AS Desak Rusia Hancurkan Sistem Rudal Baru

Senin, 21 Januari 2019 - 23:24 WIB
AS Desak Rusia Hancurkan...
AS Desak Rusia Hancurkan Sistem Rudal Baru
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menyerukan Rusiauntuk menghancurkan sistem rudal jelajah baru mereka. Washington menyebut itu merupakan pelanggaran langsung dan terus-menerus terhadap Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah atau INF, dan menuduh Moskow mengganggu stabilitas keamanan global.

Robert Wood, Duta Besar Perlucutan Senjata AS, mengatakan, sistem itu mampu membawa hulu ledak konvensional dan nuklir dan mewakili ancaman kuat dan langsung ke Eropa dan Asia karena memiliki jangkauan 500 hingga 1.500 kilometer.

"Sayangnya, AS semakin menemukan bahwa Rusia tidak dapat dipercaya untuk mematuhi kewajiban pengawasan persenjataannya dan bahwa tindakan koersif dan memfitnahnya di seluruh dunia telah meningkatkan ketegangan," kata Wood dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (21/1).

Wood mengatakan, Rusia telah melakukan uji terbang terhadap "rudal ilegal", yang dikenal sebagai SSC-8 atau 9M729, dan tidak mengambil langkah konkret untuk memenuhi pakta INF.

"Rusia harus memusnahkan semua rudal SSC-8, peluncur dan peralatan terkait agar dapat kembali mematuhi Perjanjian INF," katanya, menegaskan kembali rencana administrasi Donald Trump untuk menarik diri dari pakta 1987 pada awal Februari.

Wood juga mengecam dukungan Rusia untuk Presiden Suriah, Bashar al-Assad dan memberikan Iran dengan persenjataan canggih seperti sistem pertahanan rudal S-300.

Sebelumnya, Rusia menuturkan, AS belum memberikan bukti spesifik kepada Rusia untuk mendukung klaimnya bahwa sistem rudal 9M729 melanggar Perjanjian INF.

"Sistem 9M729 kami belum pernah diuji untuk rentang yang dilarang oleh kontrak. Kami tidak melihat alasan lain mengapa Amerika Serikat akan mengajukan klaim kepada kami mengenai perjanjian dan secara khusus mengenai sistem ini. Amerika Serikat tidak dapat memberi kami alasan spesifik mengapa disimpulkan bahwa rudal ini tidak memenuhi persyaratan perjanjian," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7338 seconds (0.1#10.140)