Tambang Batu Giok di Myanmar Longsor, 54 Penambang Diduga Tewas

Selasa, 23 April 2019 - 23:35 WIB
Tambang Batu Giok di...
Tambang Batu Giok di Myanmar Longsor, 54 Penambang Diduga Tewas
A A A
NAYPYITAW - Lebih dari 50 orang dikhawatirkan tewas setelah tanah longsor di Myanmar utara melanda para penambang batu giok saat mereka tengah tidur. Ini adalah kecelakaan mematikan terbaru dalam industri yang terkenal berbahaya.

Insiden itu terjadi di dekat desa Maw Wun Kalay di kota Hpakant sekitar pukul 11.30 waktu setempat pada Senin kemarin ketika sebuah kolam saringan lumpur, yang terletak di lokasi penambangan tua, runtuh.

Seorang pejabat setempat, Tin Soe mengatakan, sebanyak 54 staf dari dua perusahaan swasta dimakamkan di bawah tumpukan limbah penambangan bersama dengan 40 mesin dan kendaraan.

"Mereka tidak akan selamat. Itu tidak mungkin karena mereka terkubur di bawah lumpur," kata Tin Soe kepada kantor berita Reuters, yang dikutip Al Jazeera, melalui sambungan telepon, Selasa (23/4/2019).

"Sangat sulit untuk mengambil mayatnya," imbuhnya

Sementara administrator kotapraja, Kyaw Swa Aung, mengatakan kepada kantor berita Anadolu bahwa operasi pencarian sedang berlangsung.

"Tiga mayat telah ditemukan dari lumpur," ujarnya.

Puluhan orang meninggal setiap tahun akibat tanah longsor yang disebabkan oleh pertambangan batu giok, industri yang tidak diatur dengan baik dan korupsi serta terjepit di antara perbatasan negara itu dengan China dan India.

Setidaknya 20 orang telah terbunuh sepanjang tahun ini akibat runtuhnya tambang dan tanah longsor di lokasi penambangan, menurut kantor kotapraja Hpakant.

Sebagian besar korban diidentifikasi sebagai pekerja migran internal yang mencari batu giok atau potongan-potongan batu berharga yang tersisa dari operasi penambangan perusahaan.

Daerah ini ditambang oleh perusahaan Myanmar Thura Gems dan perusahaan Shwe Nagar Koe Kaung.

Direktur Myanmar Thura Gems, Hla Soe Oo mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia sedang dalam perjalanan ke situs tersebut dan tidak memiliki perincian lebih lanjut.

Daerah Hpakant adalah pusat industri penambangan giok negara dan menghasilkan beberapa batu giok berkualitas terbaik di dunia.

Menurut kelompok advokasi lingkungan, Global Witness, produksi batu giok di Myanmar bernilai sekitar USD31 miliar pada 2014.

Industri ini didominasi oleh perusahaan dan pengusaha yang terkait dengan para pemimpin pemerintah militer sebelumnya.

Tambang batu giok terbuka di Hpakant telah mengubah daerah terpencil itu menjadi medan luas seperti bulan.

Tanah longsor yang fatal di daerah itu biasa terjadi terhadap korban yang sering berasal dari komunitas etnis miskin yang mencari sisa-sisa yang ditinggalkan oleh perusahaan besar.

Longsor besar terjadi pada November 2015 menyebabkan lebih dari 100 orang tewas.

Industri batu giok sebagian besar didorong oleh permintaan yang tidak pernah terpuaskan dari negara tetangga China, di mana batu permata hijau yang tembus pandang itu telah lama dihargai.

Sumber daya alam Myanmar yang melimpah, termasuk batu giok, kayu, emas, dan kuningan, membantu membiayai perang saudara di kedua sisi selama puluhan tahun antara pemberontak etnis Kachin dan militer Myanmar.

Peperangan untuk mengendalikan tambang dan pendapatan yang dihasilkan sering menjebak warga sipil setempat di tengah-tengah konflik.

Gencatan senjata 17 tahun lalu pecah pada 2011, dan sejak itu lebih dari 100 ribu orang terlantar akibat sejumlah pertempuran.

Saat berkuasa pada tahun 2016, pemimpin sipil Aung San Suu Kyi berjanji untuk menjadikan proses perdamaian dengan segudang kelompok bersenjata negara itu sebagai prioritas utama - sebuah janji yang belum menghasilkan hasil yang signifikan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7619 seconds (0.1#10.140)