Prancis dan Jerman Memulai Proyek Pembuatan Jet Tempur Baru
A
A
A
PARIS - Prancis dan Jerman telah mengumumkan kontrak €65 juta untuk merancang jet tempur generasi baru. Pengumuman itu merupakan aksi pertama dari program bersama pembuatan pesawat tempur dan senjata terkait, seperti drone.
Proyek, yang perencanaannya pertama kali diumumkan pada tahun 2017, telah dielu-elukan oleh kedua negara sebagai landasan bagi pertahanan Eropa.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen dan mitranya dari Prancis, Florence Parly, meresmikan proyek gabungan itu di situs Safran di timur laut Paris.
Perusahaan Prancis akan memproduksi mesin baru jet tempur tersebut bersama MTU Aero Engines Jerman.
Proyek jet tempur bersama ini melibatkan Dassault Aviation dan Airbus. Proyek diharapkan akan beroperasi mulai tahun 2040.
"Kontrak ini adalah batu bata pertama dari bangunan yang luar biasa," kata Parly dalam pidatonya.
Dia lantas memuji proyek itu di Twitter, dengan mengklaim akan membuat Prancis dan Jerman lebih kuat dan akan membuka jalan bagi pertahanan Eropa.
Setelah hampir dua tahun pekerjaan persiapan oleh perusahaan yang terlibat, perjanjian dan penandatanganan kontrak pada hari Rabu akan membuka jalan bagi program bernama Future Combat Air System (FCAS) untuk dimulai dengan sungguh-sungguh.
FCAS siap untuk memperluas ke negara-negara Eropa lainnya. Von der Leyen mengonfirmasi bahwa Spanyol akan bergabung dengan proyek tersebut pada musim panas.
“Kami sedang mengusahakannya. Kami memiliki rencana dalam beberapa minggu dan bulan mendatang agar Spanyol bergabung," katanya, dikutip Euro News, Jumat (8/2/2019).
Inggris, yang akan keluar dari Uni Eropa pada bulan Maret, juga meluncurkan program pengembangan pesawat sendiri sebagai pesaing. Inggris menamai jet tempur yang mereka rancang dengan nama Tempest.
Proyek, yang perencanaannya pertama kali diumumkan pada tahun 2017, telah dielu-elukan oleh kedua negara sebagai landasan bagi pertahanan Eropa.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen dan mitranya dari Prancis, Florence Parly, meresmikan proyek gabungan itu di situs Safran di timur laut Paris.
Perusahaan Prancis akan memproduksi mesin baru jet tempur tersebut bersama MTU Aero Engines Jerman.
Proyek jet tempur bersama ini melibatkan Dassault Aviation dan Airbus. Proyek diharapkan akan beroperasi mulai tahun 2040.
"Kontrak ini adalah batu bata pertama dari bangunan yang luar biasa," kata Parly dalam pidatonya.
Dia lantas memuji proyek itu di Twitter, dengan mengklaim akan membuat Prancis dan Jerman lebih kuat dan akan membuka jalan bagi pertahanan Eropa.
Setelah hampir dua tahun pekerjaan persiapan oleh perusahaan yang terlibat, perjanjian dan penandatanganan kontrak pada hari Rabu akan membuka jalan bagi program bernama Future Combat Air System (FCAS) untuk dimulai dengan sungguh-sungguh.
FCAS siap untuk memperluas ke negara-negara Eropa lainnya. Von der Leyen mengonfirmasi bahwa Spanyol akan bergabung dengan proyek tersebut pada musim panas.
“Kami sedang mengusahakannya. Kami memiliki rencana dalam beberapa minggu dan bulan mendatang agar Spanyol bergabung," katanya, dikutip Euro News, Jumat (8/2/2019).
Inggris, yang akan keluar dari Uni Eropa pada bulan Maret, juga meluncurkan program pengembangan pesawat sendiri sebagai pesaing. Inggris menamai jet tempur yang mereka rancang dengan nama Tempest.
(mas)