Ethiopian Airlines Belok Tak Menentu, Terbakar, lalu Meledak
A
A
A
ADDIS ABABA - Seorang saksi menceritakan detik-detik tragedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines ET302 di Tulu Fara, luar kota Bishoftu, Ethiopia, hari Minggu. Menurutnya, pesawat itu belok tak menentu, kemudian terbakar dan meledak ketika jatuh ke tanah.
Tragedi itu menewaskan 157 orang yang ada di dalam pesawat. Mereka berasal dari 35 negara, termasuk Indonesia. Penyebab kecelakaan masih belum diketahui dan penyelidikan masih berlangsung.
Penerbangan ET302 lepas landas dari Bandara Internasional Bole di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa. Pesawat hendak menuju Nairobi, Kenya
"Pesawat itu sudah terbakar ketika jatuh ke tanah. Kecelakaan itu menyebabkan ledakan besar," kata saksi mata Tegegn Dechasa kepada AFP dari lokasi kejadian, Senin (11/3/2019).
Lokasi jatuhnya pesawat itu dipenuhi barang-barang penumpang, sisa-sisa jasad korban dan bagian-bagian pesawat. Semua berserakan di sekitar kawah besar pada titik benturan.
"Pesawat itu terbakar di sisi belakangnya sesaat sebelum kecelakaan. Pesawat itu berbelok tidak menentu sebelum kecelakaan," lanjut dia.
Pesawat yang jatuh adalah Boeing 737-800MAX. Pesawat merek baru itu baru dikirim ke perusahaan milik negara, Ethiopian Airways, pada 15 November.
Pihak Ethiopian Airlines mengatakan pesawat lepas landas pukul 08.38 pagi waktu setempat dari Bandara Internasional Bole dan kehilangan kontak kira-kira enam menit kemudian. Menurut pihak maskapai, tak ada yang selamat dalam penerbangan tersebut.
CEO Ethiopian Airlines Tewolde GebreMariam mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers bahwa pilot penerbangan ET302 melaporkan kesulitan teknis dan meminta izin untuk kembali ke ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Data penerbangan menunjukkan penerbangan meninggalkan ibu kota sekitar pukul 08.38 pagi waktu setempat dan naik ke ketinggian 2.600 meter. Namun, hanya enam menit kemudian, pesawat dinyatakan hilang kontak.
GebreMariam mengatakan kepada wartawan bahwa pilot diberi izin untuk kembali setelah melaporkan ada masalah. Data itu dia kutip dari catatan pengontrol lalu lintas udara.
Dia menambahkan pilot memiliki rekor terbang yang sangat baik dan memiliki pengalaman terbang lebih dari 8.000 jam.
Pemeriksaan pemeliharaan rutin tidak mengungkapkan masalah, sehingga GebreMariam mengatakan penyebab kecelakaan masih belum jelas.
"Ini adalah pesawat baru tanpa komentar teknis, diterbangkan oleh pilot senior dan tidak ada alasan bahwa kita dapat atribut pada saat ini," katanya kepada wartawan.
Tragedi itu menewaskan 157 orang yang ada di dalam pesawat. Mereka berasal dari 35 negara, termasuk Indonesia. Penyebab kecelakaan masih belum diketahui dan penyelidikan masih berlangsung.
Penerbangan ET302 lepas landas dari Bandara Internasional Bole di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa. Pesawat hendak menuju Nairobi, Kenya
"Pesawat itu sudah terbakar ketika jatuh ke tanah. Kecelakaan itu menyebabkan ledakan besar," kata saksi mata Tegegn Dechasa kepada AFP dari lokasi kejadian, Senin (11/3/2019).
Lokasi jatuhnya pesawat itu dipenuhi barang-barang penumpang, sisa-sisa jasad korban dan bagian-bagian pesawat. Semua berserakan di sekitar kawah besar pada titik benturan.
"Pesawat itu terbakar di sisi belakangnya sesaat sebelum kecelakaan. Pesawat itu berbelok tidak menentu sebelum kecelakaan," lanjut dia.
Pesawat yang jatuh adalah Boeing 737-800MAX. Pesawat merek baru itu baru dikirim ke perusahaan milik negara, Ethiopian Airways, pada 15 November.
Pihak Ethiopian Airlines mengatakan pesawat lepas landas pukul 08.38 pagi waktu setempat dari Bandara Internasional Bole dan kehilangan kontak kira-kira enam menit kemudian. Menurut pihak maskapai, tak ada yang selamat dalam penerbangan tersebut.
CEO Ethiopian Airlines Tewolde GebreMariam mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers bahwa pilot penerbangan ET302 melaporkan kesulitan teknis dan meminta izin untuk kembali ke ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Data penerbangan menunjukkan penerbangan meninggalkan ibu kota sekitar pukul 08.38 pagi waktu setempat dan naik ke ketinggian 2.600 meter. Namun, hanya enam menit kemudian, pesawat dinyatakan hilang kontak.
GebreMariam mengatakan kepada wartawan bahwa pilot diberi izin untuk kembali setelah melaporkan ada masalah. Data itu dia kutip dari catatan pengontrol lalu lintas udara.
Dia menambahkan pilot memiliki rekor terbang yang sangat baik dan memiliki pengalaman terbang lebih dari 8.000 jam.
Pemeriksaan pemeliharaan rutin tidak mengungkapkan masalah, sehingga GebreMariam mengatakan penyebab kecelakaan masih belum jelas.
"Ini adalah pesawat baru tanpa komentar teknis, diterbangkan oleh pilot senior dan tidak ada alasan bahwa kita dapat atribut pada saat ini," katanya kepada wartawan.
(mas)