Terapkan Rajam Mati LGBT, Sultan Brunei Dianggap Meniru ISIS

Minggu, 07 April 2019 - 05:59 WIB
Terapkan Rajam Mati LGBT, Sultan Brunei Dianggap Meniru ISIS
Terapkan Rajam Mati LGBT, Sultan Brunei Dianggap Meniru ISIS
A A A
LONDON - Hotel mewah milik Brunei Darussalam yang berada di Inggris, Dorchester Hotel, didemo ratusan orang. Mereka mengecam Sultan Hassanal Bolkiah yang menerapkan Hukum Syariah ketat, termasuk rajam sampai mati bagi pelaku seks sesama jenis (lesbian, gay, biseksual dan transgender/LGBT).

Para demonstran yang didominasi para aktivis pembela hak-hak gay menganggap Sultan Hassanal meniru kelompok Islamic State (ISIS) di Irak dan Suriah karena memberlakukan hukuman seperti itu.

Massa juga mendesak Angkatan Udara dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris memutuskan hubungan dengan Sultan Brunei. Demo yang berlangsung Sabtu sore itu memaksa aparat polisi untuk berdiri di depan pintu hotel untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan.

Lebih dari 100 orang datang dengan membawa bendera pelangi, spanduk dan plakat berisi kecaman terhadap Sultan Hassanal."Shame on you (Malu pada Anda)," teriak para demonstran di luar hotel mewah di Park Lane.

Demo dipimpin oleh aktivis pembela hak-hak gay, Peter Tatchell. "Sultan meniru hukuman barbar ISIS di Suriah dan Irak; memberlakukan hukuman mati dengan merajam orang-orang yang terbukti melakukan homoseksualitas, perzinaan dan menghina Nabi Muhammad," katanya, seperti dikutip The Guardian, Minggu (7/4/2019).

“Dia sebanding dengan para fanatik ISIS yang mengeksekusi orang karena kejahatan yang disebutkan ini selama kekhalifahan mereka yang membunuh. Brunei harus diisolasi sebagai negara paria, sama seperti ISIS," ujarnya.

Selebriti termasuk Sir Elton John, George Clooney dan Ellen DeGeneres pekan lalu mendesak pemboikotan terhadap hotel-hotel mewah milik Brunei yang berada di berbagai negara, termasuk Dorchester London dan 45 Park Lane.

Protes itu terjadi di tengah-tengah seruan agar dua gelar kehormatan yang diberikan Ratu Inggris kepada Sultan Hassanal dilucuti. Sultan mendapat gelar sebagai marsekal di Angkatan Udara dan laksamana di Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

"Undang-undang baru Brunei yang menyedihkan adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan bertentangan dengan nilai-nilai yang seharusnya mendefinisikan institusi Inggris," kata Stephen Evans, kepala eksekutif National Secular Society, sebuah badan amal yang menentang hak istimewa agama.

"Melucuti gelar kehormatan Sultan yang telah mereka berikan kepadanya akan mengirimkan pesan penting bahwa mereka tidak ingin dengan cara apapun terkait dengan barbarisme abad pertengahan semacam ini," ujarnya.

Istana Buckingham, melalui seorang juru bicara telah merespons seruan demonstran. "Yang Mulia bertindak atas saran pemerintah sehubungan dengan pemberian gelar terhormat ini," katanya.

Kantor Kabinet Inggris juga telah merespons."Kami tidak mengomentari kasus individu," kata kantor tersebut melalui seorang juru bicara.

Demo muncul setelah Menteri pertahanan Gavin Williamson meminta Brunei memberikan jaminan kepada pasukan gay Inggris di negara untuk tidak terkena dampak undang-undang baru yang mulai diberlakukan sejak Rabu lalu.

Beberapa universitas terkemuka mengisyaratkan untuk mencabut gelar kehormatan Sultan Hassanal.
"Kami akan mempertimbangkan kembali keputusan ini melalui proses yang telah kami tetapkan berdasarkan informasi yang sekarang tersedia, seperti yang dilakukan universitas-universitas Inggris lainnya," kata pihak Oxford University yang pernah memberikan gelar kehormatan pada sultan.

University of Aberdeen dan King's College London (KCL) juga menyampaikan sikap senada. "Komite gelar kehormatan telah setuju bahwa undang-undang anti-LGBT ini benar-benar bertentangan dengan prinsip dan nilai pendiri universitas. Rekomendasi mereka sekarang diserahkan kepada senat kami untuk dipertimbangkan, yang kami harapkan akan terjadi minggu depan," kata seorang juru bicara University of Aberdeen.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5773 seconds (0.1#10.140)