China Bantah Pisahkan Anak-anak Muslim Xinjiang dari Orangtuanya

Senin, 08 Juli 2019 - 12:17 WIB
China Bantah Pisahkan Anak-anak Muslim Xinjiang dari Orangtuanya
China Bantah Pisahkan Anak-anak Muslim Xinjiang dari Orangtuanya
A A A
LONDON - Duta Besar (Dubes) China untuk Inggris, Liu Xiaoming, membantah bahwa pemerintahnya melakukan tindakan sistematis yang memisahkan anak-anak Muslim di Xinjiang barat dari orangtuanya.

Sebelumnya, peneliti Jerman Dr Adrien Zenz mengungkap anak-anak Muslim di Xinjiang barat juga dimasukkan ke kamp pendidikan ulang dan dipisahkan dari orangtuanya. Laporan BBC juga menyatakan ada ratusan anak-anak dari kelompok etnis minoritas Uighur yang dipisahkan dari kedua orang tua mereka.

"Tidak ada pemisahan anak-anak dari orang tua mereka. Tidak sama sekali," bantah Dubes Liu dalam program Andrew Marr Show di BBC pada hari Minggu (7/7/2019).

"Jika Anda memiliki orang yang kehilangan anak-anak mereka, beri saya nama dan kami akan mencoba menemukan mereka," tantang Liu.

Bukti yang dikumpulkan oleh BBC menunjukkan bahwa di satu kota mandiri di Xinjiang, lebih dari 400 anak telah kehilangan kedua orang tua mereka karena suatu bentuk pengasingan.

Pihak berwenang China mengklaim orang-orang Uighur dididik di pusat-pusat pelatihan kejuruan yang dirancang untuk memerangi ekstremisme.

Tetapi bukti menunjukkan bahwa banyak yang ditahan hanya karena mengekspresikan iman mereka, seperti berdoa atau mengenakan kerudung dan karena memiliki koneksi luar negeri seperti Turki. (Baca: Tak Hanya Orang Dewasa, Anak-anak Muslim Uighur Juga Masuk Kamp Pendidikan )

Jurnalis BBC, John Sudworth, mewawancarai orang tua dari komunitas Uighur di Turki yang mengatakan anak-anak mereka hilang di China.

Seorang pejabat di Xinjiang mengatakan kepada BBC bahwa anak-anak yang orangtuanya telah ditahan di kamp-kamp dikirim ke sekolah berasrama.

"Kami menyediakan akomodasi, makanan, dan pakaian...dan kami telah diberitahu oleh senior bahwa kami harus merawat mereka dengan baik," katanya.

Tetapi Zenz mengatakan sekolah asrama memberikan konteks yang ideal untuk rekayasa ulang budaya berkelanjutan terhadap masyarakat minoritas.

"Saya pikir bukti untuk secara sistematis memisahkan orang tua dan anak-anak adalah indikasi yang jelas bahwa pemerintah Xinjiang sedang berusaha untuk membangkitkan generasi baru yang terputus dari akar asli, kepercayaan agama dan bahasa mereka sendiri," katanya.

Lusinan orang tua Uighur yang tinggal di Turki berbicara kepada BBC tentang keinginan mereka untuk bersatu dengan anak-anak mereka yang hilang.

"Saya tidak tahu siapa yang menjaga mereka...tidak ada kontak sama sekali," kata seorang ibu yang identitasnya dilindungi.

Ribuan orang Uighur telah pindah ke Turki untuk melakukan bisnis, mengunjungi keluarga, atau untuk melepaskan diri dari batasan-batasan pengendalian kelahiran China dan apa yang mereka sebut penindasan agama.

Banyak yang bertahan di Turki setelah China mulai menahan ratusan ribu warga Uighur selama tiga tahun terakhir.

Namun, Liu menggambarkan orang tua Uighur yang berbicara kepada BBC di Turki sebagai "orang anti-pemerintah".

"Anda tidak dapat mengharapkan kata yang baik (dari mereka) tentang pemerintah," katanya. "Jika mereka ingin bersama anak-anak mereka, mereka bisa kembali."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6202 seconds (0.1#10.140)