Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis Mundur

Sabtu, 22 Desember 2018 - 06:30 WIB
Menteri Pertahanan Amerika...
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis Mundur
A A A
WASHINGTON - Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Jim Mattis secara tiba-tiba mengundurkan diri, kemarin, setelah berbeda pendapat dengan Presiden Donald Trump terkait kebijakan luar negeri.

Kebijakan Trump yang mengejutkan antara lain penarikan pasukan AS dari Suriah dan Afghanistan. Pengumuman pengunduran diri Mattis itu dilakukan melalui surat pada Trump dengan menyebut semakin besarnya perbedaan antara keduanya.

Secara tersirat Mattis mengkritik Trump karena dianggap gagal menghormati nilai-nilai yang dijunjung aliansi terdekat AS yang berperang bersama negara itu di Suriah dan Afghanistan.

Sumber pejabat senior Gedung Putih menyebutkan, Mattis merilis surat pengunduran itu setelah pertemuan langsung dengan Trump di mana kedua pria mengungkapkan perbedaan mereka.

“Karena Anda memiliki hak pada seorang Menteri Pertahanan yang pendapatnya lebih baik sesuai dengan Anda untuk masalah itu dan lainnya, saya yakin ini tepat bagi saya untuk mundur dari posisi saya,” papar Mattis dalam surat tersebut, dilansir Reuters.

Pejabat AS menjelaskan, pengunduran diri itu bukan karena paksaan dari Trump. Pada Rabu (19/12), Trump mengumumkan pasukan AS di Suriah akan ditarik. Keputusan itu membalik total kebijakan AS di kawasan.

Pada Kamis (20/12), seorang pejabat menjelaskan, presiden berencana menarik sekitar 5.000 dari 14.000 pasukan AS di Afghanistan. Dua keputusan Trump itu menjadi pukulan besar bagi Mattis yang mendorong kehadiran militer AS lebih banyak untuk memperkuat upaya diplomasi damai.

Mattis merupakan purnawirawan jenderal Marinir yang mengutamakan aliansi tradisional AS dan NATO sehingga dia sering berselisih dengan Trump. Mattis juga telah menyarankan pada Trump untuk tidak menarik pasukan dari Suriah. Sumber pejabat senior menyebut langkah Trump itu menjadi faktor pengunduran dirinya.

Kabar ini mengejutkan aliansi militer AS yang telah khawatir melihat berbagai kebijakan Trump yang tak dapat diprediksi. Sejumlah langkah Trump itu dianggap sebagai pendekatan sepihak dalam masalah keamanan global.

Berbagai pertanyaan juga muncul tentang apakah pengganti Mattis akan memiliki komitmen yang sama pada aliansi AS, termasuk NATO.
Saat Mattis diwawancarai dengan Trump untuk posisi menhan pada 2016, dia berselisih dengan presiden terpilih saat itu tentang sejumlah isu penting, termasuk NATO dan penggunaan teknik penyiksaan dalam interogasi.

Seiring waktu, Trump semakin banyak menggunakan instingnya sendiri dalam membuat berbagai kebijakan keamanan nasional, serta memilih agenda “Amerika Pertama” yang bertentangan dengan keyakinan inti Mattis.

Surat Mattis juga menunjukkan dia tidak sepakat dengan kebijakan isolasi oleh Trump dan Mattis yakin AS perlu menjaga hubungan kuat dengan aliansi lama dan menunjukkan sikap hormat dengan aliansi.

Trump telah menarik keluar AS dari beberapa kesepakatan internasional sejak dia menjabat pada Januari 2017. “AS harus tegas dan tidak ambigu dalam pendekatan kita pada negara-negara yang kepentingan strategisnya semakin bertentangan dengan kita,” papar Mattis dalam suratnya.

Pengunduran diri Mattis disesalkan para anggota parlemen di Capitol Hill, baik dari Partai Republik dan Partai Demokrat. Ketua Senat Mayoritas Mitch McConnell menyatakan dia sepakat dengan Mattis dalam masalah aliansi AS dan Rusia.

“Tapi saya khususnya tertekan dia mundur karena perbedaan tajam dengan presiden tentang itu dan aspek penting lain dalam kepemimpinan global Amerika,” tutur McConnell.

Pemerintahan Trump terus terseret dari satu krisis ke krisis baru sejak dia menjabat kurang dari dua tahun silam. Namun pengunduran Mattis kali ini menjadi salah satu krisis terbesar yang akan menguji para tokoh senior Republik yang selama ini mendukung Trump.

Tidak hanya itu, harga saham AS juga merosot karena para investor khawatir dengan potensi penutupan pemerintahan, pertumbuhan ekonomi lebih lambat dan Bank Sentral AS (Federal Reserve) memproyeksikan kenaikan bunga lebih tinggi pada tahun depan.

Trump telah menghadapi kesulitan tahun depan yang akan didominasi investigasi kejaksaan khusus tentang apakah tim kampanyenya berkolusi dengan Rusia dan Kongres menyelidiki bisnisnya, anggota keluarga dan beberapa menteri di kabinetnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)