Rusia Kecam Penolakan PBB Terhadap Resolusi Perjanjian INF
A
A
A
MOSKOW - Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa keamanan dan stabilitas internasional akan semakin dirusak setelah rancangan resolusi untuk mendukung Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) ditolak dalam pemungutan suara PBB.
"Sebuah pukulan baru diberikan pada arsitektur keamanan dan stabilitas internasional. Sekarang, dengan runtuhnya Perjanjian INF, beberapa wilayah di dunia dapat terjerumus ke dalam perlombaan senjata atau bahkan dalam konfrontasi langsung," bunyi pernyataan kementerian itu di situs webnya seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (23/12/2018).
Pada hari Jumat, Majelis Umum PBB menolak resolusi yang diperkenalkan oleh Rusia minggu lalu untuk mendukung mempertahankan Perjanjian INF.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan hasil pemungutan suara tidak bisa tidak menyebabkan kekecewaan, mencatat bahwa banyak negara yang sadar akan pentingnya perjanjian pengendalian senjata yang memilih untuk menentangnya.
"Dengan ketulusan hati atau konsiliasi tanpa pertimbangan, negara-negara ini secara de facto memberikan restu kepada Washington untuk menghancurkan perjanjian itu," ucap Kementerian Luar Negeri Rusia.
Pada bulan Oktober, Presiden AS Donald Trump mengatakan Washington akan menarik diri dari Perjanjian INF karena dugaan pelanggaran Rusia atas perjanjian tersebut. Namun Moskow telah berulang kali membantah.
Pada hari Kamis, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan terhadap runtuhnya sistem pencegahan senjata internasional, yang dapat memperburuk ancaman bencana nuklir global.
Perjanjian INF ditandatangani pada tahun 1987 antara Uni Soviet dan Amerika Serikat tentang penghapusan rudal jarak menengah dan jarak pendek. Kesepakatan itu menandai pakta pertama yang dicapai oleh Washington dan Moskow mengenai perlucutan senjata nuklir dan langkah besar ke depan dalam membatasi perlombaan senjata.
"Sebuah pukulan baru diberikan pada arsitektur keamanan dan stabilitas internasional. Sekarang, dengan runtuhnya Perjanjian INF, beberapa wilayah di dunia dapat terjerumus ke dalam perlombaan senjata atau bahkan dalam konfrontasi langsung," bunyi pernyataan kementerian itu di situs webnya seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (23/12/2018).
Pada hari Jumat, Majelis Umum PBB menolak resolusi yang diperkenalkan oleh Rusia minggu lalu untuk mendukung mempertahankan Perjanjian INF.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan hasil pemungutan suara tidak bisa tidak menyebabkan kekecewaan, mencatat bahwa banyak negara yang sadar akan pentingnya perjanjian pengendalian senjata yang memilih untuk menentangnya.
"Dengan ketulusan hati atau konsiliasi tanpa pertimbangan, negara-negara ini secara de facto memberikan restu kepada Washington untuk menghancurkan perjanjian itu," ucap Kementerian Luar Negeri Rusia.
Pada bulan Oktober, Presiden AS Donald Trump mengatakan Washington akan menarik diri dari Perjanjian INF karena dugaan pelanggaran Rusia atas perjanjian tersebut. Namun Moskow telah berulang kali membantah.
Pada hari Kamis, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan terhadap runtuhnya sistem pencegahan senjata internasional, yang dapat memperburuk ancaman bencana nuklir global.
Perjanjian INF ditandatangani pada tahun 1987 antara Uni Soviet dan Amerika Serikat tentang penghapusan rudal jarak menengah dan jarak pendek. Kesepakatan itu menandai pakta pertama yang dicapai oleh Washington dan Moskow mengenai perlucutan senjata nuklir dan langkah besar ke depan dalam membatasi perlombaan senjata.
(ian)