Bom ISIS Guncang Pangkalan Militer Filipina, 5 Orang Tewas
A
A
A
JOLO - Serangan bom mengguncang pangkalan militer di Filipina selatan pada hari Jumat. Lima orang tewas termasuk tiga tentara.
Kelompok Islamic State atau ISIS mengklaim sebagai pelakunya. Selain menewaskan lima orang, ledakan itu juga melukai sembilan orang lainnya.
Menurut ISIS, ledakan itu merupakan aksi para pelaku bom bunuh diri.
Militer Filipina mengatakan ledakan terjadi pada tengah hari di sebuah pangkalan di pulau Jolo. Wilayah itu dikenal sebagai basis Abu Sayyaf, sebuah jaringan kelompok militan yang terkenal karena melakukan penculikan, pembajakan kapal dan telah bersumpah setia kepada ISIS.
Klaim ISIS itu muncul dari media propagandanya, Amaq. Menurut kelompok tersebut, para petempurnya yang telah diikat dengan bahan peledak telah menyusup ke pangkalan militer.
Kelompok itu mengklaim serangan tersebut menewaskan beberapa orang dan melukai sekitar 100 tentara. ISIS merilis foto dua pemuda berdiri di samping bendera hitam kelompok tersebut dan mengenakan rompi bom.
Baik klaim maupun keaslian foto tersebut belum bisa diverifikasi.
Insiden itu akan menjadi kemunduran besar bagi tujuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk memusnahkan kelompok Abu Sayyaf. Duterte berencana membentuk divisi infantri khusus di Jolo pada tahun 2022 yang akan terdiri dari 4.500 tentara.
Kantor Presiden Duterte belum berkomentar atas ledakan di pangkalan militer di Jolo.
Sedangkan militer hanya memberikan penjelasan singkat tentang apa yang terjadi, tetapi berjanji akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan merespons dengan tekad yang kuat.
"Pasukan darat terus mengidentifikasi para pelaku di balik serangan tidak manusiawi ini," kata Cirilito Sobejana, kepala Komando Mindanao Barat. "Kami akan mengintensifkan serangan kami untuk menghancurkan kelompok-kelompok teroris," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (29/6/2019).
Bentrokan antara pasukan Filipina dan Abu Sayyaf semakin meningkat setelah pengeboman bulan Januari lalu terhadap sebuah gereja di Jolo. Serangan bom kala itu menewaskan 21 orang dan melukai hampir 100 orang, termasuk tentara dan warga sipil. ISIS juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan di gereja tersebut.
Kelompok Islamic State atau ISIS mengklaim sebagai pelakunya. Selain menewaskan lima orang, ledakan itu juga melukai sembilan orang lainnya.
Menurut ISIS, ledakan itu merupakan aksi para pelaku bom bunuh diri.
Militer Filipina mengatakan ledakan terjadi pada tengah hari di sebuah pangkalan di pulau Jolo. Wilayah itu dikenal sebagai basis Abu Sayyaf, sebuah jaringan kelompok militan yang terkenal karena melakukan penculikan, pembajakan kapal dan telah bersumpah setia kepada ISIS.
Klaim ISIS itu muncul dari media propagandanya, Amaq. Menurut kelompok tersebut, para petempurnya yang telah diikat dengan bahan peledak telah menyusup ke pangkalan militer.
Kelompok itu mengklaim serangan tersebut menewaskan beberapa orang dan melukai sekitar 100 tentara. ISIS merilis foto dua pemuda berdiri di samping bendera hitam kelompok tersebut dan mengenakan rompi bom.
Baik klaim maupun keaslian foto tersebut belum bisa diverifikasi.
Insiden itu akan menjadi kemunduran besar bagi tujuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk memusnahkan kelompok Abu Sayyaf. Duterte berencana membentuk divisi infantri khusus di Jolo pada tahun 2022 yang akan terdiri dari 4.500 tentara.
Kantor Presiden Duterte belum berkomentar atas ledakan di pangkalan militer di Jolo.
Sedangkan militer hanya memberikan penjelasan singkat tentang apa yang terjadi, tetapi berjanji akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan merespons dengan tekad yang kuat.
"Pasukan darat terus mengidentifikasi para pelaku di balik serangan tidak manusiawi ini," kata Cirilito Sobejana, kepala Komando Mindanao Barat. "Kami akan mengintensifkan serangan kami untuk menghancurkan kelompok-kelompok teroris," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (29/6/2019).
Bentrokan antara pasukan Filipina dan Abu Sayyaf semakin meningkat setelah pengeboman bulan Januari lalu terhadap sebuah gereja di Jolo. Serangan bom kala itu menewaskan 21 orang dan melukai hampir 100 orang, termasuk tentara dan warga sipil. ISIS juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan di gereja tersebut.
(mas)