Pejabat Kesayangan Meninggal, Kim Jong-un Larang Obat Buatan China

Sabtu, 22 Mei 2021 - 20:03 WIB
loading...
Pejabat Kesayangan Meninggal, Kim Jong-un Larang Obat Buatan China
Pemimpin Korut Kim Jong-un melarang obat buatan China setelah seorang pejabat kesayangannya meninggal. Foto/Forbes
A A A
SEOUL - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un , dilaporkan telah melarang obat-obatan buatan China di rumah sakit besar di Ibu Kota Pyongyang. Itu dilakukan setelah kematian seorang pejabat tingkat atas pemerintah.

Menurut situs berita Daily NK yang berbasis di Korea Selatan (Korsel), seorang pejabat tingkat tinggi yang merupakan bagian dari birokrasi ekonomi negara itu meninggal awal bulan ini setelah menerima dosis cocarboxylase, obat yang diproduksi di China yang biasanya digunakan untuk mengobati kelelahan.

Pejabat tersebut, yang tidak disebutkan namanya oleh outlet berita, dikabarkan adalah birokrat terpercaya yang telah bekerja di sektor ekonomi negara sejak negara tersebut diperintah oleh ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il. Ia dirawat karena penyakit yang berhubungan dengan jantung dan tekanan darah tinggi di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Pyongyang ketika dia meninggal.

"Tidak jelas apakah kematian pria itu akibat suntikan cocarboxylase," bunyi laporan Daily NK yang dikutip Newsweek, Sabtu (22/5/2021).

Namun, Kim Jong-un dilaporkan marah besar setelah mengetahui pejabat itu kemungkinan meninggal akibat obat asal China, menurut outlet berita tersebut.

"Pemimpin Korea Utara menanggapi dengan mengungkapkan kesedihan atas kehilangan pejabat berbakat dan kemudian memerintahkan agar produk medis China dikeluarkan dari semua rumah sakit besar di Pyongyang," kata Daily NK.



Larangan itu dikatakan mencakup perintah agar semua vaksin COVID-19 buatan China harus dihapus dari analisis yang sedang dilakukan. Sebaliknya, kata pemimpin itu, kegiatan penelitian sekarang harus fokus pada produksi vaksin virus Corona negara itu sendiri.

Newsweek tidak dapat secara independen menguatkan laporan Daily NK.

Korut telah menderita kekurangan makanan dan obat-obatan impor sejak menutup ketat perbatasannya tahun lalu akibat serangan pandemi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1215 seconds (0.1#10.140)