari insiden "friendly fire" terhadap pesawat tempur NATO, seperti jet Angkatan Udara Turki.
"Anda harus bertanya pada diri sendiri; Mengapa Erdogan benar-benar menginginkan sistem Rusia?," tanya salah satu pejabat AS, Kamis (18/7/2019). "Dia tidak percaya pada Angkatan Udara-nya."
Dua pejabat AS dan seorang sumber pertahanan yang mengetahui pembicaraan NATO tentang Turki, yang semuanya berbicara dengan syarat anonim, mengemukakan teori yang sama tentang kemungkinan motivasi pemimpin Turki sejak lama.
"Ada beberapa pembicaraan bahwa dia menginginkan sistem (Rusia) hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Dia tidak menginginkan sistem yang terintegrasi dengan NATO," kata salah seorang pejabat.
Seorang pejabat senior Turki membantah bahwa kekhawatiran tentang militernya sendiri sebagai faktor yang memotivasi keputusan pembelian sistem rudal S-400 Rusia. Dia mengatakan Turki telah membersihkan para pendukung upaya kudeta, termasuk dari angkatan bersenjata.
"Turki tidak khawatir tentang upaya kudeta yang lain dan negara ini mempercayai tentara dan pilotnya sendiri," katanya, ketika ditanya tentang spekulasi para pejabat AS.
Pejabat Turki lainnya—yang memiliki pengetahuan tentang kesepakatan pembelian S-400—mengatakan Ankara selalu ingin membeli sistem rudal Patriot, tetapi terpaksa beralih ke Rusia.
"Tidak ada ketidakpastian tentang ini (keinginan memperoleh sistem Patriot)," katanya. "Namun, AS memiliki sikap menunda selama masa jabatan Obama."
Erdogan sendiri mengatakan Turki membeli S-400 karena Rusia membuatnya menjadi kesepakatan yang lebih baik, dan para pejabat Turki menemukan hal-hal sulit dari Amerika Serikat mengenai harga sistem Patriot, produksi bersama dan transfer teknologinya.
Presiden Donald Trump secara terbuka membela Erdogan, dengan mengatakan Ankara hanya memilih sistem Rusia karena Barack Obama gagal menawarkan alternatif yang layak kepada Turki.
Pentagon, yang melihat S-400 sebagai ancaman terhadap jet tempur siluman paling modern di gudang senjatanya; F-35, mengumumkan pada hari Rabu bahwa Amerika Serikat akan membatalkan rencananya untuk menjual jet ke Turki. Gedung Putih pada akhirnya mengumumkan bahwa Ankara dikeluarkan dari program jet tempur tersebut.
Jet Turki dalam Kudeta
Pilot Angkatan Udara Turki memainkan peran utama dalam upaya kudeta yang gagal. Jet komando dan helikopter mengebom gedung parlemen dan mengancam pesawat pemerintah yang dinaiki Erdogan saat itu. Upaya kudeta runtuh dalam beberapa jam, tetapi 251 orang tewas dan lebih dari 1.500 lainnya terluka.
Pada Juni, mantan Kepala Angkatan Udara Turki, Akin Ozturk, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena keterlibatannya dalam kudeta. Bulan ini, jaksa penuntut Turki memerintahkan penangkapan lebih dari 176 personel militer atas hubungan mereka dengan jaringan yang diduga merencanakan kudeta.
Seorang pejabat Washington lainnya mengungkap bahwa pertemuan tahun 2018 di antara para pejabat Amerika ada pembicaraan di mana para pejabat Turki sudah mengisyaratkan akan membeli sistem pertahanan udara baru. Para pejabat Turki itu menggambarkan angkatan udara mereka sendiri sebagai salah satu ancaman keamanan utama yang dihadapi negara tersebut.
"Seorang birokrat Turki mengatakan ancaman utama kepada pemerintah tetap dari Angkatan Udara Turki sendiri, yang mengoperasikan pesawat NATO dan telah menyerang instalasi pemerintah dan berusaha untuk membunuh Presiden Erdogan selama upaya kudeta Juli 2016," kata pejabat Washington tersebut, yang memiliki pengetahuan rinci tentang pertemuan itu.
"Dan sistem S-400 dirancang untuk melawan pesawat NATO," ujarnya.
Selain kekhawatiran Erdogan tentang militernya sendiri, ada faktor-faktor lain di belakang yang membuat pemerintah Turki memilih membeli senjata pertahanan Rusia.
Faktor itu termasuk kekuatan Rusia yang tumbuh di Timur Tengah, perpecahan antara Ankara dan Washington atas perang di Suriah, dan bahkan rasa bangga Erdogan sendiri dalam menghadapi tekanan AS untuk mundur dari kesepakatannya dengan Rusia.
Erdogan juga marah dengan penolakan Washington untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, seorang ulama Muslim yang bermarkas di Pennsylvania yang menurut Turki merekayasa kudeta. Gulen membantah terlibat.
Beberapa pejabat AS sejak lama mengulurkan harapan bahwa mereka bisa memengaruhi Erdogan untuk melepaskan S-400 demi rudal Patriot. Namun, tawaran itu sering ditolak.
Soner Cagaptay, seorang ahli Turki di lembaga think tank Washington Institute for Near East Policy, mengakui pandangan Washington bahwa Erdogan membeli S-400 untuk perlindungannya sendiri.
Namun dia juga menyebut faktor pengaruh Presiden Rusia Vladimir Putin ikut berkontribusi dan kemungkinan bahwa Moskow dapat bekerja sama dengan Ankara untuk menggagalkan gerilyawan Kurdi YPG di Suriah. Turki memandang YPG sebagai teroris.
"Namun saya pikir, pengemudi yang lebih besar ...(adalah hal itu), Erdogan telah menyadari bahwa AS tidak akan membantunya di Suriah dalam melawan YPG, dan Putin akan (membantu)," kata Cagaptay.
"Sebagai imbalannya, Putin telah memikat Turki ke dalam kesepakatan dan penawaran yang menguntungkan, banyak di antaranya merusak orientasi pro-Barat Turki, pembelian S-400 menjadi contohnya."
(mas)