ISIS Klaim Biang Bom Kembar Gereja Filipina, Puluhan Tewas
A
A
A
JOLO - Kelompok Islamic State atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom kembar di sebuah gereja di Filipina selatan pada hari Minggu. Serangan bom di Cathedral of Our Lady of Mount Carmel itu menewaskan 20 orang.
Ledakan pertama yang kuat terjadi ketika jemaat sedang merayakan Misa di gereja yang berlokasi Jolo tersebut.
Tak lama setelah itu, ledakan kedua terjadi di luar gereja yang diduga menargetkan pasukan yang sedang menolong para korban luka.
Tragedi serangan bom kembar ini adalah salah satu serangan bom paling mematikan di Filipina selatan, wilayah yang dilanda pemberontakan selama bertahun-tahun. Tragedi ini juga menjadi pukulan berat bagi pemerintah Presiden Rodrigo Duterte yang baru-baru ini mencapai kesepakatan damai dengan kelompok separatis di wilayah Filipina selatan.
Kepala polisi daerah setempat Graciano Mijares menyatakan jumlah korban tewas 20 orang atau lebih sedikit dari data sebelumnya yang diklaim 27 orang. Menurut militer Filipina , bom kedua ditinggalkan pelaku di sebuah kotak di sepeda motor yang parkir di luar gereja.
Klaim ISIS muncul melalui media propagandanya, Amaq. "Dua martir Islamic State melakukan serangan bunuh diri ganda yang mematikan dan melukai 120 orang," klaim kelompok tersebut.
Sedangkan Komando Mindanao Barat (WestMinCom) mengatakan bahwa berdasarkan rekaman CCTV, kelompok militan yang terkait dengan Abu Sayyaf sebagai pelaku pemboman.
"Sudah lama kita menerima informasi bahwa (Abu Sayyaf) dengan teroris asing di daerah itu berencana melakukan pemboman di daerah perkotaan atau (area) berpenduduk," kata Brigadir Jenderal Divino Rey Pabayo, komandan Pasukan Tugas Gabungan Sulu, seperti dikutip ABS-CBN, Senin (28/1/2019).
"Ketika Anda berbicara tentang terorisme di Sulu, tersangka utama selalu (Abu Sayyaf) tetapi kami tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ada pelaku lain," imbuh juru bicara militer Filipina, Gerry Besana, yang menyatakan lima tentara berada di antara 20 korban tewas.
Ledakan pertama yang kuat terjadi ketika jemaat sedang merayakan Misa di gereja yang berlokasi Jolo tersebut.
Tak lama setelah itu, ledakan kedua terjadi di luar gereja yang diduga menargetkan pasukan yang sedang menolong para korban luka.
Tragedi serangan bom kembar ini adalah salah satu serangan bom paling mematikan di Filipina selatan, wilayah yang dilanda pemberontakan selama bertahun-tahun. Tragedi ini juga menjadi pukulan berat bagi pemerintah Presiden Rodrigo Duterte yang baru-baru ini mencapai kesepakatan damai dengan kelompok separatis di wilayah Filipina selatan.
Kepala polisi daerah setempat Graciano Mijares menyatakan jumlah korban tewas 20 orang atau lebih sedikit dari data sebelumnya yang diklaim 27 orang. Menurut militer Filipina , bom kedua ditinggalkan pelaku di sebuah kotak di sepeda motor yang parkir di luar gereja.
Klaim ISIS muncul melalui media propagandanya, Amaq. "Dua martir Islamic State melakukan serangan bunuh diri ganda yang mematikan dan melukai 120 orang," klaim kelompok tersebut.
Sedangkan Komando Mindanao Barat (WestMinCom) mengatakan bahwa berdasarkan rekaman CCTV, kelompok militan yang terkait dengan Abu Sayyaf sebagai pelaku pemboman.
"Sudah lama kita menerima informasi bahwa (Abu Sayyaf) dengan teroris asing di daerah itu berencana melakukan pemboman di daerah perkotaan atau (area) berpenduduk," kata Brigadir Jenderal Divino Rey Pabayo, komandan Pasukan Tugas Gabungan Sulu, seperti dikutip ABS-CBN, Senin (28/1/2019).
"Ketika Anda berbicara tentang terorisme di Sulu, tersangka utama selalu (Abu Sayyaf) tetapi kami tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ada pelaku lain," imbuh juru bicara militer Filipina, Gerry Besana, yang menyatakan lima tentara berada di antara 20 korban tewas.
(mas)