Jika Ditekan, Mahathir Pilih China ketimbang AS

Jum'at, 08 Maret 2019 - 22:36 WIB
Jika Ditekan, Mahathir Pilih China ketimbang AS
Jika Ditekan, Mahathir Pilih China ketimbang AS
A A A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan jika ditekan untuk memihak dia akan memihak China ketimbang Amerika Serikat (AS). Namun, keberpihakan ini murni soal ekonomi bukan politik.

Dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post (SCMP) milik Alibaba Group, Mahathir mengatakan bahwa ketidakpastian Amerika Serikat adalah alasan untuk preferensi tersebut.

Setelah gesekan baru-baru ini dengan Beijing mengenai proyek-proyek infrastruktur di Malaysia, pemimpin yang akan berusia 93 tahun pada Juli mendatang tersebut mengatakan bahwa hubungan Kuala Lumpur dan Beijing tidak statis.

Dia menekankan tujuan secara menyeluruh adalah menemukan cara untuk bekerja dengan Beijing dan bukannya menyerah pada propaganda tentang negara adidaya. Sebagai contoh, lanjut Mahathir, Malaysia tidak akan dipengaruhi oleh kecurigaan Barat bahwa perusahaan telekomunikasi China, Huawei, terlibat dalam kegiatan mata-mata.

“Ketika China miskin, kami takut terhadap China. Ketika China kaya, kami juga takut pada China," lanjut Mahathir dalam wawancara tersebut, yang dilansir Jumat (8/3/2019).

“Saya pikir kita harus menemukan cara untuk berurusan dengan China. Di masa lalu, China mengekspor komunisme ke wilayah ini, termasuk Malaysia, dan sekarang menyebarkan pengaruhnya melalui kekuatan ekonomi," imbuh dia.

Malaysia saat ini sedang melakukan uji coba broadband seluler 5G di Cyberjaya bersama dengan Huawei.

Sang Perdana Menteri juga mengatakan Malaysia secara historis memiliki lebih sedikit alasan untuk curiga terhadap China, dengan mencatat bahwa negaranya tidak pernah dijajah China meskipun sudah bertetangga selama 2.000 tahun. Dia membandingkannya dengan negara-negara Eropa yang menaklukkan semenanjung Malaysia hanya dua tahun setelah tiba di kawasan tersebut pada 1509.

Perdana Menteri Mahathir mengatakan Malaysia juga harus pragmatis tentang peran Beijing sebagai mitra dagang utama dan investor. Dia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Malaysia sebagian besar didorong oleh investasi langsung asing.

“Untuk saat ini, Malaysia harus menerima bahwa China dekat dengan kami. Dan ini adalah pasar yang sangat besar. Kami ingin mendapat manfaat dari meningkatnya kekayaan China," imbuh Mahathir.

Dia menjelaskan bahwa Malaysia akan menyambut investasi dan sumber daya ekonomi China, namun negaranya tidak menerima kontrol atau pengaruh dari negara investor tersebut.

Dia melanjutkan bahwa otoriterisme China bukanlah unsur yang akan disejajarkan dengan Malaysia.

Ketika ditanya apakah dia berkeyakinan bahwa China mengunci negara-negara mitra dalam apa yang disebut "perangkap utang", Mahathir mengatakan orang-orang China cerdas dalam menemukan peluang untuk memperluas pengaruh negara mereka melalui investasi.

Dia juga menyarankan agar pemerintah yang negaranya terperosok dalam "perangkap utang" harus menerima tanggung jawab atas kesulitan mereka.

Menurut Mahathir hal itulah yang menjadi alasan mengapa Malaysia tidak setuju dengan proyek-proyek yang didanai oleh pinjaman China dan bukannya investasi langsung.

“Jadi terserah negara-negara yang bersangkutan untuk memastikan bahwa uang yang mengalir ke negara mereka bukan uang pinjaman, bukan uang untuk infrastruktur, tetapi mungkin terbatas pada uang untuk investasi dalam proses produktif," paparnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0879 seconds (0.1#10.140)
pixels