Maduro Sebut Pemerintahan Trump Geng Ekstrimis
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas krisis politik dan ekonomi di negaranya. Ia pun menyebut pemerintahan Trump adalah gerombolan ekstrimis.
Dalam sebuah wawancara, pemimpin sosialis yang diperangi itu menegaskan kembali rencananya untuk mencegah bantuan kemanusiaan untuk memasuki negaranya. Bantuan tersebut direncanakan oleh kelompok oposisi yang didukung oleh AS.
Dia mengatakan mengizinkan bantuan untuk memasuki Venezuela adalah cara bagi AS untuk membenarkan intervensi militer.
"Mereka adalah orang gila untuk mengambil alih Venezuela," kata Maduro seperti dikutip dari Fox News, Selasa (12/2/2019).
Ia pun telah berulang kali menyangkal negaranya yang hancur secara ekonomi menghadapi krisis kemanusiaan, meskipun beberapa laporan keluar dari Venezuela tentang orang yang menderita karena kekurangan kebutuhan dasar.
Ia mengatakan kepada BBC bahwa negaranya memiliki kapasitas untuk memenuhi semua kebutuhan rakyatnya dan tidak harus memohon dari siapa pun.
"Ini adalah bagian dari sandiwara itu," kata Maduro.
"Itu sebabnya, dengan segala hormat, kami katakan pada mereka bahwa kami tidak menginginkan remah-remah mereka, makanan beracun mereka, sisa-sisa makanan mereka," imbuhnya.
Maduro menegaskan ia tidak akan mundur dari kekuasaan dan menuduh AS berupaya menjajah Venezuela serta mengeksploitasi cadangan minyaknya yang sangat besar.
Ia berharap kelompok ekstremis di Gedung Putih dikalahkan oleh opini publik yang kuat di seluruh dunia.
"Ini adalah perang politik, dari kekaisaran Amerika Serikat, dari kepentingan hak ekstrem yang saat ini sedang memerintah, Ku Klux Klan, yang memerintah Gedung Putih, untuk mengambil alih Venezuela," tambah Maduro.
Maduro telah membuat pertunjukan mengawasi operasi militer yang diputar di TV pemerintah hampir setiap hari. Dia berlari dengan pasukan dalam formasi, menaiki tank amfibi dan mencerca apa yang dikatakannya sebagai invasi AS yang akan datang yang dia samakan dengan Vietnam Amerika Latin.
Presiden Donald Trump mengatakan semua opsi ada di meja perihal pelengseran Maduro. AS juga telah menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak negara PDVSA pada akhir Januari lalu dan dimaksudkan untuk menekan Maduro lengser dari jabatannya, namun belum menggigit. Di Ibu Kota Venezuela, Caracas, penduduk yang berhenti di pompa bensin masih dapat mengisi mobil mereka, meskipun ada kekhawatiran bahwa sanksi akan membuat kekurangan.
Dalam sebuah wawancara, pemimpin sosialis yang diperangi itu menegaskan kembali rencananya untuk mencegah bantuan kemanusiaan untuk memasuki negaranya. Bantuan tersebut direncanakan oleh kelompok oposisi yang didukung oleh AS.
Dia mengatakan mengizinkan bantuan untuk memasuki Venezuela adalah cara bagi AS untuk membenarkan intervensi militer.
"Mereka adalah orang gila untuk mengambil alih Venezuela," kata Maduro seperti dikutip dari Fox News, Selasa (12/2/2019).
Ia pun telah berulang kali menyangkal negaranya yang hancur secara ekonomi menghadapi krisis kemanusiaan, meskipun beberapa laporan keluar dari Venezuela tentang orang yang menderita karena kekurangan kebutuhan dasar.
Ia mengatakan kepada BBC bahwa negaranya memiliki kapasitas untuk memenuhi semua kebutuhan rakyatnya dan tidak harus memohon dari siapa pun.
"Ini adalah bagian dari sandiwara itu," kata Maduro.
"Itu sebabnya, dengan segala hormat, kami katakan pada mereka bahwa kami tidak menginginkan remah-remah mereka, makanan beracun mereka, sisa-sisa makanan mereka," imbuhnya.
Maduro menegaskan ia tidak akan mundur dari kekuasaan dan menuduh AS berupaya menjajah Venezuela serta mengeksploitasi cadangan minyaknya yang sangat besar.
Ia berharap kelompok ekstremis di Gedung Putih dikalahkan oleh opini publik yang kuat di seluruh dunia.
"Ini adalah perang politik, dari kekaisaran Amerika Serikat, dari kepentingan hak ekstrem yang saat ini sedang memerintah, Ku Klux Klan, yang memerintah Gedung Putih, untuk mengambil alih Venezuela," tambah Maduro.
Maduro telah membuat pertunjukan mengawasi operasi militer yang diputar di TV pemerintah hampir setiap hari. Dia berlari dengan pasukan dalam formasi, menaiki tank amfibi dan mencerca apa yang dikatakannya sebagai invasi AS yang akan datang yang dia samakan dengan Vietnam Amerika Latin.
Presiden Donald Trump mengatakan semua opsi ada di meja perihal pelengseran Maduro. AS juga telah menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak negara PDVSA pada akhir Januari lalu dan dimaksudkan untuk menekan Maduro lengser dari jabatannya, namun belum menggigit. Di Ibu Kota Venezuela, Caracas, penduduk yang berhenti di pompa bensin masih dapat mengisi mobil mereka, meskipun ada kekhawatiran bahwa sanksi akan membuat kekurangan.
(ian)