Rusia Peringatkan Krisis Misil Kuba Terulang jika AS Sebar Rudal Nuklir

Kamis, 27 Juni 2019 - 04:47 WIB
Rusia Peringatkan Krisis Misil Kuba Terulang jika AS Sebar Rudal Nuklir
Rusia Peringatkan Krisis Misil Kuba Terulang jika AS Sebar Rudal Nuklir
A A A
MOSKOW - Rusia mengeluarkan peringatan yang mengatakan bahwa Krisis Misil Kuba seperti tahun 1962 akan terulang jika Amerika Serikat (AS) nekat menyebarkan sistem rudal berkemampuan nuklir di Eropa Timur.

Krisis Misil Kuba tahun 1962 terjadi setelah Washington mengerahkan misil-misil di Turki. Uni Soviet saat itu merespons dengan menempatkan rudal balistik di Kuba, yang hanya berjarak beberapa mil dari garis pantai Amerika Serikat.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan rencana penempatan rudal AS di wilayah yang dekat perbatasan Rusia akan memicu krisis rudal yang skalanya identik dengan yang ada di Karibia. Kasus kejadian di Karibia yang dimaksud Ryabkov adalah Krisis Misil Kuba.

Ryabkov mengatakan Gedung Putih, Pentagon dan sekretariat internasional NATO menyatakan bahwa AS dan aliansi tidak memiliki rencana untuk menggunakan sistem misil masa depan di Eropa. Namun, dia mengatakan bahwa rencana itu dapat diubah dengan mudah.

“Kita harus bersiap untuk skenario terburuk. Tidak ada rencana, tetapi peluncur Mk-41 adalah kenyataan. Niat NATO telah agresif selama ini dan mereka tetap demikian," kecam Ryabkov, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Kamis (27/6/2019).

NATO dan AS, kata dia, harus menyadari bahwa situasinya dapat memperburuk secara maksimal. "Kita mungkin menemukan diri kita berada dalam situasi krisis rudal yang cukup dekat dengan krisis Karibia," ujarnya.

Lebih lanjut Ryabkov mengatakan Rusia siap untuk merespons setiap langkah yang dapat diambil NATO. Pernyataan ini sebagai tanggapan terhadap NATO yang mengancam akan bertindak jika Moskow tidak menghancurkan sistem rudal jelajah nuklir SSC-8. Sistem rudal itu dianggap melanggar Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987.

Pada Oktober 2018, pemerintahan Trump mengumumkan rencananya untuk menarik diri dari Perjanjian INF 1987 dengan Rusia. Langkah Washington memicu kritik karena berpotensi memunculkan perlombaan senjata nuklir di Eropa.

Direktur kebijakan pelucutan senjata dan pengurangan ancaman di Arms Control Association, Kingston Reif mengatakan ada risiko perlombaan rudal baru di Eropa jika tak ada Perjanjian INF. Reif mengatakan AS tidak memiliki rencana yang layak untuk mencegah Rusia mengejar kemampuan tambahan untuk senjatanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4912 seconds (0.1#10.140)