Perempuan Asal AS Diculik Saat Bersafari di Taman Margasatwa Uganda
A
A
A
KAMPALA - Seorang perempuan asal Amerika Serikat (AS) dan sopirnya diculik di taman margasatwa paling populer di Uganda oleh orang-orang bersenjata. Penculik perempuan itu kemudian meminta tebusan sebesar USD500 ribu.
Pihak kepolisian setempat dalam sebuah pernyataan menyatakan Kimberley Sue Endecott (35) dan pengemudinya asal Uganda, Jean Paul, sedang dalam perjalanan di Taman Nasional Ratu Elizabeth ketika empat pria bersenjata menyergap kendaraan mereka pada Selasa malam.
Taman margasatwa itu, yang paling banyak dikunjungi Uganda, terletak sekitar 400 km barat daya Ibu Kota Kampala, dekat perbatasan dengan Republik Demokratik Kongo (DRC), yang merupakan rumah bagi banyak kelompok pemberontak yang terpecah-pecah.
Berbagai kelompok ilegal mulai dari gerilayawan Islamis Somalia hingga pemberontak yang bermarkas di Kongo terkadang beroperasi di Uganda, tetapi identitas para penculik belum diketahui.
Polisi mengatakan penculikan itu tampaknya mempunyai motivasi finansial, karena kelompok itu dengan cepat mengajukan permintaan menggunakan ponsel Endecott.
"Tim keamanan gabungan telah memotong semua area keluar di perbatasan antara Uganda dan DRC untuk mencari para korban," pernyataan polisi menambahkan, memperingatkan kelompok itu mungkin masih berada di taman margasatwa.
Pasangan lansia yang juga berada di tempat kejadian tidak diculik dan menyalakan alarm.
“Saya curiga para penculik meninggalkan mereka karena mereka sudah tua. Mereka mengambil semua milik mereka,” kata juru bicara pemerintah Uganda Ofwono Opondo seperti dilansir dari Reuters, Kamis (4/4/2019).
Opondo menambahkan Endecott yang tinggal di Califonia dan pasangan lansia itu, yang tidak diketahui hubungannya, masuk ke Uganda pada 29 Maret dan terbang keesokan harinya ke taman margasatwa di barat daya negara itu.
Kedutaan AS di Kampala tidak memiliki informasi tambahan untuk diungkapkan. “Kami menganggap serius ancaman terhadap warga AS di luar negeri. Pasukan keamanan menanggapi insiden itu,” bunyi pernyataan Kedubes AS.
Kelompok militan Islam Somalia, al Shabaab, telah melakukan serangan di Uganda di masa lalu. Namun tidak pernah diketahui pernah melakukan penculikan untuk meminta tebusan.
Pada tahun 1999, pasangan asal Amerika, empat warga Inggris dan dua warga Selandia Baru terbunuh bersama dengan empat pemandu asal Uganda ketika kelompok mereka disergap oleh orang-orang bersenjata di Taman Nasional Bwindi Impenetrable National Park. Korban yang selamat mengatakan para pembunuh itu tampaknya adalah pemberontak Hutu yang bermarkas di Kongo.
Bwindi berjarak sekitar 20 km selatan Taman Nasional Ratu Elizabeth, tempat turis berbondong-bondong melihat singa, kuda nil, buaya, simpanse, dan margasatwa Afrika lainnya di kawasan danau, sabana, hutan, dan rawa.
Pihak kepolisian setempat dalam sebuah pernyataan menyatakan Kimberley Sue Endecott (35) dan pengemudinya asal Uganda, Jean Paul, sedang dalam perjalanan di Taman Nasional Ratu Elizabeth ketika empat pria bersenjata menyergap kendaraan mereka pada Selasa malam.
Taman margasatwa itu, yang paling banyak dikunjungi Uganda, terletak sekitar 400 km barat daya Ibu Kota Kampala, dekat perbatasan dengan Republik Demokratik Kongo (DRC), yang merupakan rumah bagi banyak kelompok pemberontak yang terpecah-pecah.
Berbagai kelompok ilegal mulai dari gerilayawan Islamis Somalia hingga pemberontak yang bermarkas di Kongo terkadang beroperasi di Uganda, tetapi identitas para penculik belum diketahui.
Polisi mengatakan penculikan itu tampaknya mempunyai motivasi finansial, karena kelompok itu dengan cepat mengajukan permintaan menggunakan ponsel Endecott.
"Tim keamanan gabungan telah memotong semua area keluar di perbatasan antara Uganda dan DRC untuk mencari para korban," pernyataan polisi menambahkan, memperingatkan kelompok itu mungkin masih berada di taman margasatwa.
Pasangan lansia yang juga berada di tempat kejadian tidak diculik dan menyalakan alarm.
“Saya curiga para penculik meninggalkan mereka karena mereka sudah tua. Mereka mengambil semua milik mereka,” kata juru bicara pemerintah Uganda Ofwono Opondo seperti dilansir dari Reuters, Kamis (4/4/2019).
Opondo menambahkan Endecott yang tinggal di Califonia dan pasangan lansia itu, yang tidak diketahui hubungannya, masuk ke Uganda pada 29 Maret dan terbang keesokan harinya ke taman margasatwa di barat daya negara itu.
Kedutaan AS di Kampala tidak memiliki informasi tambahan untuk diungkapkan. “Kami menganggap serius ancaman terhadap warga AS di luar negeri. Pasukan keamanan menanggapi insiden itu,” bunyi pernyataan Kedubes AS.
Kelompok militan Islam Somalia, al Shabaab, telah melakukan serangan di Uganda di masa lalu. Namun tidak pernah diketahui pernah melakukan penculikan untuk meminta tebusan.
Pada tahun 1999, pasangan asal Amerika, empat warga Inggris dan dua warga Selandia Baru terbunuh bersama dengan empat pemandu asal Uganda ketika kelompok mereka disergap oleh orang-orang bersenjata di Taman Nasional Bwindi Impenetrable National Park. Korban yang selamat mengatakan para pembunuh itu tampaknya adalah pemberontak Hutu yang bermarkas di Kongo.
Bwindi berjarak sekitar 20 km selatan Taman Nasional Ratu Elizabeth, tempat turis berbondong-bondong melihat singa, kuda nil, buaya, simpanse, dan margasatwa Afrika lainnya di kawasan danau, sabana, hutan, dan rawa.
(ian)