Maduro Kirim Surat Terbuka untuk AS, Singgung Ancaman Perang
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros mengirim surat terbuka yang ditujukan untuk rakyat Amerika Serikat (AS). Surat yang akan dia kirim juga ke Gedung Putih itu salah satunya berisi kecaman ancaman perang yang dikobarkan pemerintah Presiden Donald Trump.
Salinan surat terbuka itu telah di-posting Maduro di akun Twitter resminya. Dalam surat itu, dia menuntut penghormatan terhadap hak Venezuela untuk damai.
Dia mengecam pernyataan agresif Presiden Trump terhadapnya, di mana Trump menyatakan Maduro sebagai diktator tidak sah, serta mengisyaratkan intervensi militer terhadap rezim Caracas.
"Mereka ingin menyerbu dan melakukan intervensi di Venezuela, itu seperti yang mereka katakan saat itu atas nama demokrasi dan kebebasan. Tapi tidak seperti itu. Kisah tentang perebutan kekuasaan di Venezuela sama salahnya dengan (kisah) senjata pemusnah massal di Irak," tulis Maduro dalam surat terbukanya, yang dikutip Sabtu (9/2/2019).
Maduro menuduh Trump sudah mengganggu inisiatif dialog yang dipromosikan oleh Uruguay dan Meksiko dan didukung oleh Komunitas Karibia (Caricom). "Mereka bertujuan untuk solusi damai dan dialog yang menguntungkan bagi Venezuela," lanjut surat Maduro.
"Rakyat Venezuela bersedia terus menjadi mitra bisnis dengan AS, sementara politisi di Washington siap mengirim putra dan putri negara mereka untuk mati dalam perang yang absurd," imbuh dia.
Presiden penerus Hugo Chavez itu menuntut agar AS menghentikan "agresi" terhadap Venezuela, termasuk upaya untuk mencekik ekonomi Caracas dan ancaman serius serta berbahaya dari intervensi militer. Dia menandatangani surat itu dengan kalimat "Hidup rakyat Amerika!"
Pemerintahan Trump telah memimpin seruan agar Maduro digulingkan, dan telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai pemimpin sah negara itu.
Sejumlah negara Eropa mengikuti langkah AS. Sedangkan, Rusia, China, Turki dan beberapa negara lain mendukung Maduro sebagai presiden yang terpilih secara sah dalam pemilu 2018. Maduro selama ini mengecam tindakan Washington sebagai upaya untuk memicu kudeta di Venezuela.
Salinan surat terbuka itu telah di-posting Maduro di akun Twitter resminya. Dalam surat itu, dia menuntut penghormatan terhadap hak Venezuela untuk damai.
Dia mengecam pernyataan agresif Presiden Trump terhadapnya, di mana Trump menyatakan Maduro sebagai diktator tidak sah, serta mengisyaratkan intervensi militer terhadap rezim Caracas.
"Mereka ingin menyerbu dan melakukan intervensi di Venezuela, itu seperti yang mereka katakan saat itu atas nama demokrasi dan kebebasan. Tapi tidak seperti itu. Kisah tentang perebutan kekuasaan di Venezuela sama salahnya dengan (kisah) senjata pemusnah massal di Irak," tulis Maduro dalam surat terbukanya, yang dikutip Sabtu (9/2/2019).
Maduro menuduh Trump sudah mengganggu inisiatif dialog yang dipromosikan oleh Uruguay dan Meksiko dan didukung oleh Komunitas Karibia (Caricom). "Mereka bertujuan untuk solusi damai dan dialog yang menguntungkan bagi Venezuela," lanjut surat Maduro.
"Rakyat Venezuela bersedia terus menjadi mitra bisnis dengan AS, sementara politisi di Washington siap mengirim putra dan putri negara mereka untuk mati dalam perang yang absurd," imbuh dia.
Presiden penerus Hugo Chavez itu menuntut agar AS menghentikan "agresi" terhadap Venezuela, termasuk upaya untuk mencekik ekonomi Caracas dan ancaman serius serta berbahaya dari intervensi militer. Dia menandatangani surat itu dengan kalimat "Hidup rakyat Amerika!"
Pemerintahan Trump telah memimpin seruan agar Maduro digulingkan, dan telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai pemimpin sah negara itu.
Sejumlah negara Eropa mengikuti langkah AS. Sedangkan, Rusia, China, Turki dan beberapa negara lain mendukung Maduro sebagai presiden yang terpilih secara sah dalam pemilu 2018. Maduro selama ini mengecam tindakan Washington sebagai upaya untuk memicu kudeta di Venezuela.
(mas)