China Bantah Bidikkan Laser ke Pilot Australia di Laut China Selatan
A
A
A
BEIJING - Kementerian Pertahanan China membantah laporan yang mengklaim pilot-pilot helikopter Angkatan Laut Australia menjadi sasaran laser yang dibidikkan dari kapal penangkap ikan China. Laporan itu dianggap tidak konsisten dengan fakta.
Juru bicara kementerian, Wu Qian, mengatakan kepada wartawan pada briefing bulanan bahwa Australia harus merenungkan diri sendiri sebelum menunjuk orang lain.
"Menurut pengetahuan saya, apa yang Anda katakan tidak konsisten dengan fakta," kata Wu, seperti dikutip dari news.com.au, Sabtu (1/6/2019).
Pakar yang aktif di Australian Strategic Policy Institute, Euan Graham, berada di kapal induk HMAS Canberra saat serangan laser dilaporkan terjadi. Helikopter-helikopter tersebut berbasis di kapal induk tersebut.
"Beberapa pilot helikopter mendapati laser menunjuk mereka melalui kapal penangkap ikan, untuk sementara mendaratkan (helikopter) untuk alasan medis," kata Graham.
Insiden serangan laser pernah terjadi di Djibouti, di mana AS dan China memiliki pangkalan. Pada tahun lalu, AS memprotes China setelah laser diarahkan ke pesawat mereka di negara Tanduk Afrika itu yang mengakibatkan cedera ringan pada dua pilot Amerika. China membantah bahwa pasukannya menargetkan pesawat militer AS.
Departemen Pertahanan Australia (ADF) mengonfirmasi interaksi dengan militer Beijing berlangsung selama kapal-kapal Canberra menjalankan tur Indo-Pasifik Endeavour 2019, sebuah misi keterlibatan regional ADF yang rampung Senin (27/5/2019).
Kapal induk HMAS Canberra telah berlabuh di Darwin, mengakhiri tur selama tujuh bulan di tujuh negara Asia. Tiga kapal perang, pesawat terbang dan lebih dari 1.200 personel pertahanan Australia bergabung dalam misi tersebut.
Komodor Udara Richard Owen mengatakan kepada ABC di atas kapal induk HMAS Canberra setelah dia tiba di ujung negara Australia.
Dia mengatakan Kelompok Tugas Australia melakukan dua transit melalui Laut China Selatan, di mana militer China mengawasi dengan ketat para pengunjung internasional yang melewati perairan yang disengketakan.
"Itu kontroversial, kami cukup sadar akan hal itu," kata Komodor Udara Owen. "Kami transit di utara dan selatan melalui Laut China Selatan di perairan internasional dan kami diikuti, seperti biasanya, dengan angkatan laut lainnya."
ABC mengungkap bahwa kapal induk Australia dan rombongannya tersebut dibuntuti militer China awal bulan ini ketika mereka menuju Vietnam, serta ketika Kelompok Tugas meninggalkan pelabuhan Cam Ranh.
"Kami peka terhadap semua interaksi angkatan laut, kami berlatih untuk itu, kami menyadari bagaimana mereka akan berperilaku dan bagaimana kami berperilaku, jadi saya sama sekali tidak khawatir tentang hal itu, saya yakin dengan kemampuan Angkatan Laut Australia dan ADF," ujar Komodor Owen.
"Mereka ingin tahu siapa kami, ke mana kami pergi dan apa niat kami, dan orang China tidak berbeda—mereka ramah, mereka profesional."
Juru bicara kementerian, Wu Qian, mengatakan kepada wartawan pada briefing bulanan bahwa Australia harus merenungkan diri sendiri sebelum menunjuk orang lain.
"Menurut pengetahuan saya, apa yang Anda katakan tidak konsisten dengan fakta," kata Wu, seperti dikutip dari news.com.au, Sabtu (1/6/2019).
Pakar yang aktif di Australian Strategic Policy Institute, Euan Graham, berada di kapal induk HMAS Canberra saat serangan laser dilaporkan terjadi. Helikopter-helikopter tersebut berbasis di kapal induk tersebut.
"Beberapa pilot helikopter mendapati laser menunjuk mereka melalui kapal penangkap ikan, untuk sementara mendaratkan (helikopter) untuk alasan medis," kata Graham.
Insiden serangan laser pernah terjadi di Djibouti, di mana AS dan China memiliki pangkalan. Pada tahun lalu, AS memprotes China setelah laser diarahkan ke pesawat mereka di negara Tanduk Afrika itu yang mengakibatkan cedera ringan pada dua pilot Amerika. China membantah bahwa pasukannya menargetkan pesawat militer AS.
Departemen Pertahanan Australia (ADF) mengonfirmasi interaksi dengan militer Beijing berlangsung selama kapal-kapal Canberra menjalankan tur Indo-Pasifik Endeavour 2019, sebuah misi keterlibatan regional ADF yang rampung Senin (27/5/2019).
Kapal induk HMAS Canberra telah berlabuh di Darwin, mengakhiri tur selama tujuh bulan di tujuh negara Asia. Tiga kapal perang, pesawat terbang dan lebih dari 1.200 personel pertahanan Australia bergabung dalam misi tersebut.
Komodor Udara Richard Owen mengatakan kepada ABC di atas kapal induk HMAS Canberra setelah dia tiba di ujung negara Australia.
Dia mengatakan Kelompok Tugas Australia melakukan dua transit melalui Laut China Selatan, di mana militer China mengawasi dengan ketat para pengunjung internasional yang melewati perairan yang disengketakan.
"Itu kontroversial, kami cukup sadar akan hal itu," kata Komodor Udara Owen. "Kami transit di utara dan selatan melalui Laut China Selatan di perairan internasional dan kami diikuti, seperti biasanya, dengan angkatan laut lainnya."
ABC mengungkap bahwa kapal induk Australia dan rombongannya tersebut dibuntuti militer China awal bulan ini ketika mereka menuju Vietnam, serta ketika Kelompok Tugas meninggalkan pelabuhan Cam Ranh.
"Kami peka terhadap semua interaksi angkatan laut, kami berlatih untuk itu, kami menyadari bagaimana mereka akan berperilaku dan bagaimana kami berperilaku, jadi saya sama sekali tidak khawatir tentang hal itu, saya yakin dengan kemampuan Angkatan Laut Australia dan ADF," ujar Komodor Owen.
"Mereka ingin tahu siapa kami, ke mana kami pergi dan apa niat kami, dan orang China tidak berbeda—mereka ramah, mereka profesional."
(mas)