Para Wanita Budak Seks Bakar Burqa usai Dibebaskan dari ISIS
A
A
A
BAGHUZ - Para wanita Yazidi yang dijadikan budak seks oleh kelompok ISIS ramai-ramai membakar burqa setelah mereka dibebaskan dari kelompok tersebut. Ada lebih dari selusin wanita Yazidi yang dibebaskan bersama ribuan warga sipil dari zona pertempuran terakhir kelompok teror tersebut di Baghuz, Suriah.
Pasukan Demoraktik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS) telah menggempur ISIS atau Daesh di Baghuz dalam beberapa hari terakhir. Banyak militan kelompok tersebut akhirnya menyerah.
"Saya berharap saya bisa membawa (ISIS) dan membakarnya seperti saya membakar pakaian saya," kata Israa, 20, salah seorang wanita Yazidi ketika ia menanggalkan burqa hitam.
Dalam aksinya, Israa bergabung dengan beberapa wanita Yazidi lainnya yang selamat. Mereka membakar pakaian hitam yang dipaksakan Daesh.
"Sekarang saya sudah tiba dan saya sudah melepasnya dan membakarnya dan selesai dengan itu, terima kasih Tuhan," ujarnya, dikutip Fox News, Kamis (14/3/2019).
Bagi para wanita itu, pelarian dari aturan Daesh yang menindas adalah jalan menuju pemulihan.
Pada musim panas 2014 kelompok Daesh menyerbu banyak wilayah Irak dan Suriah. Di Irak, kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu menyerbu Gunung Sinjar, rumah leluhur Yazidi di Irak. Kelompok minoritas itu dianggap Daesh sebagai "penyembah setan".
Ribuan gadis dan wanita ditangkap dan dijual sebagai budak seks di antara para militan Daesh. Selain itu, ribuan orang terbunuh dan dibuang ke kuburan massal yang sekarang berserakan di lanskap Irak.
Nasib tragis lainnya dialami anak laki-laki di bawah umur yang dicuci otak untuk menjadi petempur Daesh. Anak-anak itu sering dibius, diindoktrinasi dan digunakan sebagai tameng manusia ketika pertempuran semakin intensif.
Pemerintah AS pada tahun 2016 menyatakan serangan brutal ISIS terhadap Yazidi dianggap sebagai genosida.
Pada akhir tahun lalu, ketika SDF terus mendekati benteng terakhir ISIS, ada harapan bahwa sekitar 3.000 warga Yazidi yang tidak diketahui nasibnya akan muncul. Namun, menurut para aktivis, harapan itu memudar karena hanya sejumlah kecil warga Yazidi yang keluar dari kantong terakhir kelompok teror tersebut.
Pasukan Demoraktik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS) telah menggempur ISIS atau Daesh di Baghuz dalam beberapa hari terakhir. Banyak militan kelompok tersebut akhirnya menyerah.
"Saya berharap saya bisa membawa (ISIS) dan membakarnya seperti saya membakar pakaian saya," kata Israa, 20, salah seorang wanita Yazidi ketika ia menanggalkan burqa hitam.
Dalam aksinya, Israa bergabung dengan beberapa wanita Yazidi lainnya yang selamat. Mereka membakar pakaian hitam yang dipaksakan Daesh.
"Sekarang saya sudah tiba dan saya sudah melepasnya dan membakarnya dan selesai dengan itu, terima kasih Tuhan," ujarnya, dikutip Fox News, Kamis (14/3/2019).
Bagi para wanita itu, pelarian dari aturan Daesh yang menindas adalah jalan menuju pemulihan.
Pada musim panas 2014 kelompok Daesh menyerbu banyak wilayah Irak dan Suriah. Di Irak, kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu menyerbu Gunung Sinjar, rumah leluhur Yazidi di Irak. Kelompok minoritas itu dianggap Daesh sebagai "penyembah setan".
Ribuan gadis dan wanita ditangkap dan dijual sebagai budak seks di antara para militan Daesh. Selain itu, ribuan orang terbunuh dan dibuang ke kuburan massal yang sekarang berserakan di lanskap Irak.
Nasib tragis lainnya dialami anak laki-laki di bawah umur yang dicuci otak untuk menjadi petempur Daesh. Anak-anak itu sering dibius, diindoktrinasi dan digunakan sebagai tameng manusia ketika pertempuran semakin intensif.
Pemerintah AS pada tahun 2016 menyatakan serangan brutal ISIS terhadap Yazidi dianggap sebagai genosida.
Pada akhir tahun lalu, ketika SDF terus mendekati benteng terakhir ISIS, ada harapan bahwa sekitar 3.000 warga Yazidi yang tidak diketahui nasibnya akan muncul. Namun, menurut para aktivis, harapan itu memudar karena hanya sejumlah kecil warga Yazidi yang keluar dari kantong terakhir kelompok teror tersebut.
(mas)