Mahasiswa Australia Diduga Ditahan Korea Utara

Kamis, 27 Juni 2019 - 09:16 WIB
Mahasiswa Australia Diduga Ditahan Korea Utara
Mahasiswa Australia Diduga Ditahan Korea Utara
A A A
CANBERRA - Australia mengatakan tengah berusaha mencari klarifikasi tentang nasib seorang warganya yang dikhawatirkan ditahan di Korea Utara (Korut). Departemen Luar Negeri Australia menyatakan mereka menerima laporan dari keluarga seorang pria yang dilaporkan ditahan di Korut.

Media berbahasa Korea menyebutnya sebagai Alek Sigley, satu dari segelintir mahasiswa Barat di Universitas Kim Il Sung, tempat ia belajar sastra Korea. Ia juga menjalankan sebuah usaha yang mengkhususkan bergerak dalam tur Korut dan telah menulis artikel tentang tempat makan di Pyongyang dan sejumlah masalah lainnya untuk NK News dan media lainnya.

Postingan sosial media terakhirnya terjadi pada tiga hari yang lalu.

"Departemen Luar Negeri sedang mencari klarifikasi," bunyi pernyataan dari Canberra.

"Karena kewajiban privasi kami, kami tidak akan memberikan komentar lebih lanjut," sambung pernyataan itu seperti di kutip dari AFP, Kamis (27/6/2019).

Australia sendiri tidak memiliki misi diplomatik di Pyongyang dan diwakili oleh kedutaan Swedia.

Dalam sebuah postingan di bulan Januari tahun ini, Sigley menggambarkan minat yang kuat di Asia Timur dan "sosialisme" serta menceritakan perjalanan pertamanya ke Korut pada tahun 2012.

Putra dari lelaki Inggris-Australia dan ibu China itu sebelumnya belajar di Universitas Fudan, Shanghai dan di Korea Selatan (Korsel) sebelum pindah ke Pyongyang, menurut postingannya.

"Saya mendaftar pada gelar master dalam sastra Korea di sekolah pascasarjana universitas. Karena saya adalah satu-satunya siswa asing dalam program khusus ini, kursus saya semua dilakukan satu-satu dengan guru," tulisnya.

Menghindari politik, Sigley menggambarkan kehidupan mengobrol dengan siswa pertukaran asal China, minum dengan siswa asal Rusia dan bermain video game serta pergi ke restoran dengan siswa dari Kanada dan Swedia.

Dalam sebuah artikel untuk surat kabar Guardian yang diterbitkan pada akhir Maret, Sigley mengatakan dia memiliki akses yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya ke Pyongyang sebagai penduduk asing jangka panjang.

"Saya bebas berkeliaran di sekitar kota, tanpa ada orang yang menemani saya. Interaksi dengan penduduk setempat kadang-kadang bisa terbatas, tetapi saya bisa berbelanja dan makan hampir di mana saja saya mau," tulisnya.

Canberra melarang perjalanan yang tidak penting ke Korut - tempat beberapa orang asing ditahan di masa lalu. Saran konsuler merekomendasikan warga Australia tinggal sesingkat mungkin, tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu, dan meninjau pengaturan keamanan.

Pada tahun 2016, Otto Warmbier, seorang mahasiswa Universitas Virginia Amerika Serikat (AS), dipenjara selama tur ke negara otoriter itu setelah dituduh menurunkan poster propaganda.

Dokter mengatakan dia menderita kerusakan otak parah saat dalam penahanan, jatuh koma dan meninggal beberapa hari setelah tiba kembali di AS pada Juni 2017. Dia berusia 22 tahun.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4984 seconds (0.1#10.140)