Terinspirasi Bill Gates, Pemuda China Ini Jadi Miliarder di AS

Senin, 29 April 2019 - 06:36 WIB
Terinspirasi Bill Gates,...
Terinspirasi Bill Gates, Pemuda China Ini Jadi Miliarder di AS
A A A
NEW YORK - Sekitar 30 tahun lalu, saat usianya masih 19 tahun, Eric Yuan, 49, pernah mendengarkan ceramah Bill Gates, miliarder dan pendiri Microsoft Corp, tentang perkembangan internet dan prospeknya. Sejak itu dia sangat terinspirasi dan termotivasi untuk menjadi bagian dari perkembangan industri dot-com Silicon Valley.

Yuan melihat masa depannya akan cerah di AS karena perkembangan teknologi yang berlangsung sangat pesat. Dia pun kini sukses besar. Perusahaan teknologi video komunikasi yang didirikannya, Zoom Video Communications, berhasil menjaring banyak klien dan investor. Dengan menggunakan freemium, Zoom mampu menyelenggarakan pertemuan selama 40 menit secara online.

Bahkan Yuan bisa menggunakan Zoom untuk menggelar rapat dengan latar belakang Gold Gate Bridge San Francisco hingga pantai di Santa Barbara. Saat ini nilai Zoom telah meningkat sembilan kali mencapai USD1 miliar setelah mendapatkan pendanaan dalam dua tahun terakhir. Kesuksesan Yuan barangkali jauh melebihi ekspektasinya dulu.

Terlebih upayanya untuk menjejakkan kaki di Negeri Paman Sam tidak mudah. Aplikasi visanya pernah ditolak hingga delapan kali lantaran kendala bahasa. Namun dia tak pernah menyerah. Setelah dua tahun terus mencoba, Pemerintah AS akhirnya mengeluarkan visa untuknya. Yuan pun bisa terbang ke AS.

Pada musim panas 1997, Yuan bergabung dengan WebExCommunications, sebuah perusahaan teknologi konferensi online berbasis di Milpitas, California. Sebagai pekerja yunior, dia bekerja dengan coding sepanjang malam, bahkan tidak tidur pada Sabtu malam. Rutinitas tersebut dijalaninya hingga WebEx diakuisisi Cisco Systems Inc senilai USD3,2 miliar pada 2007. Tak lama, Cisco pun meminta Yuan memimpin WebEx.

Suatu hari pada 2010, Yuan dilanda kegelisahan. “Suatu hari nanti seseorang akan membangun sesuatu di atas awan dan itu akan ‘membunuh’ saya,” tutur Yuan kepada Bill Tai, seorang investor yang menjadi pendukung utama Zoom. Salah satu tantangan paling berat adalah meyakinkan istrinya karena harus mengundurkan diri dari tempatnya bekerja.

“Saya mengatakan kepada istri, saya tahu ini adalah petualangan panjang dan sangat berat. Tapi saya tidak akan menyerah, saya tidak akan meragukannya,” papar dia. Pada 2011, Yuan pun mendirikan Zoom. Dia menghubungi temannya, termasuk investor, untuk memberikan dana USD250.000.

Uang itu dibutuhkannya untuk membayar 30 teknisi dari China yang diminta menciptakan teknologi video komunikasi. Dia sengaja mengandalkan komunikasi interpersonal dalam membangun komunikasi di perusahaannya. Yuan kemudian menggalang dana dari berbagai investor dan menjamin semua orang sudah mengunduh aplikasi Zoom.

Selanjutnya mantan CEO WebEx Subrah Iyar menyerahkan USD3 juta untuk Yuan. “Semua orang dalam bisnis modal, itu (Zoom) adalah ide gila,” ujar Jim Scheinman dari Maven Ventures. Yuan harus berpikir keras agar produknya berbeda dengan Skype milik Microsoft, Hangouts milik Google, dan Cisco yang masih memimpin dalam video konferensi.

Setelah mendapatkan dana USD6,5 juta dari Horizon Ventures milik Li Ka-shing, Zoom mampu mendapatkan dana tambahan USD30 juta dari Emergence Capital pada 2015. Yuan memiliki ide untuk mengembangkan Zoom setelah harus menempuh perjalanan selama 10 jam untuk bertemu istrinya.

“Suatu hari nanti, jika saya memiliki ponsel cerdas, hanya dengan satu klik saya bisa bicara dengan kamu, melihat kamu dan mimpimu akan menjadi kenyataan,” kata Yuan dalam wawancara dengan firma kapital AS GGV Capital.

Kini Zoom yang didirikan Yuan bisa bersaing dengan banyak perusahaan teknologi berkelas dunia lainnya. Yuan saat ini adalah pemilik saham terbesar layanan konferensi video Zoom Video Communication Inc yang mendapatkan USD751 dari penawaran sahamnya kepada publik. Yuan dan keluarganya menjual saham senilai USD57juta berdasarkan IPO seharga USD36 per saham.

Nilai saham perusahaan Yuan ditutup dengan nilai USD62 pada perdagangan di Nasdaq Global Select Market di New York. Itu menjadikan nilai sahamnya mencapai USD3,2 miliar. Dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Yuan menyatakan harga saham tersebut terlalu tinggi. Menurut dia, lompatan besar pada saham itu menjadi tekanan terhadap perusahaan.

Yuan berpikir bahwa perusahaan bisa hidup dengan status publisitas yang terus-menerus. “Kesempatan pasar ini masih besar, lebih dari USD40 miliar,” ujar Yuan. “Selama kita masih rendah hati, terus melanjutkan kerja keras, dan kita akan mengantarkan kebahagiaan kepada pelanggan, saya pikir semuanya akan baik-baik saja ketika berjalan,” paparnya.

Yuan kini sejajar dengan Sergei Brin dari Alphabet Inch, Jensen Huang dari Nvidia, dan Elon Musk dari Tesla. Mereka adalah imigran yang menjadi miliarder setelah membantu mendirikan perusahaan Silicon Valley. AS memang merupakan salah satu negara yang difavoritkan dua pertiga orang kaya China untuk bermigrasi versi Hurun Research Institute.

Berdasarkan Transparency Market Research, pasar konferensi video global diperkirakan akan meningkat hingga 8% per tahun hingga 2026. Kenapa? Kini semakin banyak pekerja yang bekerja dari rumah. Klien Zoom saat ini termasuk Uber Technologies dan Wells Fargo & Co.

Zoom dilaporkan memperoleh laba bersih hingga USD7,6 juta dengan pendapatan total mencapai USD331 juta per tahun. Saham Zoom ditawar oleh Morgan Stanley, JPMorgan Chase & Co, Goldman Sachs Group Inc, dan Credit Suisse Group AG. Dalam proses IPO, Yuan harus menempuh perjalanan 50 mil dari kantor pusatnya di San Jose ke San Francisco untuk bertemu dengan investor saat makan siang, kemudian dia harus kembali bekerja.

“Pelanggan selalu mengatakan, Eric, kita akan menjadi pelanggan penting, kamu harus bertemu dengan kami,” kata Yuan seperti dilansir Forbes. “Saya mengatakan, ‘Baik, saya akan mengunjungi kamu, tapi gunakan Zoom untuk pertama kalinya’,” jelasnya.

Dengan pertumbuhan yang sangat masif, Zoom harus membuktikan diri dengan para pesaingnya seperti Google dan Microsoft. Cisco, perusahaan yang menjadi tempat kerja Yuan dahulu, juga tidak akan membiarkan pertumbuhan Zoom semakin pesat. Namun Zoom bisa menjadi perusahaan berbasis komunitas dengan mengandalkan mitra seperti Atlassian, LinkedIn, dan Slack.

“Itu seperti lari maraton,” kata Yuan mengenai ambisinya untuk mengoneksikan dunia kerja seperti yang dilakukan Facebook dengan pelanggannya. Dia juga berambisi menjadikan Zoom lebih besar daripada Cisco. “Kamu mungkin 5 mil di depan saya, tapi itu oke. Saya akan berlari lebih cepat dibandingkan kamu dan saya akan menangkap kamu,” sebutnya.

Awal ketertarikan dengan dunia bisnis dialami Yuan saat dia harus mengumpulkan sisa bahan bangunan untuk dijual kembali demi mendapatkan uang saat duduk di bangku sekolah dasar. Ayahnya hanya teknisi tambang di Provinsi Shandong, China timur. Ingin memperbaiki hidupnya, Yuan kemudian belajar matematika terapan dan komputer di Universitas Shandong. Saat usia 22 tahun saat masih menempuh kuliah S-2, Yuan menikah.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9891 seconds (0.1#10.140)