Raul Castro Kecam Pemerintahan Trump
A
A
A
HAVANA - Pada Peringatan 60 Tahun Revolusi Kuba, pemimpin Partai Komunis Raul Castro mengecam pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump karena mengembalikan langkah konfrontasi dan mengintervensi negara Amerika Latin.
Raul dan Fidel Castro memimpin pemberontakan pada 1959 untuk menggulingkan diktator yang didukung AS dan membentuk pemerintahan Komunis. Kuba selama beberapa dekade terlibat ketegangan perang dingin dengan AS. “Sekali lagi, pemerintahan Amerika Utara menempuh jalur konfrontasi dengan Kuba,” kata Raul Castro, dilansir Reuters.
“Sekali lagi, Pemerintah AS tampaknya berada di posisi untuk berkonfrontasi dengan Kuba dan menganggap pendekatan damai dan inklusif yang kita lakoni sebagai ancaman bagi kawasan itu,” kata Castro, yang menggunakan seragam militernya.
Castro menuduh kelompok “kanan jauh” di Florida—tempat tinggal bagi kebanyakan pelarian politik warga Kuba— “menyita kebijakan AS terhadap Kuba”. “Saya tegaskan kesediaan kami untuk hidup berdampingan dengan cara yang beradab, terlepas dari perbedaan kami, dalam hubungan yang damai, hormat, dan saling menguntungkan dengan AS,” paparnya.
Dia mendesak rakyat Kuba untuk mempersiapkan segala skenario untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengatakan revolusi "belum selesai”. Negara yang beraliansi dengan Kuba seperti Venezuela dan Nikaragua menghadapi sanksi dari AS.
Padahal, pada pemerintahan Barack Obama berhasil menormalisasi hubungan dengan Kuba dan aliansinya. Pada 2017 Trump menerapkan kembali pembatasan perjalanan dan perdagangan tertentu kepada Kuba yang semula dilonggarkan oleh pemerintahan AS sebelumnya.
Raul Castro yang mengundurkan diri dari presiden pada April silam, tetapi masih menjadi pemimpin Partai Komunis hingga 2021, itu dilaksanakan di pekuburan di mana Fidel Castro dan pahlawan kemerdekaan Jose Marti dikubur.
“Banyak pejabat tinggi di pemerintahan ini menyalahkan Kuba atas penyakit di kawasan ini,” katanya. Castro kemudian berkata bahwa generasi baru Kuba telah “mengambil misi membangun sosialisme”, seraya menambahkan bahwa “revolusi belum usai”. Presiden Kuba saat ini, Miguel Diaz-Canel.
Dia menghadapi pertempuran besar dalam memenuhi tuntutan kaum muda Kuba saat ini. Referendum tentang rancangan konstitusi baru akan diadakan pada Februari, tetapi banyak yang semakin tidak sabar ada kebebasan sosial yang lebih besar dan peningkatan peluang ekonomi.
Pendukung pemerintah bersikeras konstitusi baru akan mencerminkan perubahan Kuba, tetapi kalangan pengkritiknya mengatakan konstitusi hanya akan memusatkan kekuasaan berada di tangan Partai Komunis.
“Ini merupakan kesempatan untuk mengekspresikan fakta bahwa Partai Komunis Kuba mendukung pernyataan dan tindakan Diaz-Canel sejak dia berkuasa,” ujar Raul Castro. “Revolusi bukan masalah usia, itu tetap muda,” jelasnya. (Andika Hendra)
Raul dan Fidel Castro memimpin pemberontakan pada 1959 untuk menggulingkan diktator yang didukung AS dan membentuk pemerintahan Komunis. Kuba selama beberapa dekade terlibat ketegangan perang dingin dengan AS. “Sekali lagi, pemerintahan Amerika Utara menempuh jalur konfrontasi dengan Kuba,” kata Raul Castro, dilansir Reuters.
“Sekali lagi, Pemerintah AS tampaknya berada di posisi untuk berkonfrontasi dengan Kuba dan menganggap pendekatan damai dan inklusif yang kita lakoni sebagai ancaman bagi kawasan itu,” kata Castro, yang menggunakan seragam militernya.
Castro menuduh kelompok “kanan jauh” di Florida—tempat tinggal bagi kebanyakan pelarian politik warga Kuba— “menyita kebijakan AS terhadap Kuba”. “Saya tegaskan kesediaan kami untuk hidup berdampingan dengan cara yang beradab, terlepas dari perbedaan kami, dalam hubungan yang damai, hormat, dan saling menguntungkan dengan AS,” paparnya.
Dia mendesak rakyat Kuba untuk mempersiapkan segala skenario untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengatakan revolusi "belum selesai”. Negara yang beraliansi dengan Kuba seperti Venezuela dan Nikaragua menghadapi sanksi dari AS.
Padahal, pada pemerintahan Barack Obama berhasil menormalisasi hubungan dengan Kuba dan aliansinya. Pada 2017 Trump menerapkan kembali pembatasan perjalanan dan perdagangan tertentu kepada Kuba yang semula dilonggarkan oleh pemerintahan AS sebelumnya.
Raul Castro yang mengundurkan diri dari presiden pada April silam, tetapi masih menjadi pemimpin Partai Komunis hingga 2021, itu dilaksanakan di pekuburan di mana Fidel Castro dan pahlawan kemerdekaan Jose Marti dikubur.
“Banyak pejabat tinggi di pemerintahan ini menyalahkan Kuba atas penyakit di kawasan ini,” katanya. Castro kemudian berkata bahwa generasi baru Kuba telah “mengambil misi membangun sosialisme”, seraya menambahkan bahwa “revolusi belum usai”. Presiden Kuba saat ini, Miguel Diaz-Canel.
Dia menghadapi pertempuran besar dalam memenuhi tuntutan kaum muda Kuba saat ini. Referendum tentang rancangan konstitusi baru akan diadakan pada Februari, tetapi banyak yang semakin tidak sabar ada kebebasan sosial yang lebih besar dan peningkatan peluang ekonomi.
Pendukung pemerintah bersikeras konstitusi baru akan mencerminkan perubahan Kuba, tetapi kalangan pengkritiknya mengatakan konstitusi hanya akan memusatkan kekuasaan berada di tangan Partai Komunis.
“Ini merupakan kesempatan untuk mengekspresikan fakta bahwa Partai Komunis Kuba mendukung pernyataan dan tindakan Diaz-Canel sejak dia berkuasa,” ujar Raul Castro. “Revolusi bukan masalah usia, itu tetap muda,” jelasnya. (Andika Hendra)
(nfl)