Terungkap, Janggut Bikin Algojo ISIS Jihadi John Dirudal AS
A
A
A
LONDON - Algojo ISIS asal Inggris yang dijuluki "Jihadi John" memang telah tewas oleh serangan rudal dari pesawat tak berawak Amerika Serikat (AS). Namun, serangan itu diluncurkan setelah sosoknya dikenali dari janggutnya dan cara dia berjalan.
Dokumenter terbaru yang dikonfirmasi Pentagon membenarkan laporan tersebut. Teroris yang bernama asli Mohammed Emwazi itu menjadi sosok algojo pemenggal para sandera Barat.
Sebuah film dokumenter untuk stasiun televisi Inggris, Channel 4, yang diputar awal pekan ini mengungkapkan bahwa sang teroris menemui ajalnya ketika pasukan AS mengidentifikasi dirinya setelah sebuah drone terbang pada malam hari di atas Raqqa, Suriah.
Dalam 15 detik sebuah rudal diluncurkan untuk melenyapkan Emwazi. Mengutip The Sun, teroris itu tidak curiga ketika rudal menghantamnya karena sedang berbicara di telepon.
Kolonel Steve Warren, yang jadi juru bicara Pentagon pada saat itu, mengatakan dalam film dokumenter bahwa karena gelap, pasukan AS tidak dapat melihat wajahnya. Namun, dia akhirnya diidentifikasi sebagai Emwazi dari janggutnya dan cara dia berjalan.
"Anda tidak bisa melihat wajahnya, tapi kita bisa melihat bagaimana dia bergerak, potongan jibnya, bisa dibilang (begitu). Sudut janggutnya, hal-hal ini bisa kita lihat," katanya.
"Akhirnya kami yakin bahwa ini adalah Jihad John. Dan komandan lantai pada saat itu memerintahkan, 'Ambil tembakan'. Dalam waktu 15 detik, sebuah rudal melenyapkan Emwazi," papar Warren, yang dilansir Fox News, Sabtu (18/5/2019).
Aparat intelijen Inggris bekerja tanpa kenal lelah untuk mengidentifikasi Emwazi setelah dia pertama kali muncul dalam video ISIS pada tahun 2014 dengan jurnalis Amerika James Foley yang dipenggal kepalanya. Korban dieksekusi di depan kamera setelah membaca pernyataan yang disiapkan yang mengkritik AS.
Emwazi dijuluki "John" oleh sekelompok sandera, merujuk pada John Lennon dari The Beatles, karena empat orang dari kawanan algojo itu semuanya memiliki aksen bahasa Inggris. Dia kemudian dijuluki "Jihadi John" oleh media Barat.
Emwazi diyakini telah mengambil langkah-langkah terkuat untuk menghindari deteksi, termasuk tidak meninggalkan jejak setelah menggunakan komputer untuk mengirim pesan.
Namun terlepas dari upaya terbaiknya, agen intelijen Inggris, GCHQ, dengan cepat mereskonstruksi identitasnya setelah menggunakan teknologi pengenalan suara dan membandingkan suaranya dengan rekaman dari penyadapan sebelumnya yang diambil selama operasi pengawasan.
Badan-badan intelijen juga melihat pola pembuluh darah di tangan kirinya dan mencocokkannya dengan gambar arsip dirinya.
"Kami berlomba untuk mencari tahu siapa dia, ukurannya, tangannya, tetapi, yang terpenting, suaranya, membuatnya mudah dikenali," kata Robert Hannigan, mantan direktur GCHQ, kepada Sunday Times.
Dokumenter terbaru yang dikonfirmasi Pentagon membenarkan laporan tersebut. Teroris yang bernama asli Mohammed Emwazi itu menjadi sosok algojo pemenggal para sandera Barat.
Sebuah film dokumenter untuk stasiun televisi Inggris, Channel 4, yang diputar awal pekan ini mengungkapkan bahwa sang teroris menemui ajalnya ketika pasukan AS mengidentifikasi dirinya setelah sebuah drone terbang pada malam hari di atas Raqqa, Suriah.
Dalam 15 detik sebuah rudal diluncurkan untuk melenyapkan Emwazi. Mengutip The Sun, teroris itu tidak curiga ketika rudal menghantamnya karena sedang berbicara di telepon.
Kolonel Steve Warren, yang jadi juru bicara Pentagon pada saat itu, mengatakan dalam film dokumenter bahwa karena gelap, pasukan AS tidak dapat melihat wajahnya. Namun, dia akhirnya diidentifikasi sebagai Emwazi dari janggutnya dan cara dia berjalan.
"Anda tidak bisa melihat wajahnya, tapi kita bisa melihat bagaimana dia bergerak, potongan jibnya, bisa dibilang (begitu). Sudut janggutnya, hal-hal ini bisa kita lihat," katanya.
"Akhirnya kami yakin bahwa ini adalah Jihad John. Dan komandan lantai pada saat itu memerintahkan, 'Ambil tembakan'. Dalam waktu 15 detik, sebuah rudal melenyapkan Emwazi," papar Warren, yang dilansir Fox News, Sabtu (18/5/2019).
Aparat intelijen Inggris bekerja tanpa kenal lelah untuk mengidentifikasi Emwazi setelah dia pertama kali muncul dalam video ISIS pada tahun 2014 dengan jurnalis Amerika James Foley yang dipenggal kepalanya. Korban dieksekusi di depan kamera setelah membaca pernyataan yang disiapkan yang mengkritik AS.
Emwazi dijuluki "John" oleh sekelompok sandera, merujuk pada John Lennon dari The Beatles, karena empat orang dari kawanan algojo itu semuanya memiliki aksen bahasa Inggris. Dia kemudian dijuluki "Jihadi John" oleh media Barat.
Emwazi diyakini telah mengambil langkah-langkah terkuat untuk menghindari deteksi, termasuk tidak meninggalkan jejak setelah menggunakan komputer untuk mengirim pesan.
Namun terlepas dari upaya terbaiknya, agen intelijen Inggris, GCHQ, dengan cepat mereskonstruksi identitasnya setelah menggunakan teknologi pengenalan suara dan membandingkan suaranya dengan rekaman dari penyadapan sebelumnya yang diambil selama operasi pengawasan.
Badan-badan intelijen juga melihat pola pembuluh darah di tangan kirinya dan mencocokkannya dengan gambar arsip dirinya.
"Kami berlomba untuk mencari tahu siapa dia, ukurannya, tangannya, tetapi, yang terpenting, suaranya, membuatnya mudah dikenali," kata Robert Hannigan, mantan direktur GCHQ, kepada Sunday Times.
(mas)