Jenderal AS Rekomendasikan Tak Jual Jet Siluman F-35 ke Turki
A
A
A
WASHINGTON - Seorang jenderal top Amerika Serikat (AS) merekomendasikan agar penjualan pesawat jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin kepada Turki tidak dilanjutkan jika Ankara menerima pengiriman sistem rudal S-400 Rusia. Menurut jenderal tersebut, konsekuensi yang harus diterima Ankara adalah tidak memperoleh jet tempur canggih itu karena menggunakan senjata Rusia.
Rekomendasi itu disampaikan Kepala Komando Eropa AS, Jenderal Curtis Scaparrotti, kepada anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat pada hari Selasa.
"Saran militer terbaik saya adalah agar kita tidak menindaklanjuti dengan F-35, menerbangkannya atau bekerja dengan sekutu yang bekerja dengan sistem Rusia, terutama sistem pertahanan udara," kata Jenderal Scaparrotti, yang dikutip CNBC, Rabu (6/3/2019).
"Saya berharap mereka (Turki) akan mempertimbangkan kembali keputusan yang satu ini pada S-400," lanjut Scaparrotti. Dia menegaskan bahwa kemungkinan ada konsekuensi potensial, yaitu tidak ada penjualan militer asing di masa depan antara Washington dan Ankara.
Pada 2017, Ankara menandatangani perjanjian dengan Moskow untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400. Nilai kesepakatan itu mencapai USD2,5 miliar. Sementara itu, Turki juga telah membantu membiayai program jet tempur termahal di Amerika, F-35 Joint Strike Fighter (JSF).
Ankara ingin menggunakan sistem rudal S-400 Rusia dan jet tempur F-35 Lockheed Martin secara bersamaan. Langkah itu membuat negara-negara NATO resah, terutama AS, karena takut rahasia kelemahan jet tempur siluman itu bisa jatuh ke tangan Rusia.
Sistem rudal S-400 Rusia, yang dilengkapi dengan delapan peluncur dan 32 rudal, mampu menargetkan pesawat tempur siluman seperti pesawat tempur F-35.
Pada bulan September, CNBC dalam laporannya mengatakan bahwa Turki memulai pembangunan situs untuk sistem rudal S-400 Rusia meskipun ada peringatan dari Amerika Serikat untuk tidak membeli platform tersebut. Laporan itu bersumber dari intelijen Amerika.
Menurut sumber yang dikutip CNBC, penilaian intelijen yang diterbitkan pada bulan Agustus disertai dengan citra satelit dari fasilitas peluncuran serta bunker di Turki. Konstruksi baru itu sesuai dengan pola untuk sistem rudal S-400 Rusia.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS telah membahas peluang bagi Ankara untuk membeli sistem pertahanan rudal buatan AS. Pada bulan Desember, departemen itu menyetujui penjualan sistem rudal Patriot buatan Raytheon kepada Ankara senilai USD3,5 miliar.
"Jika Turki mengakuisisi S-400, (negara) itu tidak akan menerima Patriot," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada CNBC.
“Kami telah dengan jelas memperingatkan Turki bahwa potensi akuisisi S-400 akan menghasilkan penilaian ulang partisipasi Turki dalam program F-35, dan risiko transfer senjata potensial lainnya di masa depan ke Turki, serta mengarah pada sanksi di bawah undang-undang bernama Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA)," lanjut juru bicara itu.
Ankara sendiri dijadwalkan akan menerima pasokan sistem rudal S-400 akhir tahun ini dari Rusia dan diharapkan bisa menggunakannya pada tahun 2020.
Rekomendasi itu disampaikan Kepala Komando Eropa AS, Jenderal Curtis Scaparrotti, kepada anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat pada hari Selasa.
"Saran militer terbaik saya adalah agar kita tidak menindaklanjuti dengan F-35, menerbangkannya atau bekerja dengan sekutu yang bekerja dengan sistem Rusia, terutama sistem pertahanan udara," kata Jenderal Scaparrotti, yang dikutip CNBC, Rabu (6/3/2019).
"Saya berharap mereka (Turki) akan mempertimbangkan kembali keputusan yang satu ini pada S-400," lanjut Scaparrotti. Dia menegaskan bahwa kemungkinan ada konsekuensi potensial, yaitu tidak ada penjualan militer asing di masa depan antara Washington dan Ankara.
Pada 2017, Ankara menandatangani perjanjian dengan Moskow untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400. Nilai kesepakatan itu mencapai USD2,5 miliar. Sementara itu, Turki juga telah membantu membiayai program jet tempur termahal di Amerika, F-35 Joint Strike Fighter (JSF).
Ankara ingin menggunakan sistem rudal S-400 Rusia dan jet tempur F-35 Lockheed Martin secara bersamaan. Langkah itu membuat negara-negara NATO resah, terutama AS, karena takut rahasia kelemahan jet tempur siluman itu bisa jatuh ke tangan Rusia.
Sistem rudal S-400 Rusia, yang dilengkapi dengan delapan peluncur dan 32 rudal, mampu menargetkan pesawat tempur siluman seperti pesawat tempur F-35.
Pada bulan September, CNBC dalam laporannya mengatakan bahwa Turki memulai pembangunan situs untuk sistem rudal S-400 Rusia meskipun ada peringatan dari Amerika Serikat untuk tidak membeli platform tersebut. Laporan itu bersumber dari intelijen Amerika.
Menurut sumber yang dikutip CNBC, penilaian intelijen yang diterbitkan pada bulan Agustus disertai dengan citra satelit dari fasilitas peluncuran serta bunker di Turki. Konstruksi baru itu sesuai dengan pola untuk sistem rudal S-400 Rusia.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS telah membahas peluang bagi Ankara untuk membeli sistem pertahanan rudal buatan AS. Pada bulan Desember, departemen itu menyetujui penjualan sistem rudal Patriot buatan Raytheon kepada Ankara senilai USD3,5 miliar.
"Jika Turki mengakuisisi S-400, (negara) itu tidak akan menerima Patriot," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada CNBC.
“Kami telah dengan jelas memperingatkan Turki bahwa potensi akuisisi S-400 akan menghasilkan penilaian ulang partisipasi Turki dalam program F-35, dan risiko transfer senjata potensial lainnya di masa depan ke Turki, serta mengarah pada sanksi di bawah undang-undang bernama Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA)," lanjut juru bicara itu.
Ankara sendiri dijadwalkan akan menerima pasokan sistem rudal S-400 akhir tahun ini dari Rusia dan diharapkan bisa menggunakannya pada tahun 2020.
(mas)