Drop Out SMP, Sukses Membuat Aplikasi Belajar Anak

Selasa, 15 Januari 2019 - 07:00 WIB
Drop Out SMP, Sukses...
Drop Out SMP, Sukses Membuat Aplikasi Belajar Anak
A A A
HONG KONG - Tak ada yang menduga Hillary Yip akan menjadi chief executive officer (CEO) di usia 13 tahun. Remaja perempuan asal Hong Kong, China itu bahkan tak memiliki ijazah SMP karena drop out sekitar setahun yang lalu. Namun, dia membuktikan kepada dunia kesuksesan dapat diraih dengan kerja keras.

Yip mulai terkenal setelah sukses mendirikan aplikasi belajar dan berinteraksi secara online bagi anak-anak MinorMynas pada Mei 2018. MinorMynas telah diunduh lebih dari 5.000 kali oleh pengguna iOS di 50 negara. Aplikasi tersebut menjadi salah satu aplikasi edukasi yang paling banyak diunduh di Apple Store.

Capaian manis itu menutup masa lalu Yip yang begitu kelam. Dia sangat termotivasi untuk bisa maju seperti CEO perempuan dunia lainnya dan memberikan kontribusi terhadap negaranya. Sebelumnya dia sering di-bully teman-temannya sehingga tak betah dan tak ingin berada di sekolah. Akhirnya dia putus sekolah.

“Anak saya selalu pulang terakhir saat masih duduk di bangku SMP karena dia bersembunyi di toilet untuk menghindari temannya,” ujar ibu Yip tanpa disebutkan namanya, dikutip mix.my. “Saya sendiri yakin anak-anak merupakan perekat hubungan sosial karena mereka masih muda dan berpikiran terbuka.”

Kesuksesan pengusaha belia itu menarik perhatian pebisnis elite China, Jack Ma, yang mengundangnya dalam acara talkshow. Saat melakukan wawancara dengan South China Morning Post, juga milik Jack Ma, Yip mengaku bangga dapat menghubungkan anak-anak dari seluruh dunia dan menciptakan grup anak-anak.

“Kami semua merupakan komunitas anak online di mana kami dapat berbicara satu sama lain tentang berbagai topik,” ujar Yip. “Ketika pertama kali mengungkapkan ide pembuatan MinorMynas, saya begitu senang dan bersemangat. Saya mengerjakannya bersama ibu di rumah. Guru saya juga mendukung penuh,” paparnya.

Menurut Yip, peran pendidikan lebih besar dalam mengubah dunia dibanding politik sehingga dia selalu mendukung program-program pendidikan. Dia juga bercerita tentang pertemuannya dengan seseorang yang paham initial public offering (IPO). Dia diberi tahu bahwa perjalanan menuju perusahaan sekelas Alibaba memiliki risiko tinggi.

“Dia menjelaskan kepada saya siklus panjang start-up, mulai dari benih hingga IPO. Dia menegaskan kegagalan hampir tidak dapat dihindari, tapi semuanya dapat terbayar dengan kesuksesan besar,” papar Yip. “Kegagalan tidak membuat saya takut. Saya siap belajar hal baru dan ingin meraih kesuksesan,” tambahnya.

Yip mengaku mengidolakan Michelle Obama, istri mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Michelle meninggalkan pekerjaannya dengan gaji tinggi demi mengabdi kepada masyarakat dan memberikan bantuan di tempat dia tinggal. Yip berharap dapat bertemu Michelle dan bercerita panjang dengannya.

“Jika saya bertemu dengannya (Michelle Obama), saya akan mengatakan perempuan sedang berupaya menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik,” kata Yip. “Saya juga ingin menegaskan kepada seluruh perempuan bahwa kalian adalah individu terpisah dan harus percaya diri. Jangan terombang-ambing oleh ombak pelecehan.”

Yip bukanlah satu-satunya remaja yang sukses menjadi CEO. Di Detroit, AS, seorang remaja perempuan, juga berusia 13 tahun, sukses mendirikan perusahaan permen bernama Zollipops. Namanya Alina Morse. Tempat gudangnya yang dipenuhi kotak Lollipop dan permen begitu sederhana. Produknya dijual secara online dan di lebih 7.500 toko.

Alina Morse kini memiliki enam karyawan full-time dan beberapa karyawan part-time. Seperti dilansir entrepreneur.com, ujung lorong kantor Alina dihiasi dengan piala merah muda yang berkilauan, lukisan matahari yang sedang tersenyum, dan pohon-pohon kertas. Semua hiasan tersebut merupakan karyanya.

Berbeda dengan sewaktu musim panas, memasuki masa sekolah, Alina akan membagi waktunya antara belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, menari, dan mengoperasikan Zollipops. Dia dituntut mampu mengelola waktu seefektif mungkin. Atas kesuksesan dan kepintarannya memasarkan produk, dia sering diundang wawancara.

Alina sukses menarik ritel sekelas Walmart dan Jewel Osco untuk menjajakan produknya. Dia sudah menjalankan bisnis ini selama hampir enam tahun. Ide penjualan Lollipop sendiri muncul saat Alina berusia tujuh tahun pada 2012. Saat itu dia membeli Lollipop. Namun, ayahnya khawatir gigi Alina akan rusak akibat makan Lollipop.

Peringatan yang dilontarkan ayahnya tidak membuat Alina membenci Lollipop. Dia justru berpikir bagaimana cara membuat Lollipop agar bersahabat dengan gigi. Setelah melakukan riset selama dua tahun dan ratusan uji coba pemrosesan di oven, stove, microwave, dan sebagainya, Alina berhasil membuatnya.

Alina kemudian bertemu dengan Whole Foods. “Mereka menyukai produk, ide, dan misi kami,” kata Alina. Permen buatan Alina semuanya bebas gula dan menggunakan kombinasi xylitol dan erythritol yang dijelaskan di dalam studi, termasuk di International Journal of Dentistry, dapat mengurangi flak dan bakteri.

Sejak saat itu Zollipops mulai dipasarkan di Amazon, hampir seperempat pendapatan perusahaan berasal dari Amazon. Enam tahun berlalu permen bebas gula itu kedua terlaris di Amazon mengalahkan merek sekelas Dum-Dums dan Blow Pops. “Saya berharap setiap anak memiliki mulut bersih dan senyum sehat,” katanya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1672 seconds (0.1#10.140)