Hubungan Indonesia-Malaysia, Love-Hate Relationship
A
A
A
KUALA LUMPUR - Hari ini, tepat satu tahun Perdana Menteri Mahathir Mohamad mempimpin Malaysia. KORAN SINDO, SINDONews.com serta iNewsTV berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan PM Mahathir di kantornya, di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (3/5). Kepada KORAN SINDO, SINDONews.com, dan iNewsTV, Tun, begitu dia kerap disapa, bercerita banyak tentang romantisme hubungan Indonesia dengan Malaysia.
Dia menegaskan pentingnya Indonesia bagi Malaysia dan Asia Tenggara. Lancarnya penyelenggaran Pemilu di Tanah Air mendapat perhatian dari pria berusia 93 tahun ini. Mahathir pun angkat bicara terkait rivalitas kedua negara di lapangan hijau, batik serta isu TKI dan juga membanjirnya hoaks. Selain itu, dia membocorkan rahasianya yang tetap bugar, bahkan dia masih menyetir kendaraannya sendiri. Berikut petikan wawancaranya.
Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi dengan menggelar Pemilu. Sebagai pemimpin negara yang memperhatikan dinamika politik di Indonesia, bagaimana tanggapan Tun terkait pemilu yang baru saja dihelat di Indonesia?
Yang pertama Indonesia jauh lebih besar dengan 240 juta rakyatnya, yang tinggal di 17.000 pulau, (kondisi ini dalam penyelenggaraan pemilu menimbulkan banyak masalah) berdampak kepada perhitungan suara. Tetapi, rakyat Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang sangat kuat, dan mereka masih memegang kuat bahwa mereka adalah bagian dari Bangsa Indonesia. Namun demikian, pendapat politik mereka berlainan dan di dalam demokrasi bisa tumbuh pihak-pihak yang berlawanan di dalam pemilu. Tapi itu tidak mengapa, jika dibandingkan, orang Indonesia dengan negara lain (terkait pemilu), orang Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang lebih tinggi.
Bagaimana anggapan Tun tentang estafet kepemimpinan di Indonesia, meskipun belum ada hasil resmi yang diumumkan KPU?
Untuk mengadakan pemilu di negara yang begitu besar, yang memiliki kepulauan yang banyak, merupakan hal yang sulit dilakukan. Tapi, jelas sekali Indonesia sukses menggelar pemilu, meskipun dihadapkan pada faktor itu (wilayah yang amat luas). Kesuksesan penyelenggaraan pemilu adalah hal yang layak dibanggakan oleh rakyat Indonesia. Kita lihat juga selama pemilu tidak ada kerusuhan. Biasanya di penyelenggaraan pemilu di suatu negara ada saja kerusuhan, pembunuhan dan sebagainya. Tetapi, pemilu di Indonesia aman. Hal biasa ada tuduhan penyelewengan atau perbuatan yang tidak mengikuti peraturan tetapi hal ini akan bisa diatasi.
Dengan adanya estafet kepemimpinan ini, kerja sama apa yang diharapkan kembali terjalin?
Banyak sekali bidang untuk dikerjasamakan, terutama perdagangan, industri kalau kita petakan, kita akan mendapat pasar yang lebih besar. Pasar di Malaysia kecil, hanya 30 juta (jumlah penduduk Malaysia). Tapi, Indonesia 240 juta. Jadi, Indonesia pasar yang besar meski pendapatan kurang (di bawah Malaysia) tetapi jumlah mereka (penduduk Indonesia) banyak. Kalau kita bekerja sama, Indonesia-Malaysia dengan memanfaatkan jumlah penduduk di ASEAN sebanyak 650 juta, kita bisa mendapat tempat utama di peta perdagangan ASEAN.
Sebagai saudara terdekat, negara tetangga Indonesia, menurut Tun seharusnya seperti apa sosok pemimpin Indonesia untuk saat ini?
Dalam sistem demokrasi, pemimpin mesti populer. Tapi, tidak boleh terlalu populer karena kalau kita mengikuti kehendak mayoritas mungkin keinginan mereka itu tidak baik untuk negara. Pemimpin mesti memisahkan yang baik dengan yang buruk, dan mendengarkan yang baik serta berani melaksanakan yang baik, walaupun dia kurang populer di khalayak ramai. Itu menjadi satu yang penting bagi pemimpin di suatu negara demokratis.
Pada 1998, Indonesia mengalami reformasi. Indonesia pun mengalami perubahan perpolitikan yang sangat tajam. Sebagai negara tetangga, perpolitikan Indonesia pasti menjadi concern Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Perubahan-perubahan terjadi di Indonesia. Tapi, tidak mengubah Malaysia yang selalu ingin hubungan negara tetangga selalu baik. Kita menghargai cara negara tetangga memilih demokrasi atau otokrasi, karena itu adalah hak Indonesia, kita tidak berhak campur tangan atau berpendapat tentang siapa yang sepatutnya untuk memerintah. Kalau Indonesia memilih otokrasi maka itulah pilihan Indonesia. Kalau pilih demokrasi, itu juga pilihan Indonesia. Dan kita (Malaysia), apapun keputusan Indonesia (tidak mencampuri), sehingga jalinan hubungan dengan negara tetangga lebih baik.
Pada masa kampanye menjelang pemilu salah satu masalah utama di Indonesia adalah hoaks atau berita bohong. Apakah isu hoaks juga menjadi masalah di sini? Dan, bagaimana Tun melihat Indonesia menghadapi banjirnya hoaks?
Ini (membanjirnya hoaks) terjadi di Malaysia dan di mana-mana. Fake news (berita bohong) ini terjadi karena sosial media. Dulu (sebelum era sosial media) berita (yang disebar ke masyarakat) harus melewati editor dan sebagainya (terlebih dahulu). Tapi, sekarang setiap orang bisa mengeluarkan pendapatnya melalui sosial media. Dan, dengan pengguna (sosial media) yang begitu banyak tentu di antaranya ada yang salah mempergunakan sosial media. Tetapi saya yakin rakyat paham dalam membedakan mana yang benar mana yang tidak.
Tun pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia selama 22 tahun (1981–2003) saat belum zaman sosial media. Dan, kini Tun menjabat kembali dimana sosial media sangat marak. Ada perbedaan nyata yang dirasakan?
Ya, sosial media membuka peluang kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan pendapat yang tidak benar. Tapi, sosial media juga memberikan ruang bagi pemerintah atau pihak-pihak untuk menyampaikan (menjelaskan) kabar terkait kepentingan mereka. Jadi penggunaan sosial media ini kembali kepada kita.
Hubungan Indonesia–Malaysia mengalami pasang surut, apa saja bisa menjadi masalah. Mulai dari TKI, kebudayaan, sampai ke persaingan sepak bola dapat memengaruhi hubungan Indonesia-Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Ini apa yang dikatakan love-hate relationship. Kita menyadari, tapi hal-hal seperti itu tidak mengganggu friendship kedua negara. Di Indonesia terdapat 240 juta warga negara, dan bila ada demonstrasi biasanya itu dibuat oleh golongan yang kecil saja. Kami tidak pernah mempersoalkan hal itu.
Yang terbaru adalah terkait masalah TKI Adelina, yang dianiaya majikannya hingga tewas. Awalnya, sang majikan akan dijatuhkan hukuman mati namun kemudian dibebaskan. Keputusan ini menimbulkan friksi di Indonesia yang lalu ramai di media sosial. Anggapan Tun terhadap kasus ini?
Hal ini tidak terjadi di Malaysia, tapi juga bisa dimana saja. Warga Indonesia datang untuk bekerja, yang kejadian-kejadian tertentu dimana kemudian warga Indonesia membunuh dan dibunuh. Tetapi Malaysia ini, kita tentukan jika ada perbuatan yang melanggar undang-undang Malaysia yang dikenakan hukum ekstrem maka kita akan adakan pembicaraan secara teratur (dilakukan negosiasi bila ada TKI yang terancam hukuman mati). Saat ini tidak banyak kasus yang dilakukan orang Indonesia.
Ada majikan-majikan di Malaysia yang kurang baik. Mereka tidak pernah mempunyai asisten rumah tangga, jadi mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah yang timbul yang berhubungan dengan warga negara asing, yang melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh mereka. Dengan itu, kita lihat ada case-case dimana ada majikan-majikan yang tidak memperlakukan pekerja-pekerja mereka dengan baik. Ini akan terjadi meski ada undang-undang.
Tun, saat ini Indonesia dan Malaysia sangat dekat. Satu rumpun, dan memiliki kemiripan kebudayaan. Sehingga dalam beberapa kesempatan terjadi klaim kebudayaan, ada batik dan lain sebagainya.
Itu untuk kami adalah perkara kecil yang akan membuat kita (Indonesia –Malaysia) bermusuhan. Kita (Malaysia) juga memiliki budaya batik dan sebagainya sudah lama. Tetapi, kalau kita perhatikan batik kita (batik Malaysia) tidak sama dengan batik Indonesia. Dengan melihatnya, kita bisa mengenali ini adalah batik Indonesia. Batik Malaysia dari segi pembuatan (dengan batik Indonesia) mungkin sama tapi hasil lukisannya berlainan. Kita berhak untuk mengenakan batik. Bahkan batik sudah berkembang ke Sri Lanka, ke Afrika pun. Jadi jika batik dianggap sebagai hak istimewa Indonesia maka Indonesia juga harus bertindak (mempersoalkan) kepada negara–negara lain, tidak ke Malaysia saja. Tapi, perkara-perkara ini tidak akan merusak hubungan Indonesia- Malaysia.
Satu hal lagi yang sering menimbulkan friksi dalam urusan sepak bola. Jika Indonesia bertemu Malaysia di lapangan hijau, itu ramainya luar biasa. Sebagai negara satu region di Asia Tenggara, apakah diperlukan transfer knowledge karena kami melihat pesepak bola Malaysia dilatih secara lebih fokus.
Budaya kita agak berlainan sedikit. Indonesia memiliki semangat yang begitu kuat, dan (pendukung Timnas Indonesia) kerap menunjukkan dukungan dalam hal apa pun. Rakyat Malaysia pun begitu, mereka senang melihat pasukan (Timnas Malaysia) menang, tetapi semangat pendukungnya tidak begitu terlihat. Tapi di Indonesia semangat nasionalisme lebih kuat, dan itu bila mereka (timnas Indonesia kalah) misalnya terlihat sulitnya menerima (kekalahan). Di Malaysia kami menerima kalah - menang sebagai hal yang biasa.
Tun sudah berusia 93 tahun, masih aktif bahkan sebagai kepala negara dengan segala macam dinamikanya, yang pastinya menguras fisik dan psikis. Apa rahasia Tun selalu terlihat bugar?
Saya berpendapat jika kita aktif bukan hanya aktif bergerak badan tapi juga pikiran. Kita akan sehat dan panjang umur.
Sampai saat ini Tun masih menyetir sendiri?
Iya, di akhir pekan saya menyetir sendiri, biasanya di Kuala Lumpur dan kawasan-kawasan di sekeliling Kuala Lumpur. Tentang menyetir sendiri, ini adalah salah satu yang saya masih bisa lakukan, jadi memberi kepuasan untuk saya. Saya selalu menanti akhir pekan, untuk bisa menyetir sendiri keliling Kuala Lumpur.
Tun Siti (istri Mahathir) juga masih menyetir sendiri?
Dia sudah tidak (menyetir sendiri). Mata dia sudah tidak awas.
Tun pernah mengalami dua serangan jantung dalam waktu 10 bulan. Tapi sekarang terlihat sangat bugar.
Makan obat (tertawa). Saya sekarang terpaksa minum obat seumur hidup. Saya juga mencoba untuk selalu aktif, jika kita terlalu banyak tidur, istirahat itu tidak baik untuk tubuh.
Ada olahraga khusus yang Tun jalani?
Tidak ada, saya kadang-kadang treadmill, atau angkat beban. Selain itu saya banyak berjalan kaki.
Kalau menu makanan? Mungkin ada yang khusus?
Makanan, saya makan segala-galanya. Tapi, jika makan saya tidak pernah banyak, saya makan sedikit.
Jadwal Tun pasti sangat padat. Tun juga masih melakukan agenda kenegaraan, termasuk kunjungan ke negara lain. Di usia Tun sekarang menjaga kesehatan sangat penting, mungkin adakah treatment khusus seperti meminum jamu atau rempah khusus yang menjadi rahasia Tun untuk jaga kesehatan?
Tidak ada jamu, tapi saya mengkonsumsi vitamin. Itu saja, selain itu ada obat jantung yang harus saya minum, karena obat itu membantu untuk mengencerkan darah agar tidak beku, tidak jadi clot (penyumbatan/pembekuan darah). Selain itu saya berpendapat, kalau kita aktif, semua otot-otot tubuh digunakan, pikiran juga digunakan, kita bakal sehat.
Wawancara eksklusif KORAN SINDO, sindonews.com serta iNewsTV dengan PM Mahathir didukung Alleira, Lion Air, dan Sheraton Imperial Kuala Lumpur.
Dia menegaskan pentingnya Indonesia bagi Malaysia dan Asia Tenggara. Lancarnya penyelenggaran Pemilu di Tanah Air mendapat perhatian dari pria berusia 93 tahun ini. Mahathir pun angkat bicara terkait rivalitas kedua negara di lapangan hijau, batik serta isu TKI dan juga membanjirnya hoaks. Selain itu, dia membocorkan rahasianya yang tetap bugar, bahkan dia masih menyetir kendaraannya sendiri. Berikut petikan wawancaranya.
Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi dengan menggelar Pemilu. Sebagai pemimpin negara yang memperhatikan dinamika politik di Indonesia, bagaimana tanggapan Tun terkait pemilu yang baru saja dihelat di Indonesia?
Yang pertama Indonesia jauh lebih besar dengan 240 juta rakyatnya, yang tinggal di 17.000 pulau, (kondisi ini dalam penyelenggaraan pemilu menimbulkan banyak masalah) berdampak kepada perhitungan suara. Tetapi, rakyat Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang sangat kuat, dan mereka masih memegang kuat bahwa mereka adalah bagian dari Bangsa Indonesia. Namun demikian, pendapat politik mereka berlainan dan di dalam demokrasi bisa tumbuh pihak-pihak yang berlawanan di dalam pemilu. Tapi itu tidak mengapa, jika dibandingkan, orang Indonesia dengan negara lain (terkait pemilu), orang Indonesia memiliki rasa kebangsaan yang lebih tinggi.
Bagaimana anggapan Tun tentang estafet kepemimpinan di Indonesia, meskipun belum ada hasil resmi yang diumumkan KPU?
Untuk mengadakan pemilu di negara yang begitu besar, yang memiliki kepulauan yang banyak, merupakan hal yang sulit dilakukan. Tapi, jelas sekali Indonesia sukses menggelar pemilu, meskipun dihadapkan pada faktor itu (wilayah yang amat luas). Kesuksesan penyelenggaraan pemilu adalah hal yang layak dibanggakan oleh rakyat Indonesia. Kita lihat juga selama pemilu tidak ada kerusuhan. Biasanya di penyelenggaraan pemilu di suatu negara ada saja kerusuhan, pembunuhan dan sebagainya. Tetapi, pemilu di Indonesia aman. Hal biasa ada tuduhan penyelewengan atau perbuatan yang tidak mengikuti peraturan tetapi hal ini akan bisa diatasi.
Dengan adanya estafet kepemimpinan ini, kerja sama apa yang diharapkan kembali terjalin?
Banyak sekali bidang untuk dikerjasamakan, terutama perdagangan, industri kalau kita petakan, kita akan mendapat pasar yang lebih besar. Pasar di Malaysia kecil, hanya 30 juta (jumlah penduduk Malaysia). Tapi, Indonesia 240 juta. Jadi, Indonesia pasar yang besar meski pendapatan kurang (di bawah Malaysia) tetapi jumlah mereka (penduduk Indonesia) banyak. Kalau kita bekerja sama, Indonesia-Malaysia dengan memanfaatkan jumlah penduduk di ASEAN sebanyak 650 juta, kita bisa mendapat tempat utama di peta perdagangan ASEAN.
Sebagai saudara terdekat, negara tetangga Indonesia, menurut Tun seharusnya seperti apa sosok pemimpin Indonesia untuk saat ini?
Dalam sistem demokrasi, pemimpin mesti populer. Tapi, tidak boleh terlalu populer karena kalau kita mengikuti kehendak mayoritas mungkin keinginan mereka itu tidak baik untuk negara. Pemimpin mesti memisahkan yang baik dengan yang buruk, dan mendengarkan yang baik serta berani melaksanakan yang baik, walaupun dia kurang populer di khalayak ramai. Itu menjadi satu yang penting bagi pemimpin di suatu negara demokratis.
Pada 1998, Indonesia mengalami reformasi. Indonesia pun mengalami perubahan perpolitikan yang sangat tajam. Sebagai negara tetangga, perpolitikan Indonesia pasti menjadi concern Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Perubahan-perubahan terjadi di Indonesia. Tapi, tidak mengubah Malaysia yang selalu ingin hubungan negara tetangga selalu baik. Kita menghargai cara negara tetangga memilih demokrasi atau otokrasi, karena itu adalah hak Indonesia, kita tidak berhak campur tangan atau berpendapat tentang siapa yang sepatutnya untuk memerintah. Kalau Indonesia memilih otokrasi maka itulah pilihan Indonesia. Kalau pilih demokrasi, itu juga pilihan Indonesia. Dan kita (Malaysia), apapun keputusan Indonesia (tidak mencampuri), sehingga jalinan hubungan dengan negara tetangga lebih baik.
Pada masa kampanye menjelang pemilu salah satu masalah utama di Indonesia adalah hoaks atau berita bohong. Apakah isu hoaks juga menjadi masalah di sini? Dan, bagaimana Tun melihat Indonesia menghadapi banjirnya hoaks?
Ini (membanjirnya hoaks) terjadi di Malaysia dan di mana-mana. Fake news (berita bohong) ini terjadi karena sosial media. Dulu (sebelum era sosial media) berita (yang disebar ke masyarakat) harus melewati editor dan sebagainya (terlebih dahulu). Tapi, sekarang setiap orang bisa mengeluarkan pendapatnya melalui sosial media. Dan, dengan pengguna (sosial media) yang begitu banyak tentu di antaranya ada yang salah mempergunakan sosial media. Tetapi saya yakin rakyat paham dalam membedakan mana yang benar mana yang tidak.
Tun pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia selama 22 tahun (1981–2003) saat belum zaman sosial media. Dan, kini Tun menjabat kembali dimana sosial media sangat marak. Ada perbedaan nyata yang dirasakan?
Ya, sosial media membuka peluang kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan pendapat yang tidak benar. Tapi, sosial media juga memberikan ruang bagi pemerintah atau pihak-pihak untuk menyampaikan (menjelaskan) kabar terkait kepentingan mereka. Jadi penggunaan sosial media ini kembali kepada kita.
Hubungan Indonesia–Malaysia mengalami pasang surut, apa saja bisa menjadi masalah. Mulai dari TKI, kebudayaan, sampai ke persaingan sepak bola dapat memengaruhi hubungan Indonesia-Malaysia. Bagaimana menurut Tun?
Ini apa yang dikatakan love-hate relationship. Kita menyadari, tapi hal-hal seperti itu tidak mengganggu friendship kedua negara. Di Indonesia terdapat 240 juta warga negara, dan bila ada demonstrasi biasanya itu dibuat oleh golongan yang kecil saja. Kami tidak pernah mempersoalkan hal itu.
Yang terbaru adalah terkait masalah TKI Adelina, yang dianiaya majikannya hingga tewas. Awalnya, sang majikan akan dijatuhkan hukuman mati namun kemudian dibebaskan. Keputusan ini menimbulkan friksi di Indonesia yang lalu ramai di media sosial. Anggapan Tun terhadap kasus ini?
Hal ini tidak terjadi di Malaysia, tapi juga bisa dimana saja. Warga Indonesia datang untuk bekerja, yang kejadian-kejadian tertentu dimana kemudian warga Indonesia membunuh dan dibunuh. Tetapi Malaysia ini, kita tentukan jika ada perbuatan yang melanggar undang-undang Malaysia yang dikenakan hukum ekstrem maka kita akan adakan pembicaraan secara teratur (dilakukan negosiasi bila ada TKI yang terancam hukuman mati). Saat ini tidak banyak kasus yang dilakukan orang Indonesia.
Ada majikan-majikan di Malaysia yang kurang baik. Mereka tidak pernah mempunyai asisten rumah tangga, jadi mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah yang timbul yang berhubungan dengan warga negara asing, yang melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh mereka. Dengan itu, kita lihat ada case-case dimana ada majikan-majikan yang tidak memperlakukan pekerja-pekerja mereka dengan baik. Ini akan terjadi meski ada undang-undang.
Tun, saat ini Indonesia dan Malaysia sangat dekat. Satu rumpun, dan memiliki kemiripan kebudayaan. Sehingga dalam beberapa kesempatan terjadi klaim kebudayaan, ada batik dan lain sebagainya.
Itu untuk kami adalah perkara kecil yang akan membuat kita (Indonesia –Malaysia) bermusuhan. Kita (Malaysia) juga memiliki budaya batik dan sebagainya sudah lama. Tetapi, kalau kita perhatikan batik kita (batik Malaysia) tidak sama dengan batik Indonesia. Dengan melihatnya, kita bisa mengenali ini adalah batik Indonesia. Batik Malaysia dari segi pembuatan (dengan batik Indonesia) mungkin sama tapi hasil lukisannya berlainan. Kita berhak untuk mengenakan batik. Bahkan batik sudah berkembang ke Sri Lanka, ke Afrika pun. Jadi jika batik dianggap sebagai hak istimewa Indonesia maka Indonesia juga harus bertindak (mempersoalkan) kepada negara–negara lain, tidak ke Malaysia saja. Tapi, perkara-perkara ini tidak akan merusak hubungan Indonesia- Malaysia.
Satu hal lagi yang sering menimbulkan friksi dalam urusan sepak bola. Jika Indonesia bertemu Malaysia di lapangan hijau, itu ramainya luar biasa. Sebagai negara satu region di Asia Tenggara, apakah diperlukan transfer knowledge karena kami melihat pesepak bola Malaysia dilatih secara lebih fokus.
Budaya kita agak berlainan sedikit. Indonesia memiliki semangat yang begitu kuat, dan (pendukung Timnas Indonesia) kerap menunjukkan dukungan dalam hal apa pun. Rakyat Malaysia pun begitu, mereka senang melihat pasukan (Timnas Malaysia) menang, tetapi semangat pendukungnya tidak begitu terlihat. Tapi di Indonesia semangat nasionalisme lebih kuat, dan itu bila mereka (timnas Indonesia kalah) misalnya terlihat sulitnya menerima (kekalahan). Di Malaysia kami menerima kalah - menang sebagai hal yang biasa.
Tun sudah berusia 93 tahun, masih aktif bahkan sebagai kepala negara dengan segala macam dinamikanya, yang pastinya menguras fisik dan psikis. Apa rahasia Tun selalu terlihat bugar?
Saya berpendapat jika kita aktif bukan hanya aktif bergerak badan tapi juga pikiran. Kita akan sehat dan panjang umur.
Sampai saat ini Tun masih menyetir sendiri?
Iya, di akhir pekan saya menyetir sendiri, biasanya di Kuala Lumpur dan kawasan-kawasan di sekeliling Kuala Lumpur. Tentang menyetir sendiri, ini adalah salah satu yang saya masih bisa lakukan, jadi memberi kepuasan untuk saya. Saya selalu menanti akhir pekan, untuk bisa menyetir sendiri keliling Kuala Lumpur.
Tun Siti (istri Mahathir) juga masih menyetir sendiri?
Dia sudah tidak (menyetir sendiri). Mata dia sudah tidak awas.
Tun pernah mengalami dua serangan jantung dalam waktu 10 bulan. Tapi sekarang terlihat sangat bugar.
Makan obat (tertawa). Saya sekarang terpaksa minum obat seumur hidup. Saya juga mencoba untuk selalu aktif, jika kita terlalu banyak tidur, istirahat itu tidak baik untuk tubuh.
Ada olahraga khusus yang Tun jalani?
Tidak ada, saya kadang-kadang treadmill, atau angkat beban. Selain itu saya banyak berjalan kaki.
Kalau menu makanan? Mungkin ada yang khusus?
Makanan, saya makan segala-galanya. Tapi, jika makan saya tidak pernah banyak, saya makan sedikit.
Jadwal Tun pasti sangat padat. Tun juga masih melakukan agenda kenegaraan, termasuk kunjungan ke negara lain. Di usia Tun sekarang menjaga kesehatan sangat penting, mungkin adakah treatment khusus seperti meminum jamu atau rempah khusus yang menjadi rahasia Tun untuk jaga kesehatan?
Tidak ada jamu, tapi saya mengkonsumsi vitamin. Itu saja, selain itu ada obat jantung yang harus saya minum, karena obat itu membantu untuk mengencerkan darah agar tidak beku, tidak jadi clot (penyumbatan/pembekuan darah). Selain itu saya berpendapat, kalau kita aktif, semua otot-otot tubuh digunakan, pikiran juga digunakan, kita bakal sehat.
Wawancara eksklusif KORAN SINDO, sindonews.com serta iNewsTV dengan PM Mahathir didukung Alleira, Lion Air, dan Sheraton Imperial Kuala Lumpur.
(ian)