Dipakai Salat Jumat, Perbaikan Masjid Christchurch Dikebut
A
A
A
WELLINGTON - Pihak kepolisian Selandia Baru sedang berupaya untuk membuka dua masjid di Christchurch besok untuk salat pasca terjadinya pembantaian di sana hampir seminggu yang lalu. Sejumlah kontraktor juga telah bekerja dengan pihak berwenang sepanjang waktu untuk menyiapkan segala sesuatunya tepat waktu.
Tempat yang dulunya merupakan lokasi kejahatan sekarang tengah dikebut perbaikannya agar bisa dibuka tepat waktu untuk salat Jumat esok.
Tukang cat dan plester, lapisan karpet serta petugas kebersihan telah bekerja siang dan malam untuk membuatnya dalam kondisi yang baik untuk mengembalikan masjid ke masyarakat.
Kehadiran polisi di kedua masjid masih kental dengan polisi bersenjata.
"Kami ingin masyarakat di Christchurch merasa aman dan normal serta menjalankan bisnis mereka," kata Darryl Sweeney dari kepolisian Christchurch seperti disitir dari Newshub, Kamis (21/3/2019).
Para pelayat juga menantikan salat Jumat dan kembali ke masjid. Mohammed Hussein dari Auckland mengharapkan lebih banyak orang yang datang pada salat Jumat nanti.
"Saya pikir tempat ini akan terlalu kecil untuk salat Jumat besok, ada orang-orang datang dari Australia, ada orang-orang dari Auckland, orang-orang datang dari jauh, jauh untuk memberi penghormatan, jadi saya pikir di suatu tempat seperti Hagley park di area terbuka yang bagus adalah tempat terbaik besok," katanya.
Rantai cinta manusia sedang diorganisir untuk masjid-masjid di sekitar Selandia Baru, sebuah pertunjukan solidaritas bagi penduduk Muslim di Selandia Baru.
Hussein pun mengatakan hal ini sangat luar biasa. "Saya pikir komunitas Muslim sendiri diliputi oleh cinta yang kami terima dari semua orang," ujarnya.
Seorang warga lain, Mohammed Naeem mengatakan, apa yang terjadi di kedua masjid itu pada tujuh hari yang lalu tidak akan menghentikan orang untuk kembali.
"Orang-orang, penduduk setempat yang dulu menghadiri masjid itu dan mereka melihat pembantaian pada hari Jumat, yang akan benar-benar mengguncang mereka tetapi percaya atau tidak, mereka akan datang," kata Naeem.
"Kembali di tempat di mana mereka menghadapi teror terbesar mereka, tetapi biasanya menemukan kedamaian terbesar mereka," tukasnya.
Tempat yang dulunya merupakan lokasi kejahatan sekarang tengah dikebut perbaikannya agar bisa dibuka tepat waktu untuk salat Jumat esok.
Tukang cat dan plester, lapisan karpet serta petugas kebersihan telah bekerja siang dan malam untuk membuatnya dalam kondisi yang baik untuk mengembalikan masjid ke masyarakat.
Kehadiran polisi di kedua masjid masih kental dengan polisi bersenjata.
"Kami ingin masyarakat di Christchurch merasa aman dan normal serta menjalankan bisnis mereka," kata Darryl Sweeney dari kepolisian Christchurch seperti disitir dari Newshub, Kamis (21/3/2019).
Para pelayat juga menantikan salat Jumat dan kembali ke masjid. Mohammed Hussein dari Auckland mengharapkan lebih banyak orang yang datang pada salat Jumat nanti.
"Saya pikir tempat ini akan terlalu kecil untuk salat Jumat besok, ada orang-orang datang dari Australia, ada orang-orang dari Auckland, orang-orang datang dari jauh, jauh untuk memberi penghormatan, jadi saya pikir di suatu tempat seperti Hagley park di area terbuka yang bagus adalah tempat terbaik besok," katanya.
Rantai cinta manusia sedang diorganisir untuk masjid-masjid di sekitar Selandia Baru, sebuah pertunjukan solidaritas bagi penduduk Muslim di Selandia Baru.
Hussein pun mengatakan hal ini sangat luar biasa. "Saya pikir komunitas Muslim sendiri diliputi oleh cinta yang kami terima dari semua orang," ujarnya.
Seorang warga lain, Mohammed Naeem mengatakan, apa yang terjadi di kedua masjid itu pada tujuh hari yang lalu tidak akan menghentikan orang untuk kembali.
"Orang-orang, penduduk setempat yang dulu menghadiri masjid itu dan mereka melihat pembantaian pada hari Jumat, yang akan benar-benar mengguncang mereka tetapi percaya atau tidak, mereka akan datang," kata Naeem.
"Kembali di tempat di mana mereka menghadapi teror terbesar mereka, tetapi biasanya menemukan kedamaian terbesar mereka," tukasnya.
(ian)