Irak Tak Sudi Wilayahnya Digunakan AS untuk Perang Lawan Iran
A
A
A
MOSKOW - Irak tidak menginginkan perang baru yang menghancurkan di Timur Tengah. Baghdad bahkan menolak jika wilayahnya digunakan untuk perang melawan Iran.
"Irak adalah negara berdaulat. Kami tidak akan membiarkan (AS) menggunakan wilayah kami," kata Duta Besar (Dubes) Irak untuk Rusia, Haidar Mansour Hadi dalam konferensi pers di Moskow, hari Rabu.
Komentar itu muncul ketika diplomat Irak itu ditanya tentang Baghdad tentang meningkatnya ketegangan di kawasan itu, yang dipicu oleh perselisihan antara Washington dan Teheran.
"Pada akhirnya tidak akan terjadi apa-apa," katanya. "(Iran) tidak menginginkan perang baru yang menghancurkan di kawasan itu."
Dia juga mengatakan bahwa Baghdad dapat mencoba menggunakan hubungan dekatnya dengan AS dan Iran untuk meredam ketegangan.
"Irak menegaskan bahwa kami ingin menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah," ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (16/5/2019).
Timur Tengah sedang dilanda kekhawatiran akan pecahnya perang baru antara Iran dengan AS. Pada hari Rabu, AS memerintahkan evakuasi parsial para staf kedutaan besarnya di Baghdad dan sebuah konsulat di Erbil, Kurdistan Irak, setelah Menteri Luar Negeri Michael Pompeo mengklaim bahwa "Kegiatan Iran" membahayakan situs dan pasukan Amerika di Irak.
Langkah Washington itu mendorong Jerman dan Belanda untuk menghentikan misinya di Irak yang bertujuan melatih pasukan lokal.
Pada pekan lalu Pompeo mengunjungi Baghdad, dengan mengatakan bahwa AS khawatir bahwa kegiatan yang ditingkatkan Iran dapat membahayakan kedaulatan Irak.
Ketegangan antara Washington dan Baghdad memanas setelah AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali semua sanksi terhadap Teheran. Washington juga mengancam negara-negara lain yang terus berdagang dengan Iran dengan beberapa langkah pembatasan.
Tekanan Amerika yang meningkat membuat Teheran marah. Baru-baru ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan negaranya tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Washington tentang kesepakatan nuklir baru. Dia menyatakan keyakinannya bahwa kedua negara tidak akan terlibat dalam konflik militer karena tidak ada pihak yang “mencari perang".
"Irak adalah negara berdaulat. Kami tidak akan membiarkan (AS) menggunakan wilayah kami," kata Duta Besar (Dubes) Irak untuk Rusia, Haidar Mansour Hadi dalam konferensi pers di Moskow, hari Rabu.
Komentar itu muncul ketika diplomat Irak itu ditanya tentang Baghdad tentang meningkatnya ketegangan di kawasan itu, yang dipicu oleh perselisihan antara Washington dan Teheran.
"Pada akhirnya tidak akan terjadi apa-apa," katanya. "(Iran) tidak menginginkan perang baru yang menghancurkan di kawasan itu."
Dia juga mengatakan bahwa Baghdad dapat mencoba menggunakan hubungan dekatnya dengan AS dan Iran untuk meredam ketegangan.
"Irak menegaskan bahwa kami ingin menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah," ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (16/5/2019).
Timur Tengah sedang dilanda kekhawatiran akan pecahnya perang baru antara Iran dengan AS. Pada hari Rabu, AS memerintahkan evakuasi parsial para staf kedutaan besarnya di Baghdad dan sebuah konsulat di Erbil, Kurdistan Irak, setelah Menteri Luar Negeri Michael Pompeo mengklaim bahwa "Kegiatan Iran" membahayakan situs dan pasukan Amerika di Irak.
Langkah Washington itu mendorong Jerman dan Belanda untuk menghentikan misinya di Irak yang bertujuan melatih pasukan lokal.
Pada pekan lalu Pompeo mengunjungi Baghdad, dengan mengatakan bahwa AS khawatir bahwa kegiatan yang ditingkatkan Iran dapat membahayakan kedaulatan Irak.
Ketegangan antara Washington dan Baghdad memanas setelah AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali semua sanksi terhadap Teheran. Washington juga mengancam negara-negara lain yang terus berdagang dengan Iran dengan beberapa langkah pembatasan.
Tekanan Amerika yang meningkat membuat Teheran marah. Baru-baru ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan negaranya tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Washington tentang kesepakatan nuklir baru. Dia menyatakan keyakinannya bahwa kedua negara tidak akan terlibat dalam konflik militer karena tidak ada pihak yang “mencari perang".
(mas)