Rouhani Tegaskan Iran Tolak Renegosiasi Kesepakatan Nuklir
A
A
A
TEHERAN - Iran tidak akan melakukan negosiasi ulang kesepakatan nuklir dengan syarat apa pun. Hal itu ditegaskan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam percakapan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Tidak ada peluang untuk merundingkan kembali kesepakatan yang dibuat setelah dua tahun negosiasi," kata Rouhani dalam siaran pers yang dipublikasikan di situs web kepresidenan yang dilansir dari Sputnik, Rabu (26/6/2019).
Menurut Rouhani, dengan meningkatkan tekanan sanksi, Amerika Serikat hanya menunjukkan keengganannya untuk menyelesaikan masalah.
Rouhani juga mengingatkan bahwa Teheran akan terus mengurangi komitmennya di bawah kesepakatan nuklir, jika penandatangan kesepakatan lainnya gagal melindungi Iran dari sanksi Washington.
Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat sejak AS tiba-tiba menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada Mei 2018. Setahun kemudian, situasinya semakin memburuk, dengan Amerika Serikat meluncurkan sejumlah sanksi terhadap Iran. Sanksi-sanksi itu menargetkan keuangan negara, transportasi, militer dan bidang lainnya.
Iran kemudian mengumumkan bahwa pihaknya telah menghentikan sebagian komitmennya berdasarkan perjanjian nuklir 2015 dan memberikan ultimatum kepada pihak lain dari kesepakatan itu yaitu China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Rusia dan Inggris. Teheran mengatakan dalam waktu 60 hari akan mengurangi beberapa kewajiban lainnya jika mereka gagal melindungi kepentingan Teheran.
"Tidak ada peluang untuk merundingkan kembali kesepakatan yang dibuat setelah dua tahun negosiasi," kata Rouhani dalam siaran pers yang dipublikasikan di situs web kepresidenan yang dilansir dari Sputnik, Rabu (26/6/2019).
Menurut Rouhani, dengan meningkatkan tekanan sanksi, Amerika Serikat hanya menunjukkan keengganannya untuk menyelesaikan masalah.
Rouhani juga mengingatkan bahwa Teheran akan terus mengurangi komitmennya di bawah kesepakatan nuklir, jika penandatangan kesepakatan lainnya gagal melindungi Iran dari sanksi Washington.
Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat sejak AS tiba-tiba menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada Mei 2018. Setahun kemudian, situasinya semakin memburuk, dengan Amerika Serikat meluncurkan sejumlah sanksi terhadap Iran. Sanksi-sanksi itu menargetkan keuangan negara, transportasi, militer dan bidang lainnya.
Iran kemudian mengumumkan bahwa pihaknya telah menghentikan sebagian komitmennya berdasarkan perjanjian nuklir 2015 dan memberikan ultimatum kepada pihak lain dari kesepakatan itu yaitu China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Rusia dan Inggris. Teheran mengatakan dalam waktu 60 hari akan mengurangi beberapa kewajiban lainnya jika mereka gagal melindungi kepentingan Teheran.
(ian)