Rezim Kim Jong-un Korut Bebaskan Mahasiswa Australia Alek Sigley
A
A
A
BEIJING - Alek Sigley, mahasiswa Australia, yang ditahan di Korea Utara (Korut) telah dibebaskan. Perdana Menteri Scott Morrison pada Kamis (4/7/2019) mengatakan Sigley telah berada di Beijing, China, dalam kondisi aman dan sehat.
"Kami senang mengumumkan bahwa Alek Sigley hari ini telah dibebaskan dari penahanan di Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK). Dia aman dan sehat," kata Morrison kepada Parlemen setempat.
"Pihak berwenang Swedia memberi tahu Pemerintah Australia bahwa mereka bertemu dengan pejabat senior dari DPRK kemarin dan mengangkat masalah hilangnya Alek atas nama Australia."
Menurut NK News, pria berusia 29 tahun itu sekarang berada di China dalam kondisi aman dan sehat dan akan melakukan perjalanan ke Tokyo pada hari ini.
Alek terlihat tersenyum ketika dia berjalan melalui Bandara Beijing. "Saya baik-baik saja, saya baik-baik saja. Saya baik-baik saja...saya sangat baik," katanya kepada wartawan ketika ia mendorong barang bawaannya ke bandara.
Senyumnya tersendat sejenak ketika salah satu wartawan bertanya apa yang terjadi di Korea Utara, negara yang dipimpin rezim Kim Jong-un.
Dia sekarang dilaporkan berada di Kedutaan Besar Australia di Beijing.
Ayah Alek, Gary Sigley, mengatakan putranya akan segera bersatu kembali dengan istrinya yang merupakan warga Jepang, Yuka Morinaga, di Tokyo.
"Dia baik-baik saja. Dia dalam semangat yang sangat baik. Dia diperlakukan dengan baik," kata Gary Sigley kepada wartawan di kampung halamannya di Perth.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia."Dan semua yang bekerja di belakang, yang membantu mewujudkan (pembebasan) ini," ujarnya.
Perdana Menteri Morrison menyampaikan rasa terima kasih yang terdalam kepada otoritas Swedia karena membantu Alek dibebaskan.
"Hasil ini menunjukkan nilai yang bijaksana, di balik layar pekerjaan para pejabat dalam menyelesaikan kasus konsuler yang kompleks dan sensitif, dalam kemitraan erat dengan pemerintah lain," kata Morrison.
"Kita tidak bisa lebih senang bahwa kita tidak hanya tahu di mana Alek berada, tetapi bahwa dia aman," imbuh dia, seperti dikutip news.com.au.
Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan kepada Senat bahwa keluarga Sigley telah menyatakan kelegaannya dan rasa terima kasihnya.
Payne mengaku telah berbicara dengan ayah Alek dan menggambarkannya "sangat lega".
"Keluarga telah meminta agar kami menyampaikan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan menyatakan dukungan untuk mereka selama beberapa hari terakhir," katanya.
Mahasiswa tersebut telah belajar untuk meraih gelar pascasarjana di Universitas Kim Il Sung di Pyongyang dan bekerja sebagai operator perusahaan wisata Tongil Tours.
Kekhawatiran muncul sejak minggu lalu ketika Alek menghilang secara misterius dan semua akun media sosialnya "terdiam".
Pada hari Rabu pekan lalu dia diidentifikasi media Korea Selatan telah ditahan oleh pejabat Korea Utara.
Alek telah banyak diprofilkan tentang kehidupannya di negara yang terkenal penuh rahasia itu oleh beberapa organisasi media, termasuk Sky News, The Guardian dan Public International Radio (PRI).
Tidak diketahui mengapa dia ditangkap, tetapi tiga bulan yang lalu dia menulis sebuah artikel untuk The Guardian di mana dia berbicara tentang leluasanya dia berada di Ibu Kota Korut, Pyongyang, tanpa pengawasan dan makan di mana pun dia suka.
"Kami senang mengumumkan bahwa Alek Sigley hari ini telah dibebaskan dari penahanan di Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK). Dia aman dan sehat," kata Morrison kepada Parlemen setempat.
"Pihak berwenang Swedia memberi tahu Pemerintah Australia bahwa mereka bertemu dengan pejabat senior dari DPRK kemarin dan mengangkat masalah hilangnya Alek atas nama Australia."
Menurut NK News, pria berusia 29 tahun itu sekarang berada di China dalam kondisi aman dan sehat dan akan melakukan perjalanan ke Tokyo pada hari ini.
Alek terlihat tersenyum ketika dia berjalan melalui Bandara Beijing. "Saya baik-baik saja, saya baik-baik saja. Saya baik-baik saja...saya sangat baik," katanya kepada wartawan ketika ia mendorong barang bawaannya ke bandara.
Senyumnya tersendat sejenak ketika salah satu wartawan bertanya apa yang terjadi di Korea Utara, negara yang dipimpin rezim Kim Jong-un.
Dia sekarang dilaporkan berada di Kedutaan Besar Australia di Beijing.
Ayah Alek, Gary Sigley, mengatakan putranya akan segera bersatu kembali dengan istrinya yang merupakan warga Jepang, Yuka Morinaga, di Tokyo.
"Dia baik-baik saja. Dia dalam semangat yang sangat baik. Dia diperlakukan dengan baik," kata Gary Sigley kepada wartawan di kampung halamannya di Perth.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia."Dan semua yang bekerja di belakang, yang membantu mewujudkan (pembebasan) ini," ujarnya.
Perdana Menteri Morrison menyampaikan rasa terima kasih yang terdalam kepada otoritas Swedia karena membantu Alek dibebaskan.
"Hasil ini menunjukkan nilai yang bijaksana, di balik layar pekerjaan para pejabat dalam menyelesaikan kasus konsuler yang kompleks dan sensitif, dalam kemitraan erat dengan pemerintah lain," kata Morrison.
"Kita tidak bisa lebih senang bahwa kita tidak hanya tahu di mana Alek berada, tetapi bahwa dia aman," imbuh dia, seperti dikutip news.com.au.
Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan kepada Senat bahwa keluarga Sigley telah menyatakan kelegaannya dan rasa terima kasihnya.
Payne mengaku telah berbicara dengan ayah Alek dan menggambarkannya "sangat lega".
"Keluarga telah meminta agar kami menyampaikan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan menyatakan dukungan untuk mereka selama beberapa hari terakhir," katanya.
Mahasiswa tersebut telah belajar untuk meraih gelar pascasarjana di Universitas Kim Il Sung di Pyongyang dan bekerja sebagai operator perusahaan wisata Tongil Tours.
Kekhawatiran muncul sejak minggu lalu ketika Alek menghilang secara misterius dan semua akun media sosialnya "terdiam".
Pada hari Rabu pekan lalu dia diidentifikasi media Korea Selatan telah ditahan oleh pejabat Korea Utara.
Alek telah banyak diprofilkan tentang kehidupannya di negara yang terkenal penuh rahasia itu oleh beberapa organisasi media, termasuk Sky News, The Guardian dan Public International Radio (PRI).
Tidak diketahui mengapa dia ditangkap, tetapi tiga bulan yang lalu dia menulis sebuah artikel untuk The Guardian di mana dia berbicara tentang leluasanya dia berada di Ibu Kota Korut, Pyongyang, tanpa pengawasan dan makan di mana pun dia suka.
(mas)