Militan Libya Punya Rudal Javelin, Pentagon Gelar Penyelidikan
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon menggelar penyelidikan terkait bagaiman tempat penyimpanan rudal buatan Amerika Serikat (AS), Javelin, berada di tangan Tentara Nasional Libya. Tentara Nasional Libya (LNA) adalah sebuah kelompok militer yang berlomba untuk menggulingkan pemerintahan Libya yang diakui PBB dan AS di Tripoli.
Tumpukan rudal anti-tank Javelin - sebanyak empat unit yang harganya masing-masing lebih dari USD170.000 - ditemukan di kota Gharyan, setelah serangan balasan pemerintah merebut kota itu dari LNA beberapa hari lalu.
Rudal buatan AS, bersama dengan peluru artileri yang dipandu laser buatan China, ditunjukkan kepada wartawan oleh pasukan pemerintah Tripoli. Tanda pada wadah mereka menunjukkan bahwa Javelin itu pada awalnya dijual Washington ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 2008 seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (30/6/2019).
Diproduksi oleh raksasa pertahanan Raytheon dan Lockheed Martin, Javelin FGM-148 menggunakan sensor inframerah untuk melepaskan rudal ke udara dan menghancurkan sebuah tank dari atas sementara penggunanya tetap aman berlindung. Rudal itu dapat menghancurkan semua tank tempur utama yang ditempatkan di seluruh dunia.
Bagaimana rudal itu bisa berakhir di tangan LNA Jenderal Khalifa Haftar masih belum jelas, meskipun UEA telah mendukung klaimnya atas kekuasaan di Libya. Menurut New York Times, Pentagon sedang menyelidiki penemuan itu.
Jika UEA memasok senjata ke pasukan Haftar, langkah itu kemungkinan akan menjadi pelanggaran perjanjian pengguna akhir dengan AS, serta embargo senjata PBB.
Senjata Amerika kerap menemukan jalan mereka ke tangan musuh Washington di seluruh dunia. Di bawah pengawasan pemerintahan Trump, senjata-senjata AS yang dijual ke Arab Saudi dan UEA dilaporkan menemukan jalannya jatuh ke tangaan anggota al-Qaeda dan faksi-faksi lain yang berperang di Yaman, bunyi sebuah laporan pada bulan Februari.
Di bawah Barack Obama, senjata AS yang dimaksudkan untuk yang disebut "pemberontak moderat" di Suriah dengan cepat dijual di pasar gelap, dicuri oleh ISIS atau anggota Front al-Nusra, sayap al-Qaeda yang bertempur di negara itu.
Senjata-senjata ini termasuk kendaraan anti ranjau, rudal kendali TOW, dan senapan.
Ketika AS mengumumkan penyelidikannya atas penyitaan senjata di Libya, pasukan Jenderal Haftar melancarkan serangan udara terhadap Gharyan pada Jumat malam. Merebut kembali kota akan mengembalikan LNA dalam jarak yang sangat dekat dari Tripoli, 100 km ke utara.
Tumpukan rudal anti-tank Javelin - sebanyak empat unit yang harganya masing-masing lebih dari USD170.000 - ditemukan di kota Gharyan, setelah serangan balasan pemerintah merebut kota itu dari LNA beberapa hari lalu.
Rudal buatan AS, bersama dengan peluru artileri yang dipandu laser buatan China, ditunjukkan kepada wartawan oleh pasukan pemerintah Tripoli. Tanda pada wadah mereka menunjukkan bahwa Javelin itu pada awalnya dijual Washington ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 2008 seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (30/6/2019).
Diproduksi oleh raksasa pertahanan Raytheon dan Lockheed Martin, Javelin FGM-148 menggunakan sensor inframerah untuk melepaskan rudal ke udara dan menghancurkan sebuah tank dari atas sementara penggunanya tetap aman berlindung. Rudal itu dapat menghancurkan semua tank tempur utama yang ditempatkan di seluruh dunia.
Bagaimana rudal itu bisa berakhir di tangan LNA Jenderal Khalifa Haftar masih belum jelas, meskipun UEA telah mendukung klaimnya atas kekuasaan di Libya. Menurut New York Times, Pentagon sedang menyelidiki penemuan itu.
Jika UEA memasok senjata ke pasukan Haftar, langkah itu kemungkinan akan menjadi pelanggaran perjanjian pengguna akhir dengan AS, serta embargo senjata PBB.
Senjata Amerika kerap menemukan jalan mereka ke tangan musuh Washington di seluruh dunia. Di bawah pengawasan pemerintahan Trump, senjata-senjata AS yang dijual ke Arab Saudi dan UEA dilaporkan menemukan jalannya jatuh ke tangaan anggota al-Qaeda dan faksi-faksi lain yang berperang di Yaman, bunyi sebuah laporan pada bulan Februari.
Di bawah Barack Obama, senjata AS yang dimaksudkan untuk yang disebut "pemberontak moderat" di Suriah dengan cepat dijual di pasar gelap, dicuri oleh ISIS atau anggota Front al-Nusra, sayap al-Qaeda yang bertempur di negara itu.
Senjata-senjata ini termasuk kendaraan anti ranjau, rudal kendali TOW, dan senapan.
Ketika AS mengumumkan penyelidikannya atas penyitaan senjata di Libya, pasukan Jenderal Haftar melancarkan serangan udara terhadap Gharyan pada Jumat malam. Merebut kembali kota akan mengembalikan LNA dalam jarak yang sangat dekat dari Tripoli, 100 km ke utara.
(ian)