Pejabat AS-Jepang Remehkan Spekulasi Rusia Berburu F-35 yang Jatuh
A
A
A
WASHINGTON - Pejabat Amerika Serikat (AS) dan Jepang meremehkan spekulasi bahwa Rusia dan China berburu puing pesawat jet tempur siluman F-35A yang jatuh di Samudra Pasifik. Para pejabat tersebut mengatakan spekulasi yang bermunculan sejauh ini tidak berdasar.
Jet tempur F-35A Jepang hilang dari pantauan radar di atas Samudra Pasifik awal bulan ini selama penerbangan pelatihan malam hari. Beberapa puing pesawat telah ditemukan minggu lalu. Namun, pilotnya; Mayor Akinori Hosomi, belum ditemukan.
Spekulasi bahwa Rusia dan China ikut berburu puing F-35 untuk memperoleh rahasia teknologi jet canggih itu disuarakan para pakar.
"Jika salah satu F-35 Jepang berada di dasar Pasifik, kita mungkin akan melihat salah satu operasi spionase bawah air terbesar sejak Perang Dingin. Jika itu beroperasi tanpa reflektor radar yang menunjukkan dengan tepat di mana ia masuk mungkin menjadi masalah," tulis editor The War Zone, Tyler Rogoway, di Twitter.
"Itu bisa menimbulkan masalah tergantung pada apa yang dipulihkan, kapan dipulihkan, dan yang terutama, dalam kondisi apa, setelah memengaruhi permukaan air," imbuh pakar penerbangan, pilot, dan mantan perwira Angkatan Udara Italia David Cenciotti kepada Fox News, Kamis (18/4/2019).
"F-35 adalah sistem dari sistem-sistem dan kemampuan untuk terdeteksi rendah/stealthiness adalah sistem itu sendiri," lanjut Cenciotti.
Namun, baik pejabat AS dan Jepang, menolak spekulasi itu sebagai hal yang tidak berdasar. Mereka mengatakan militer AS belum melihat bukti adanya kekuatan musuh yang berusaha mendapatkan puing-puing jet tempur siluman F-35A.
"Ada banyak spekulasi liar di media tentang negara-negara lain berlomba untuk menemukan puing-puing itu," kata seorang pejabat militer AS kepada Stars and Stripes. "Sampai saat ini, kami tidak melihatnya, tetapi kami terus memantau," ujar pejabat tersebut tanpa disebutkan namanya.
Pejabat AS itu menggemakan pernyataan Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya yang mengatakan bahwa tidak ada bukti pemerintah lain mencari pesawat F-35A yang jatuh.
"Kami telah mengawasi aktivitas pesawat dan kapal asing di daerah sekitar negara kami 24 jam dan 365 hari, tetapi kami belum mengonfirmasi kasus yang tidak biasa," katanya.
Jet tempur F-35A Jepang hilang dari pantauan radar di atas Samudra Pasifik awal bulan ini selama penerbangan pelatihan malam hari. Beberapa puing pesawat telah ditemukan minggu lalu. Namun, pilotnya; Mayor Akinori Hosomi, belum ditemukan.
Spekulasi bahwa Rusia dan China ikut berburu puing F-35 untuk memperoleh rahasia teknologi jet canggih itu disuarakan para pakar.
"Jika salah satu F-35 Jepang berada di dasar Pasifik, kita mungkin akan melihat salah satu operasi spionase bawah air terbesar sejak Perang Dingin. Jika itu beroperasi tanpa reflektor radar yang menunjukkan dengan tepat di mana ia masuk mungkin menjadi masalah," tulis editor The War Zone, Tyler Rogoway, di Twitter.
"Itu bisa menimbulkan masalah tergantung pada apa yang dipulihkan, kapan dipulihkan, dan yang terutama, dalam kondisi apa, setelah memengaruhi permukaan air," imbuh pakar penerbangan, pilot, dan mantan perwira Angkatan Udara Italia David Cenciotti kepada Fox News, Kamis (18/4/2019).
"F-35 adalah sistem dari sistem-sistem dan kemampuan untuk terdeteksi rendah/stealthiness adalah sistem itu sendiri," lanjut Cenciotti.
Namun, baik pejabat AS dan Jepang, menolak spekulasi itu sebagai hal yang tidak berdasar. Mereka mengatakan militer AS belum melihat bukti adanya kekuatan musuh yang berusaha mendapatkan puing-puing jet tempur siluman F-35A.
"Ada banyak spekulasi liar di media tentang negara-negara lain berlomba untuk menemukan puing-puing itu," kata seorang pejabat militer AS kepada Stars and Stripes. "Sampai saat ini, kami tidak melihatnya, tetapi kami terus memantau," ujar pejabat tersebut tanpa disebutkan namanya.
Pejabat AS itu menggemakan pernyataan Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya yang mengatakan bahwa tidak ada bukti pemerintah lain mencari pesawat F-35A yang jatuh.
"Kami telah mengawasi aktivitas pesawat dan kapal asing di daerah sekitar negara kami 24 jam dan 365 hari, tetapi kami belum mengonfirmasi kasus yang tidak biasa," katanya.
(mas)