Palestina: 'Deal of Century' Trump Adalah Penderitaan Kami Seabad
A
A
A
LONDON - Menteri Luar Negeri (Menlu) Otoritas Palestina, Riyad al-Maliki, mengkritik proposal perdamaian Israel-Palestina rancangan pemerintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Menurutnya, proposal yang dikenal sebagai "Deal of Century" itu merupakan "tindakan menyerah" yang tidak dapat diterima.
Kekecewaan Maliki itu disampaikan saat dia berbicara di lembaga pemikir Chatham House di London. Dia juga menambahkan bahwa ada indikasi bahwa pemerintah AS sedang bersiap untuk memberikan cap persetujuannya terhadap kebijakan kolonial Israel.
"'Deal of Century' AS adalah konsekrasi dari penderitaan kami seabad; tidak ada kemerdekaan, tidak ada kedaulatan, tidak ada kebebasan, tidak ada keadilan," kata al-Maliki pada hari Jumat, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (18/5/2019).
"Dan jika mereka tidak berpikir bahwa situasi ini akan berdampak pada masa depan Israel dan wilayah, satu atau lain cara, mereka adalah orang-orang yang berkhayal, bukan kita," ujarnya.
Komentar Maliki dalam pidatonya itu muncul di tengah upaya diplomatik oleh pemerintah Palestina untuk mendapatkan dukungan asing ketika AS bersiap untuk merilis rencana perdamaiannya. Proposal perdamaian itu sejatinya dirancang oleh Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat senior Presiden AS Donald Trump.
AS belum mengonfirmasi rincian dari dokumen "Deal of Cenutry", yang rencananya akan dipresentasikan bulan depan.
Upaya AS sebelumnya untuk menghidupkan kembali proses perdamaian antara Israel dan para pemimpin Palestina telah gagal mencapai kesepakatan akhir. Status Yerusalem dan perluasan yang berkelanjutan dari permukiman Israel di wilayah Palestina menjadi hambatan utama.
Maliki mengkritik pemerintah AS karena bersiap memberikan "cap persetujuannya terhadap kebijakan kolonial Israel".
Dia menyatakan penghargaan kepada masyarakat internasional karena menentang langkah AS terkait pemotongan dana bantuan UNRWA (badan PBB untuk pengungsi Palestina). Dia mendesak dunia untuk mengambil sikap yang lebih proaktif dalam memimpin proses perdamaian."Dunia pergi dengan setir di tangan pengemudi yang gegabah," katanya.
"Kami tidak setuju dengan pandangan bahwa kami harus menunggu sampai ia melewati tebing atau menabrak orang-orang Palestina untuk melakukan sesuatu tentang hal itu," kata al-Maliki.
Kekecewaan Maliki itu disampaikan saat dia berbicara di lembaga pemikir Chatham House di London. Dia juga menambahkan bahwa ada indikasi bahwa pemerintah AS sedang bersiap untuk memberikan cap persetujuannya terhadap kebijakan kolonial Israel.
"'Deal of Century' AS adalah konsekrasi dari penderitaan kami seabad; tidak ada kemerdekaan, tidak ada kedaulatan, tidak ada kebebasan, tidak ada keadilan," kata al-Maliki pada hari Jumat, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (18/5/2019).
"Dan jika mereka tidak berpikir bahwa situasi ini akan berdampak pada masa depan Israel dan wilayah, satu atau lain cara, mereka adalah orang-orang yang berkhayal, bukan kita," ujarnya.
Komentar Maliki dalam pidatonya itu muncul di tengah upaya diplomatik oleh pemerintah Palestina untuk mendapatkan dukungan asing ketika AS bersiap untuk merilis rencana perdamaiannya. Proposal perdamaian itu sejatinya dirancang oleh Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat senior Presiden AS Donald Trump.
AS belum mengonfirmasi rincian dari dokumen "Deal of Cenutry", yang rencananya akan dipresentasikan bulan depan.
Upaya AS sebelumnya untuk menghidupkan kembali proses perdamaian antara Israel dan para pemimpin Palestina telah gagal mencapai kesepakatan akhir. Status Yerusalem dan perluasan yang berkelanjutan dari permukiman Israel di wilayah Palestina menjadi hambatan utama.
Maliki mengkritik pemerintah AS karena bersiap memberikan "cap persetujuannya terhadap kebijakan kolonial Israel".
Dia menyatakan penghargaan kepada masyarakat internasional karena menentang langkah AS terkait pemotongan dana bantuan UNRWA (badan PBB untuk pengungsi Palestina). Dia mendesak dunia untuk mengambil sikap yang lebih proaktif dalam memimpin proses perdamaian."Dunia pergi dengan setir di tangan pengemudi yang gegabah," katanya.
"Kami tidak setuju dengan pandangan bahwa kami harus menunggu sampai ia melewati tebing atau menabrak orang-orang Palestina untuk melakukan sesuatu tentang hal itu," kata al-Maliki.
(mas)