Korut Bilang John Bolton Fanatik Perang, Pembisik Perang ke Trump
A
A
A
PYONGYANG - Pemerintah Korea Utara (Korut) menjuluki Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton sebagai fanatik perang yang membisikkan hasutan konflik ke telinga Presiden Donald Trump. Penasihat Trump itu juga dianggap bodoh setelah menyimpulkan uji coba rudal Pyongyang baru-baru ini telah melanggar resolusi PBB.
"Bolton dikenal di Amerika Serikat sebagai seorang fanatik perang yang membisikkan perang ke telinga presiden," kata Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang disampaikan seorang juru bicaranya dan disiarkan kantor berita KCNA, Senin (27/5/2019).
Kementerian itu mengatakan bahwa menghentikan tes rudal berarti menyerahkan hak untuk membela diri.
"Bolton mempermasalahkan latihan militer normal yang dilakukan oleh angkatan bersenjata kami sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB," lanjut kementerian itu. "(Orang) ini tidak tahu apa-apa."
Pada bulan Mei, militer Korea Utara menguji tembak sejumlah roket dan rudal, yang menurut para ahli dapat digunakan untuk menembus pertahanan Korea Selatan dan Amerika.
Rudal-rudal itu terbang dengan lintasan yang lebih rendah, dan membuat beberapa pejabat di Korea Selatan mempertanyakan apakah senjata-senjata itu dapat dikategorikan sebagai rudal balistik atau bukan. Kategorisasi itu untuk menyimpulkan apakah Pyongyang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB atau tidak.
Gedung Putih telah menganggap sepele uji coba senjata Korea Utara itu. Presiden AS Donald Trump mengatakan rudal yang diuji tembak adalah rudal jarak dekat dan karenanya bukan pelanggaran kepercayaan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terhadapnya.
"Apa pun yang diluncurkan pasti terbang menggambar lintasan balistik," imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
"(Korea Utara) menuntut larangan peluncuran apa pun yang menggunakan teknologi balistik, alih-alih berbicara tentang jangkauan, itu sama dengan mengatakan kita harus menyerahkan kedaulatan kami," papar kementerian tersebut.
"Bolton dikenal di Amerika Serikat sebagai seorang fanatik perang yang membisikkan perang ke telinga presiden," kata Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang disampaikan seorang juru bicaranya dan disiarkan kantor berita KCNA, Senin (27/5/2019).
Kementerian itu mengatakan bahwa menghentikan tes rudal berarti menyerahkan hak untuk membela diri.
"Bolton mempermasalahkan latihan militer normal yang dilakukan oleh angkatan bersenjata kami sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB," lanjut kementerian itu. "(Orang) ini tidak tahu apa-apa."
Pada bulan Mei, militer Korea Utara menguji tembak sejumlah roket dan rudal, yang menurut para ahli dapat digunakan untuk menembus pertahanan Korea Selatan dan Amerika.
Rudal-rudal itu terbang dengan lintasan yang lebih rendah, dan membuat beberapa pejabat di Korea Selatan mempertanyakan apakah senjata-senjata itu dapat dikategorikan sebagai rudal balistik atau bukan. Kategorisasi itu untuk menyimpulkan apakah Pyongyang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB atau tidak.
Gedung Putih telah menganggap sepele uji coba senjata Korea Utara itu. Presiden AS Donald Trump mengatakan rudal yang diuji tembak adalah rudal jarak dekat dan karenanya bukan pelanggaran kepercayaan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terhadapnya.
"Apa pun yang diluncurkan pasti terbang menggambar lintasan balistik," imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
"(Korea Utara) menuntut larangan peluncuran apa pun yang menggunakan teknologi balistik, alih-alih berbicara tentang jangkauan, itu sama dengan mengatakan kita harus menyerahkan kedaulatan kami," papar kementerian tersebut.
(mas)